Bos Mafia Playboy

Wanita Yang Berbahaya



Wanita Yang Berbahaya

0Setelah pertengkaran di antara kedua sahabat itu, yang membuat Davin Mahendra langsung pergi dari meeting room rumah sakit. Adi Prayoga mendapat kabar jika Imelda dan Brian kembali ke sebuah villa yang selama ini sempat ditinggalinya. Rasanya begitu senang saat mendengar kabar itu dari seseorang yang bekerja di sana.     
0

Dengan sedikit terburu-buru, Adi Prayoga masuk ke dalam mobilnya. Ia tak peduli jika Davin Mahendra akan kembali mencarinya di meeting room rumah sakit. Yang ada dalam benaknya, hanya ingin segera berjumpa dengan anak dan juga menantu kesayangannya.     

Beberapa menit perjalanan, Davin Mahendra sampai di sebuah bangunan mewah yang berada di pinggiran kota. Terdapat gerbang tinggi dengan penjagaan ketat yang cukup sulit untuk ditembus. Di sanalah tempat paling aman bagi keluarga Prayoga selama ini.     

Dalam perasaan tak sabar, ia langsung masuk ke dalam begitu mobil berhenti tepat di depan pintu utama kamar itu. Namun ada sesuatu yang membuatnya mengurungkan diri untuk segera berjumpa dengan menantunya, Imelda Mahendra.     

"Hentikan, Brian! Pintunya masih terbuka." Terdengar sangat jelas nada protes Imelda kepada suaminya. Sebagai seorang pria, Adi Prayoga tentunya sangat tahu, apa yang dilakukan oleh pasangan suami istri di dalam kamar? Namun pria tua itu menjadi sangat kesal karena mereka melakukan hal itu dalam pintu yang masih terbuka.     

Pria tua itu lalu keluar dari dalam rumah menuju ke halaman samping di bangunan mewah dan elegan. Ia memanggil seorang bodyguard dan meminta seluruh orang untuk datang menemuinya.     

Begitu mereka datang, Adi Prayoga menunjukkan sisi lain dalam dirinya. Ia tak mau terlihat kejam dan tanpa perasaan seperti biasanya. Dalam ekspresi yang cukup hangat, pria itu berdiri di hadapan beberapa orang yang bekerja secara khusus untuknya. Apalagi, hanya orang-orang tertentu saja yang bisa masuk ke dalam bangunan dengan penjagaan ketat itu.     

"Saya harap, kalian semua lebih berhati-hati mulai sekarang. Hanya orang-orang yang ada dalam daftar saja yang boleh masuk ke sini. Hal ini juga berlaku untuk mantan istriku. Satu hal lagi, jika kalian ingin memanggil Brian atau Imelda saat mereka sedang berada di dalam kamar ... lakukan dari kejauhan! Tak perlu berdiri di dekat pintu, entah itu pintunya terbuka atau tertutup." Bagi mereka semua, perintah dari sosok bos mafia kali ini sedikit aneh. Namun mereka semua tetap melakukan semuanya sesuai yang telah diperintahkan oleh Adi Prayoga.     

"Baik, Bos," sahut orang-orang itu hampir bersamaan.     

Adi Prayoga menatap jam di tangannya lalu memandang seorang bodyguard yang berdiri tak jauh darinya.     

"Panggilkan Brian ke sini! Lakukan sesuai ucapanku!" perintah Adi Prayoga dalam wajah yang sangat serius.     

Bodyguard itu langsung masuk ke dalam dan memanggil anak semata wayang dari bos-nya itu. Sesuai dengan instruksi yang diberikan oleh Adi Prayoga, ia berdiri tak jauh dari pintu. Dengan sengaja ia tak berdiri di depan pintu seperti yang diperintahkan oleh bos-nya.     

"Bos! Bos besar datang!" Bodyguard itu memberitahukan kedatangan Adi Prayoga sembari mendengarkan suara desahan yang cukup menggairahkan bagi setiap orang yang mendengar. "Pantas saja bos menyuruhku," gumam pria itu lalu pergi menjauhi kamar Brian dan juga Imelda.     

Pria itu serasa tak tahan mendengarkan suara erangan manja dari wanita cantik yang menjadi menantu keluarga Prayoga. Terlalu lama berada di sana, membuat pikirannya melayang ke awang-awang. Ia pun memutuskan untuk kembali bergabung dengan yang lainnya.     

Tak berapa lama, Brian Prayoga keluar dari kamarnya lalu mencari keberadaan sang ayah. Setelah bertanya pada seseorang yang bekerja untuk keluarganya itu, ia bisa langsung mengetahui keberadaan ayahnya.     

"Apa Papa sedang mencariku?" Tiba-tiba Brian sudah berada di belakang Adi Prayoga dan cukup mengejutkan dirinya.     

Adi Prayoga langsung membubarkan beberapa orang itu lalu berbalik arah memandang anaknya. Terlihat wajah kesal dan juga gelisah yang diperlihatkan oleh Brian. Pria tua itu sangat tahu alasan kekesalan anak semata wayangnya.     

"Apa yang baru saja kamu lakukan?" Pria tua itu sengaja menanyakan sesuatu untuk mengetahui kejujuran dari anaknya itu. Sebenarnya, Adi Prayoga sangat khawatir jika kelakuan mereka sampai bocor keluar. Meskipun orang-orang yang berada di sana adalah pilihan, bisa saja ada seseorang yang mengirimkan mata-mata untuk mengetahui apapun yang mereka lakukan.     

"Aku sedang beristirahat dengan Imelda. Namun anak buah Papa justru datang dan mengganggu kami." Brian coba untuk menjelaskan sesuatu yang membuatnya sangat kesal karena gagal melakukan hubungan suami istri dengan Imelda.     

Adi Prayoga justru terkekeh melihat ekspresi kesal yang ditunjukkan oleh anaknya. Terlalu jelas dan juga begitu tak menyenangkan, ekspresi yang diperlihatkan oleh anaknya itu.     

"Istirahat? Kamu pikir Papa tidak tahu!" Tanpa rasa berdosa, Adi Prayoga sengaja membuat malu anak semata wayangnya itu. "Lain kali, tutup pintu kamarmu! Meskipun pelayan tak ada hari itu, bisa saja Papa yang datang atau beberapa anak buah Papa ada perlu denganmu," jelasnya dengan panjang lebar.     

Mendadak, Brian sangat malu pada ayahnya sendiri. Ia tak menyangka jika sosok Adi Prayoga telah mendengarkan semua percakapan mereka. Hal itu tentu saja membuat dirinya seolah telah kehilangan muka si hadapan ayahnya sendiri.     

"Aku tak menyangka jika Papa akan datang lebih cepat." Brian tak mampu memperlihatkan wajahnya karena terlalu malu.     

"Aku sudah tak sabar ingin menemui menantu kesayanganku. Di mana dia sekarang?" Adi Prayoga melihat sekeliling namun tak mendapati Imelda di mana pun.     

"Sebenarnya Papa tak rela jika ada yang melihat tubuh Imelda selain dirimu. Setidaknya kamu bisa menjaga kehormatan dan juga harga diri istrimu sendiri, Brian," ujar Adi Prayoga pada anak laki-laki yang selama ini hidup bersamanya.     

Tiba-tiba, ada penyesalan yang cukup besar di dalam hati Brian.bia berpikir jika semua yang dikatakan oleh ayahnya itu adalah kebenaran.     

"Maaf, Pa. Sepertinya aku terlalu ceroboh dan tak memikirkan istriku. Untung saja, Papa datang dan langsung menasehati aku." Brian sangat bersyukur memilih memiliki ayah seperti Papa," ucap Brian dengan senyuman tipis yang terlukis di sudut bibirnya.     

"Sudahlah. Kalian berdua sangat berharga bagi Papa. Aku akan memperketat penjagaan di rumah ini. Jangan meninggalkan tempat ini tanpa pengamanan apapun." Adi Prayoga hanya ingin memastikan jika mereka berdua benar-benar aman dan tidak dalam bahaya.     

Brian dapat mencium kekhawatiran ayahnya yang sedikit berlebihan. Ia pun menjadi sangat penasaran dengan yang dipikirkan oleh Adi Prayoga terhadap dirinya dan juga Imelda.     

"Apakah Mama Natasya bisa berubah sangat berbahaya?" tanya Brian pada sosok pria yang dulu pernah menjadi suami dari ibunya.     

"Wanita itu bahkan bisa lebih berbahaya dibandingkan dengan semua musuh kita yang paling mematikan sekalipun," jawab Adi Prayoga tanpa menyadari kedatangan Imelda yang tanpa suara.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.