Bos Mafia Playboy

Tak Sabar Ingin Mandi Bersama



Tak Sabar Ingin Mandi Bersama

0Waktu berjalan begitu cepat, tanpa terasa malam semakin larut. Terdengar deru mesin mobil yang baru saja memasuki halaman rumah itu. Imelda dan Brian langsung berdiri di dekat kaca besar rumah itu. Mereka berdua bisa melihat sebuah mobil warna hitam yang berhenti di depan rumah itu. Sayangnya mereka tak bisa melihat seseorang yang keluar dari mobil.     
0

Pasangan itu saling memandang satu sama lain, mengisyaratkan sebuah pertanyaan yang sama. Rasa penasaran dan juga hati yang berdebar-debar dirasakan oleh mereka berdua.     

"Apakah ini orang yang sama dengan malam kemarin?" Sebuah pertanyaan dilontarkan Brian pada wanita yang berdiri sembari memikirkan berbagai kemungkinan yang bisa saja terjadi.     

"Aku tak yakin. Kita tunggu saja sampai pria itu masuk ke dalam kamar sebelah," jawab Imelda dengan terus memikirkan banyak pertanyaan di dalam hatinya.     

Tiba-tiba saja, Brian mengingat kejadian malam kemarin. Dia mendengar suara percakapan yang begitu terdengar jelas di telinganya. Sontak saja ia langsung melemparkan tatapan penuh arti pada istrinya.     

"Begitu pria itu masuk, kita bisa menyelinap keluar lalu menguping di depan pintu kamar sebelah," ajak Brian pada wanita yang terlihat sedang berpikir.     

Dalam kegelisahan dan juga hati yang sangat berdebar, Imelda dan Brian masih berpacu dengan waktu dan juga rasa penasaran yang bersemayam di dalam hati pasangan itu. Setelah beberapa menit berlalu, pasangan itu mengendap-endap keluar dari kamar itu tanpa mengeluarkan suara apapun di antara mereka.     

Brian dan Imelda lalu memeriksa sekeliling rumah. Ia sangat yakin jika seluruh pelayan dan juga penjaga tidak berada di dalam rumah itu. Imelda masih sangat ingat jika pemilik rumah datang, hanya ada kepala pelayan yang diperbolehkan berada sekitar rumah.     

"Coba kita dengarkan saja percakapan mereka dari balik pintu," ajak Brian dengan suara berbisik yang terdengar sangat pelan meskipun sangat dekat dengan telinga istrinya.     

Imelda hanya menganggukkan kepala sembari berdiri di samping Brian yang berada tepat di depan pintu kamar itu. Tanpa gerakan ataupun pembicaraan, pasangan. Suasana terasa sangat mendebarkan sekaligus memacu adrenalin pasangan suami istri itu.     

"Apa kamu sudah mengatakannya pada Brian?" Sebuah pertanyaan terdengar dari seorang pria yang berada di dalam kamar itu bersama Natasya.     

"Aku sudah mengatakannya, Mas. Sepertinya Brian sangat mencintai Imelda akan sangat sulit untuk memisahkan mereka." Suara Natasya terdengar begitu jelas dan sangat khas. Brian sangat yakin jika wanita yang berada di kamar itu adalah ibunya.     

"Apakah malam ini cukup aman untuk bermain-main di sebelah kamar mereka?" Pria itu kembali bertanya untuk memastikan suasana di dalam rumah itu.     

"Ahhhh ... pelan-pelan saja, Mas. Malam ini sangat aman, aku sudah memberikan obat tidur pada makan malam mereka lagi. Lakukan sepuasmu, Mas. Aku siap menjadi budakmu malam ini." Sebuah perkataan Natasya terdengar sangat menjijikkan, dan membuat Brian langsung meninggalkan depan kamar pasangan mesum itu.     

Melihat Brian yang lebih dulu masuk, Imelda langsung menyusul suaminya itu. Dia bisa melihat jika Brian sangat kecewa dan juga terluka dengan kelakuan ibunya yang sangat memalukan dan juga menjijikan di mata Brian. Begitu membuka pintu kamarnya, ia melihat Brian terlihat sangat hancur dalam wajah sedihnya.     

"Aku sangat malu padamu, Sayang. Tak seharusnya kamu mendengarkan percakapan Mama yang sangat menjijikkan itu," ungkap Brian tanpa mampu menatap istrinya karena merasa sangat malu.     

Imelda berjalan mendekati suaminya, ia menyentuh pundak Brian lalu mengecup pipinya. "Aku tak peduli yang dikatakan Mama tentang kita. Asal kamu masih terus mencintaiku dan berada di sampingku, aku sudah cukup bahagia, Brian," balasnya dalam ucapan yang terdengar begitu lembut dan penuh kasih sayang yang begitu besar. Imelda mendudukkan dirinya di pangkuan Brian, kemudian mendekatkan wajahnya di telinga sang suami.     

"Kita akan meninggalkan rumah ini besok pagi. Aku tak ingin membuatmu menderita berada di rumah ini, Brian." Imelda sengaja berbisik pelan di telinga suaminya. Ia tak ingin jika sampai ada yang mendengar lalu mengacaukan rencananya itu.     

"Lupakan apa yang baru saja kamu dengar, Brian. Kita harus beristirahat malam ini." Imelda menarik Brian hingga berbaring di sampingnya. Dia tak ingin jika suaminya itu terus memikirkan perkataan Natasya yang terdengar sangat murahan bersama seorang pria yang belum jelas identitasnya. Ia berpikir agar segera mengetahui pria yang bersama Natasya sebelum meninggalkan rumah itu. Otak dari segala kegilaan ibu dari Brian adalah seorang pria yang setiap malam memuaskan ibu mertuanya itu.     

Tanpa terasa, Imelda ikut terlelap setelah berjam-jam tak bisa memejamkan matanya. Dia terus kepikiran dengan sosok pria yang bersama dengan ibu mertuanya dalam dua malam terakhir. Hal itu tentunya sangat penting untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut.     

Begitu pagi mulai datang, Brian baru saja membuka matanya. Terlihat Imelda tertidur di lengannya sangat lelap. Dia pun memberikan sebuah ciuman lembut di keningnya sembari menyentuh wajah cantiknya itu.     

"Selamat pagi, Sayang," sapa Brian cukup pelan pada wanita cantik yang sangat dicintainya itu.     

Imelda yang merasakan sentuhan dan juga belaian sang suami langsung saja memaksakan diri untuk membuka matanya. Wanita itu tersenyum lembut dengan mata yang masih belum terbuka dengan sempurna.     

"Pagi, Brian," balas Imelda pada sang suami. "Lebih baik kita pergi sekarang saja, sebelum semua orang terbangun." Imelda memaksakan diri untuk bangun lalu bangkit dari ranjang dan membereskan beberapa barang-barangnya.     

"Sepagi ini, Sayang?" Brian masih belum yakin dengan jawaban dari istrinya itu.     

Wanita itu meletakkan kembali barang-barangnya lalu berjalan ke arah di mana Brian sedang berdiri. "Aku sudah tak sabar untuk segera mandi bersamamu, Suamiku," goda Imelda pada seorang pria yang langsung terhipnotis mendengar ucapannya.     

"Kamu yakin ingin melakukannya lagi, Sayang," tanya Brian sangat bersemangat. Dia sudah tak sabar untuk segera menyentuh wanita yang sejak semalam sudah sangat membuatnya tersiksa karena menahan diri.     

"Kita pulang ke rumah Papa Davin saja. Aku yakin jika kamu masih belum bisa memaafkan Papa Adi. Aku sangat yakin jika ada kesalahpahaman di antara kalian berdua," terang Imelda pada suaminya itu.     

Begitu selesai merapikan barang-barangnya, Brian dan Imelda langsung keluar dari kamar menuju ke halaman depan di mana mobilnya terparkir. Baru saja melewati pintu depan rumah, pasangan itu melihat Natasya sedang mengobrol dengan seorang pria yang terlihat juga akan pergi dari sana.     

Dengan sangat penasaran, Brian dan Imelda sengaja memperhatikan pria yang sedang bersama ibunya itu. Mereka berdua bisa melihat jika Natasya terlihat sangat akrab dengan pria di depannya.     

"Bukankah pria itu sangat familiar, Brian?" cetus Imelda begitu bisa melihat sosok pria itu lebih jelas lagi. Dia yakin jika pria itu bukanlah pria biasa.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.