Bos Mafia Playboy

Kesalahan Yang Berbuah Penyesalan Seumur Hidup



Kesalahan Yang Berbuah Penyesalan Seumur Hidup

0"Apa yang sudah kamu lakukan pada putriku, Brian?" Adi Prayoga berteriak cukup keras pada anaknya sendiri. Dia berpikir jika anak semata wayangnya itu telah sengaja membuat menantu kesayangannya itu menjadi terluka.     
0

Brian pun merasa kesulitan menjawab pertanyaan dari ayahnya. Selain tubuhnya sedang demam, kepalanya terasa sedang berputar-putar. "Aku sama sekali tak berniat untuk melukai istriku, Pa," jelasnya dengan wajah pucat.     

"Jangan memperlihatkan wajahmu yang memelas itu!" kesal Adi Prayoga pada anaknya sendiri. Dia pun mengambil ponselnya dan langsung meminta Kevin untuk segera datang ke sana.     

Tanpa mempedulikan anaknya sendiri, Adi Prayoga justru membawa Imelda ke ruang tengah. Terlihat ada beberapa pecahan kaca yang menancap di jemari tangannya. "Sayang ... sebentar lagi Kevin akan datang, tahanlah sebentar lagi," ujar pria yang terlihat sangat mengkhawatirkan menantunya.     

Di dekat dapur, Brian masih saja berdiri sambil menahan rasa pusing yang menyerangnya. Ingin rasanya ia segera berada di samping Imelda. Namun sepertinya, Brian tak mampu melangkah sejauh itu. Dia tak ingin membuat istrinya cemas karena keadaannya. Hanya menahan dan juga bertahan yang bisa dilakukan oleh Brian saat itu.     

"Ada apa Papa datang ke sini?" Brian mencoba memecahkan ketegangan di antara mereka. Dia tetap berdiri di tempatnya sambil berpegangan sebuah meja yang berada tepat di sisinya.     

Adi Prayoga langsung bangkit dari kursi yang dipakainya untuk duduk. Kemudian beralih menatap pria muda yang tak lain adalah anaknya. "Siapa yang datang ke rumah besar dan membuat kekacauan di sana? Untuk apa kamu dan Imelda juga harus mengikuti mereka semua?" tanyanya karena hal itu sudah sangat mencurigakan.     

"Sebenarnya itu adalah .... " Belum juga Brian menjawab, Kevin sudah datang dalam kecemasan yang tercetak.     

"Siapa yang sakit, Om?" Pertanyaan itulah yang pertama kali diucapkan Kevin begitu masuk dan melihat mereka semua.     

"Cepat bersihkan dan obati luka di tangan Imelda. Jangan sampai menjadi infeksi," jawab Adi Prayoga pada sosok dokter dan juga pemilik klinik.     

Kevin langsung saja duduk di sebelah Imelda. Dia langsung membersihkan luka lalu mengobatinya dengan sangat hati-hati dan cukup pelan. Dia takut jika Imelda sampai kesakitan.     

"Apa yang sebenarnya sedang terjadi Dokter Imelda?" tanya Kevin pada wanita yang juga seorang dokter.     

Imelda tak langsung menjawabnya, ia justru memandang Brian yang masih berada di dekat dapur. Terlihat dari pandangannya, jika Brian tidak baik-baik saja. Ingin rasanya ia segera menjumpai suaminya itu. Namun pembicaraan yang dilakukan oleh Brian dan ayah mertuanya terlihat sangat serius.     

"Setelah membersihkan lukaku, tolong Dokter Kevin juga memeriksa Brian. Sepertinya dia tidak baik-baik saja." Imelda setengah berbisik pada pria di sebelahnya. Tak ingin menambahkan ketegasan di antara mereka berdua.     

"Apa Brian sedang sakit?" Lagi-lagi Kevin kembali bertanya karena terlalu penasaran pada ketegangan di antara mereka semua.     

"Sudah cukup, Dokter Kevin. Periksa saja Brian sekarang, aku tak mau keadaannya justru memburuk," sahut Imelda dalam wajah cemas.     

Kevin terlihat sangat ragu untuk menghampiri ayah dan anak itu. Mereka berdua terlihat sangat serius dalam pembicaraannya. Dengan keraguan di dalam hatinya, Kevin mencoba melangkahkan kakinya supaya lebih dekat. Meskipun hatinya berdebar hebat, ia mencoba untuk menahan dirinya.     

Dari kejauhan, Kevin bisa mendengar dengan samar-samar pembicaraan Brian dan juga Adi Prayoga. Mereka berdua sedang meributkan sesuatu tentang Eliza Hartanto.     

"Aku tak peduli apa hubunganmu dengan wanita dari keluarga Hartanto itu. Yang jelas ... aku tak ingin kamu menyeret Imelda masuk dalam sebuah kekacauan yang sudah kamu ciptakan di antara kalian," tegas Adi Prayoga sembari memberikan sebuah tatapan yang cukup tajam bagi anaknya. Pria tua itu benar-benar mengkhawatirkan keadaan menantu kesayangan. Tak seharusnya hal buruk menimpa Imelda.     

Sedangkan Brian hanya bisa terdiam mendengarkan kemarahan ayahnya. Dia merasa bersalah telah membuat Imelda ikut terlibat bersamanya. "Maaf, Pa." Sebuah jawaban yang tentu saja sama sekali tak ingin didengar oleh Adi Prayoga.     

"Imelda sudah menerima pengobatannya, Om." Tiba-tiba saja Kevin menyela pembicaraan di antara mereka. Dia hanya berharap jika Adi Prayoga tidak murka karena dirinya. "Om Adi bisa melihat keadaan Imelda," lanjutnya dengan suara yang tidak terlalu yakin.     

Begitu Adi Prayoga kembali menghampiri Imelda, dokter dan juga sahabat Brian itu langsung berusaha untuk lebih dekat dengan sahabatnya. Dalam sekali melihat saja, Kevin sudah tahu jika Brian sama sekali tidak baik-baik saja. Wajahnya semakin pucat dengan tatapan yang sedikit redup.     

"Bawa aku pergi dari sini, sebelum aku jatuh lalu pingsan," pinta Brian pada sahabatnya itu. Namun Kevin juga memiliki kesulitan tersendiri tanpa membuat kecurigaan pada Adi Prayoga. "Jangan memperlihatkan sesuatu yang mencurigakan di antara mereka berdua," lanjut Brian dengan suara pelan.     

Kevin sedang memikirkan sebuah cara untuk membawa Brian keluar dari tatapan dua orang itu. Dia berpikir cukup keras untuk menyelamatkan sahabatnya itu.     

"Kevin! Ada sesuatu yang ingin aku perlihatkan padamu." Brian sengaja mengeraskan suaranya agar mereka juga mendengar ucapannya. Dengan sangat yakin, dia merangkulkan tangannya di pundak Kevin lalu berjalan menuju ke kamarnya.     

Untung saja, Kevin langsung bisa menanggapi sedikit isyarat yang diberikannya. Sehingga ia langsung memasangkan badannya dan membiarkan Brian memakai tubuhnya untuk bersandar. Sampai di dalam kamar, Kevin membantu Brian untuk duduk di atas ranjangnya.     

"Apa yang sebenarnya terjadi denganmu? Bagaimana kamu bisa demam seperti ini?" Dengan wajah panik, Kevin langsung memeriksa sahabatnya itu. "Aku harus mengambil sampel darahmu dan melakukan tes laboratorium. Jangan sampai ada hal buruk terjadi padamu," tegas Kevin pada pria yang hanya terdiam tanpa membalas apapun padanya.     

"Apalagi yang kamu rasakan?" ketus Kevin pada sahabatnya itu.     

"Kepalaku seperti berputar dan pandanganku mulai kabur. Ini terjadi baru saja setelah aku dan Imelda terlalu lama berada di kamar mandi." Brian mencoba menjelaskan semuanya pada Kevin. Dia tak pernah menutupi apapun pada sosok dokter yang juga sahabatnya itu.     

Sontak saja, Kevin langsung menggelengkan kepalanya dengan wajah yang begitu kesal. Meskipun ia sempet memikirkan hal itu, Kevin tak menyangka jika Brian akan melakukannya di kamar mandi. Dia berpikir itu akan sangat berbahaya bagi mereka.     

"Apa kamu tahu jika hal itu sangat berbahaya? Apalagi kehamilan Imelda juga baru menginjak trimester pertama. Jangan sampai kamu melakukan kesalahan yang akan kamu sesali seumur hidupmu," tegas Kevin dalam satu tarikan nafas. Dia tak bisa membiarkan Brian melakukan sesuatu yang membahayakan Imelda ataupun bayinya.     

Seketika itu juga, Brian langsung ketakutan. Dia tak mampu membayangkan jika hal itu sampai menimpanya. Mendadak nyalinya menciut karena memikirkan hal yang tidak-tidak tentang Imelda.     

"Apakah yang sudah aku lakukan itu akan mempengaruhi perkembangan bayi di dalam perut Imelda?" tanya Brian cemas.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.