Bos Mafia Playboy

Jangan Menolak Aku, Sayang!



Jangan Menolak Aku, Sayang!

0Di tengah malam yang dingin, tiba-tiba saja hujan mengguyur kota dengan sangat deras. Imelda baru saja terbangun saat suara petir yang terdengar begitu mengejutkan berhasil mengganggu tidurnya. Dia pun bangkit dari ranjang dan mematikan pendingin ruangan di kamarnya. Memandang penuh arti seorang pria yang terlihat lelap di atas ranjang miliknya. Wanita itu memutuskan kembali berbaring di sebelah suaminya. Namun hawa dingin begitu menusuk kulitnya, membuat Imelda terpaksa merapatkan tubuhnya pada pria di sampingnya. Di antara kesunyian malam yang dingin itu, suara petir kembali mengejutkan dirinya. Sontak saja, dia memeluk Brian sangat erat. Bukan karena Imelda seorang penakut, hanya saja hawa dingin malam itu benar-benar membuatnya tak berdaya. "Brian!" panggilnya beberapa kali pada seorang pria yang berstatus suami yang sah.     
0

Merasa tidurnya sedikit terusik, Brian pun membuka matanya dan mendapati Imelda sedang menatap wajahnya penuh arti. Dia pun mengulas senyuman tulus pada wanita yang telah menjadi cinta pertamanya itu. "Ada apa, Sayang?" tanyanya antara ngantuk dan juga terkejut.     

Imelda tak langsung menjawab pertanyaan itu. Dia bangun dan duduk tepat di sebelah suaminya. "Aku sangat kedinginan, tidak bisakah kamu memberikanku pelukan?" ucapnya dengan wajah penuh keraguan sekaligus sangat malu atas permintaannya. Tak ada cara lain yang terlintas di benaknya selain meminta sebuah pelukan hangat dari suaminya sendiri.     

Brian langsung mengembangkan senyuman lebar di bibirnya. Dia sangat senang dengan permintaan Imelda terhadapnya dirinya. Bukan tanpa alasan, itulah pertama kali Imelda meminta dirinya untuk memberikan sebuah pelukan langsung. Mungkin bagi orang lain Brian terkesan berlebihan, padahal baginya itu adalah hal yang sangat luar biasa. Selama ini dia hanya menerima segala bentuk penolakan dari istrinya itu. Brian pun ikut duduk sesama Imelda lalu mendekatkan tubuhnya. Sebuah pelukan hangat dihadiahkan begitu saja pada wanita di depannya. "Jangan sampai anakku juga kedinginan." Brian membantunya berbaring lalu menarik sebuah selimut tebal untuk menutupi tubuh mereka berdua.     

"Masih terasa dingin," lirih Imelda sambil memandangi wajah suaminya.     

Seolah langsung mengerti, Brian kembali memeluk istrinya di bawah selimut yang sama. "Apakah pelukanku ini masih belum menghangatkan tubuhmu?" Sebuah pertanyaan itu hanya mendapatkan gelengan kepala dari Imelda. Pria itu pun mencoba memikirkan sebuah cara untuk membuat Imelda tak kedinginan. Terlintas sebuah cara yang pasti membuat suhu dingin itu bisa menghilang bahkan menjadi hangat atau bisa panas. "Aku punya sebuah cara untuk menghangatkan dirimu dan itu pasti sangat ampuh," ucap Brian diikuti senyuman licik penuh kemenangan.     

"Apa itu?" Tanpa curiga terhadap suaminya, Imelda begitu penasaran ingin mendengarkan jawaban dari Brian.     

"Bercintalah denganku, dinginnya malam ini pasti akan menghilang begitu saja," sahut Brian sambil senyum-senyum memandangi wajah istrinya yang mulai merona mendengar jawabannya.     

Dengan sekali gerakan saja, Imelda mendorong Brian sambil melemparkan tatapan kesal dengan wajah sangat malu. Namun bukannya bisa membuat suaminya itu terjengkang, pria itu justru berhasil menarik Imelda hingga membuatnya menindih tubuh kekar yang cukup menggoda milik seorang Brian Prayoga. "Biarlah seperti ini dulu, Sayang," bisik Brian penuh harap.     

Awalnya Imelda ingin segera terlepas dari dekapan Brian. Sayangnya, nada memohon yang baru saja diungkapkan oleh suaminya itu telah meruntuhkan ego di dalam dirinya. Dia pun menjadi lebih pasrah dan tak melakukan perlawanan. Padahal posisi tubuhnya terlalu menempel dan benar-benar tak ada jarak di antara mereka berdua. "Brian. Keadaan tubuhmu belum cukup baik untuk menahan tubuhku," protes Imelda sambil menahan tubuhnya agar tak menekan area perut.     

"Jangan terus menolak aku, Sayang!" Brian menunjukan sisi kuat di dalam dirinya. Dia sudah tak sabar terus mendapatkan penolakan dari wanita yang dicintainya. Apalagi dia sudah mendengar sendiri jika Imelda sudah mencintai dirinya. Brian tak mungkin ingin berlama-lama untuk menahan perasaannya lagi.     

Saat Brian melonggarkan pelukannya, Imelda langsung bangkit dan duduk di samping suaminya. Disentuhnya wajah sang suami dengan sebuah belaian lembut. Sebuah tatapan hangat yang penuh arti terlihat dari sorot mata Imelda. "Aku tidak sedang menolakmu," balasnya dengan suara bergetar dan ekspresi yang sulit diartikan.     

"Ada apa dengan wajahmu, Sayang?" Lagi-lagi Brian merasa heran dengan istrinya. Dia bisa melihat jika Imelda sangat gelisah, bahkan tangannya terlihat bergetar saat menyentuh wajah suaminya. "Apakah kamu baik-baik saja?" Pria itu mulai mencemaskan kondisi dari wanita yang sejak tadi terus memandangi dirinya.     

"Brian .... " Mendadak lidah Imelda menjadi kelu seolah tak mampu berkata-kata lagi. Dia pun memalingkan wajahnya dan memilih untuk tak melihat wajah suaminya. "Rasanya jantungku akan meledak saat berdekatan denganmu." Imelda berusaha berdiri dan ingin segera meninggalkan Brian seorang diri di kamar itu.     

Secepat kilat, Brian menyambar tangan istrinya dan membuatnya tetap di dekatnya. Dia tak ingin Imelda menghindar setelah menyatakan sebuah perasaan yang membuatnya semakin yakin jika seorang Brian Prayoga telah berhasil menaklukkan Imelda Mahendra. Seorang wanita yang tak pernah tertarik dengan pria manapun. Wanita itu justru telah jatuh cinta kepada seorang bos mafia playboy seperti Brian. Tanpa permisi dan banyak kata, Brian langsung mendaratkan sebuah ciuman yang cukup bergairah pada seorang wanita yang sedang mengandung anaknya. Dia mulai melumat dan memainkan lidahnya di dalam mulut Imelda. Untungnya wanita itu sama sekali tak menolak, justru terlihat pasrah dan juga membalas ciuman suaminya yang telah berhasil membakar gairah di dalam hati. "Kamu benar-benar telah jatuh cinta padaku, Sayang," bisik Brian sambil menciumi telinga lalu beralih ke leher.     

"Tidak, Brian! Aku belum benar-benar mencintaimu," elak Imelda pada pria yang masih memberikan pelukan dan juga kecupan hangat di tubuhnya.     

Tanpa diduga, Brian justru meraba bulatan padat yang semakin membesar milik Imelda lalu memberikan remasan lembut dan penuh perasaan. "Apa kamu juga tak merasakan apapun saat aku menyentuhmu begini?" tanyanya sambil memperlambat setiap remasan dan sentuhannya di tubuh sang istri.     

"Cukup, Brian! Kita tak mungkin melanjutkan ini. Bagaimana jika aku menginginkan yang lebih?" Imelda terlihat semakin gelisah dengan sorot mata yang mulai terbakar dengan gairah karena sentuhan suaminya. Dia tak mampu menahannya hingga beberapa kali terdengar erangan dari mulutnya. Untuk menahan dirinya, Imelda sampai harus menggigit bibirnya sendiri. Dia tak ingin jika Brian menyadari dirinya sudah terjebak dengan setiap sentuhan dan perlakuan menggoda dari suaminya.     

Brian tersenyum penuh kemenangan saat menyadari Imelda tak mampu lagi menolak sentuhannya. Dia semakin menggila dengan sentuhan-sentuhan di daerah sensitif sang istri. Pria itu sengaja membuat Imelda tak berdaya dengan berbagai perlakuan lembut yang menggugah gairah di dalam diri wanita yang sudah memejamkan matanya itu.     

"Hentikan, Brian!" Kali ini Imelda benar-benar mendorong suaminya dengan seluruh kekuatan yang dimilikinya.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.