Bos Mafia Playboy

Malam Panjang Yang Mendebarkan



Malam Panjang Yang Mendebarkan

0Brian masih terpaku tanpa bergerak sedikit pun, jantungnya serasa berhenti berdetak. Dia tak yakin jika jiwanya masih berada di dalam tubuhnya. Separuh jiwanya seolah terbang ke awang-awang. Antara rasa terkejut dan juga tak percaya, Brian masih belum yakin dengan kalimat yang baru saja diucapkan oleh Imelda. Untuk beberapa saat, nafasnya terhenti karena mendapatkan syok terapi.. Saat tersadar, ia langsung menghirup oksigen sebanyak-banyaknya dan melepaskannya perlahan. Setengah mati Brian mencoba untuk tenang dan tidak terprovokasi oleh ucapan istrinya. "Apakah kamu yakin ingin melakukannya sekarang, Sayang?" tanya Brian dengan keraguan yang terlukis jelas di wajahnya.     
0

"Ekspresi macam apa itu! Kamu benar-benar tak menginginkan aku, Brian," seru Imelda dengan kekecewaan yang begitu besar. Dia pun tak mampu lagi membendung air mata yang sejak tadi sudah tertahan di kelopak matanya. "Segala keraguan yang telah tersirat dari wajahmu telah mengatakan segalanya," tambah Imelda dengan suara bergetar diiringi isak tangis yang cukup dalam. Wanita itu semakin menangis dia berpikir telah mencintai pria yang tak menginginkan dirinya. Imelda merasakan rasa sakit yang begitu dalam hingga menyesakan dadanya. Baru pertama kali jatuh cinta, ia harus menghadapi pria seperti suaminya itu. "Aku membencimu, Brian. Aku sangat membencimu!" teriak Imelda sambil berlari ke arah pintu dalam derai air mata yang begitu deras.     

Secepat kilat, Brian langsung menariknya dan memeluk hangat tubuh istrinya. Dia tak tahan harus melihat Imelda yang terlihat sangat terluka karena dirinya. "Sayang. Kumohon ... jangan tinggalkan aku. Yakinlah jika aku sangat mencintaimu." Brian langsung menyerang Imelda dengan ciuman yang cukup bergairah, memainkan lidahnya dengan sangat lincah dan cukup untuk menggetarkan sekujur tubuh istrinya. Suara erangan dan desahan pelan dari Imelda semakin membuat ia kehilangan kendali atas dirinya. Dengan sekali tarikan, Brian berhasil melemparkan dress yang belum sempat dilepaskan oleh istrinya saat di kamar mandi. Menghimpun segenap kekuatan di dalam dirinya, ia pun mengangkat Imelda dan meletakannya ke atas ranjang besar yang super mewah itu.     

"Brian! Apa kamu baik-baik saja jika melakukan sekarang? Lukamu itu .... " Imelda tak mampu melanjutkan ucapannya itu karena sang suami lebih dulu membungkam mulutnya dengan sebuah ciuman yang tanpa henti.     

Kembali pria itu terus mengulum bibir Imelda dengan hasrat yang semakin membara. Mengecup seluruh wajahnya lalu turun ke leher Imelda yang selalu menggodanya. Rasanya sekujur tubuhnya semakin memanas dan juga terbakar oleh gairah yang diciptakannya sendiri, Brian langsung melepaskan kemejanya sendiri dan melemparnya tanpa arah. Tubuh bergetar hebat saat menyadari sebuah pemandangan yang terlalu menggiurkan baginya. Tanpa membuang waktu lagi, Brian langsung membenamkan wajahnya di antara dua bulatan padat di dada Imelda. Meremasnya penuh perasaan hingga wanita itu mendesah panjang memberikan irama dalam setiap sentuhan di seluruh tubuh sang istri.     

"Brian!" desah Imelda sambil memejamkan mata karena merasakan hangatnya lidah Brian yang terus menyapu puncak dua gunung kembar di dadanya. Tak ingin hanya berdiam diri, Imelda pun membuka matanya lalu setengah bangun dan langsung menciumi telinga Brian tanpa ampun. Tak sampai di sana, ia langsung memberikan berbagai sentuhan lembut ke seluruh tubuh sang suami. Entah sadar atau tidak, Imelda sudah berhasil menurunkan resleting celana Brian lalu menyusupkan tangannya di antara kedua paha sang bos mafia.     

Seolah sengatan listrik berkekuatan tinggi tengah mengalir di setiap sudut tubuh Brian. "Sayang .... " Kali ini gantian Brian yang terus menyebutkan nama Imelda. Tak ingin membuang waktunya, ia langsung menurunkan kedua celana yang masih dipakainya dan membiarkan Imelda menikmati pemandangan yang cukup menggoda dan juga menggugah gairah untuk bercinta. "Apa yang kamu lihat, Sayang?" Tiba-tiba saja dia mengejutkan wanita yang sedang terpaku menatap tubuh polosnya tanpa penutup apapun apapun.     

"Aku ... aku .... " Imelda seolah telah kehilangan kata-katanya. Dia tak mampu menjawab pernyataan telah diajukan oleh suaminya. Mendadak wajahnya merah merona seakan telah kehilangan mukanya. Wanita itu benar-benar malu, saat Brian memergoki dirinya sedang menatap sebuah benda yang cukup mendebarkan hanya dengan sekali melihatnya.     

Tanpa menunggu jawaban dari istrinya, Brian kembali menghujani Imelda dengan kecupan-kecupan lembut di setiap sudut tubuh wanita yang sangat dicintainya itu. Pria itu mendorong lembut tubuh istrinya hingga berbaring dengan tatapan yang seolah sedang memohon dan mengharapkan sesuatu yang lebih dari itu. "Sayang. Aku akan membuatmu tak akan pernah bisa melupakan malam ini," bisik Brian di telinga wanita yang mulai terbuai dengan sentuhan lembut dari bibirnya.     

"Brian .... " Imelda kembali mendesah sambil memanggil nama Brian, saat pria itu mulai bermain di antara kedua pahanya.     

Desahan yang disertai erangan dari Imelda telah menjadi sebuah irama yang memberikan semangat Brian untuk melakukan yang lebih dari ini. Dia sengaja ingin membuat sang istri menjerit penuh erangan, menikmati kenikmatan dunia yang tak pernah dirasakannya saat malam pertama dulu. Seolah tanpa lelah, Brian terus saja memainkan lidahnya di area inti di mana seorang pria bisa merasakan surga dunia. "Sayang ... kamu sudah sangat basah. Bolehkah aku melakukannya sekarang?" tanya Brian sambil meremas bulatan padat yang terlalu menggodanya.     

Wanita itu hanya menganggukkan kepalanya tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Seolah lampu hijau telah menyala, Brian pun tak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang sudah sangat lama ditunggunya. Dengan perlahan dan nafas yang tertahan, Brian mencoba memasuki sebuah tempat di mana ia akan mendapatkan puncak kenikmatan yang sudah dirindukannya.     

Imelda melenguh panjang seolah sedang menahan rasa sakit, saat Brian berhasil menerobos area inti miliknya. Suara jeritan dan erangan yang berpadu menjadi satu terdengar sangat sensual bagi pasangan yang mulai terbakar gairah. Brian terus menggerakkan tubuhnya pelan hingga Imelda merasakan kenikmatan yang tak pernah dirasakannya. Saat semua sudah semakin dekat, pria itu mempercepat gerakannya. Merasakan betapa hangatnya dan nikmatnya penyatuan dua tubuh yang saling merindukan itu.     

Pasangan itu mengerang bersamaan saat berada di puncak kenikmatan dalam permainan yang sangat menggairahkan itu. Brian langsung memeluk Imelda yang terlihat sedikit kelelahan karena permainan panas di antara mereka.     

Wanita itu terus saja memandangi wajah tampan Brian yang sudah penuh dengan keringat. Dengan sedikit gerakan, Imelda mengecup suaminya lalu mengembangkan senyuman tulus di wajahnya. "Terima kasih, Brian. Aku tak menyangka jika bercinta akan seindah ini. Maaf, sudah membuatmu menunggu terlalu lama," sesalnya dengan wajah sedih.     

Brian mendaratkan kecupan hangat di kening Imelda lalu kembali memeluknya. "Apa kamu ingin kita melakukannya sekali lagi?" godanya sambil tersenyum penuh arti.     

Terlihat Imelda seolah ingin menganggukkan kepalanya. Namun tiba-tiba saja, suara ponsel Brian berdering cukup keras. Pasangan itu langsung menatap satu sama lain.     

"Siapa yang menelepon mu tengah malam begini, Brian?" tanya Imelda penuh kecurigaan.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.