Bos Mafia Playboy

Lebih Cantik Saat Hamil



Lebih Cantik Saat Hamil

0Imelda terus saja memandangi sosok pria yang berdiri di dekat suaminya itu. Dia yakin jika pria itu sepertinya sudah dikenalnya.     
0

"Bukankah pria itu sangat familiar, Brian?" tanya Imelda pada suaminya.     

Brian langsung saja menajamkan tatapannya pada pria yang berada di sebelah ibunya. Dia sangat terkejut saat menyadari jika pria itu adalah seseorang yang bukan hanya dikenalnya tetapi juga sangat terkenal.     

"Dia adalah Rizal Hartanto, ayah kandung dari Eliza Hartanto," jelas Brian dengan sangat menyakinkan. Dia pernah melihat Rizal Hartanto beberapa kali saat melakukan sidang terbuka. Saat itu, Eliza memaksanya untuk melihat kehebatan seorang Rizal Hartanto.     

Imelda masih mencoba menarik benang merah dari beberapa kejadian yang dialaminya akhir-akhir ini. "Mungkinkah pria yang bersama Mama tadi malam juga Rizal Hartanto?" tanyanya pada sang suami.     

"Aku masih belum yakin, Sayang. Lebih baik kita berpamitan saja di depan pria itu," ajak Brian sembari menggenggam tangan Imelda untuk menemui ibunya. Mereka berdua berjalan bersama menuju ke tempat di mana Natasya dan Rizal Hartanto berada.     

"Selamat pagi, Ma. Aku dan Imelda ingin berpamitan sebentar." Brian sengaja mengatakan hal itu di depan Rizal Hartanto. Ia ingin melihat respon pasangan itu satu sama lain.     

Natasya cukup terkejut mendengar ucapan anaknya. Dia tak pernah membayangkan jika Brian akan pergi secepat itu. Yang lebih mengejutkan lagi, ia justru memilih mengatakan hal itu di depan pria yang masih berdiri dengan wajah yang sangat sulit diartikan.     

"Mengapa kalian harus pergi? Bukankah kalian berdua sudah setuju untuk tinggal bersama Mama?" Natasya mencoba untuk menghentikan mereka berdua. Dia tak ingin kembali melepaskan Brian yang sudah susah payah didapatkannya.     

"Sebenarnya ... Papa Davin yang meminta kami berdua segera menemuinya di rumah kediaman Mahendra. Jadi kami harus segera ke sana sebelum Papa murka." Imelda dengan sengaja mengatakan hal itu agar Natasya tak kebanyakan protes atas keputusannya dan Brian untuk pergi dari rumah itu.     

Ingin rasanya Natasya menghentikan mereka berdua. Namun ia tak mau berurusan dengan Davin Mahendra. Pria itu terlalu rumit dan sulit untuk ditaklukkan oleh wanita manapun.     

"Kuharap kalian akan kembali ke sini lagi," ucap Natasya penuh harap.     

Dengan berat hati, Natasya harus merelakan kepergian anaknya itu. Meskipun rencananya sama sekali tak membuahkan hasil, ia tetap harus melakukan berbagai cara agar Brian menyetujui permintaannya itu.     

Di dalam mobil, Imelda terus saja menatap suaminya yang sejak tadi terdiam tanpa mengatakan apapun. Ada sesuatu yang seolah telah membuat Brian mengunci mulutnya sendiri. Dia masih tak percaya jika ibunya memiliki hubungan sedekat itu dengan Rizal Hartanto.     

"Ada apa, Brian?" tanya Imelda cemas karena melihat Brian mengendarai mobilnya tanpa mengatakan apapun.     

"Aku hanya terkejut dengan kedekatan Mama dan juga Rizal Hartanto. Semoga saja kehadiran Eliza yang tiba-tiba tak ada hubungannya dengan Mama dan juga pria yang bersamanya itu." Besar harapan Brian agar kedatangan Eliza yang terlalu tiba-tiba, bukan atas campur tangan Natasya.     

Tak berapa lama, mereka berdua sudah berada di depan rumah milik keluarga Mahendra. Imelda dan Brian langsung turun dari mobil lalu masuk ke dalam rumah itu. Begitu sampai di dalam, ia melihat Davin Mahendra sedang menikmati secangkir kopi dengan beberapa buku dan tabloid di depannya.     

"Selamat pagi, Pa," sapa Brian dan juga Imelda hampir bersamaan.     

"Kalian sudah datang .... " Davin Mahendra terlihat senang melihat kedatangan anak dan juga menantunya. "Aku sudah meminta Adi Prayoga untuk menjemput paksa kalian berdua jika tak meninggalkan rumah itu siang ini." Seolah tanpa beban, pria tua itu terlihat sangat enteng mengatakannya.     

Imelda memilih duduk tak jauh dari ayahnya. Dia merasa penasaran akan sesuatu yang masih membuatnya tidak tenang.     

"Apa Papa tahu, apa hubungan Mama Natasya dengan Rizal Hartanto?" tanya Imelda pada pria yang terlihat sibuk dengan buku-buku di hadapannya.     

Davin Mahendra langsung meletakkan bukunya dan melemparkan sebuah tatapan aneh pada anaknya sendiri. Dia cukup penasaran, darimana Imelda bisa mengetahui hal itu.     

"Apa yang ingin kamu dengar, Imelda? Papa tidak punya hak untuk menjelaskan apapun tentang hubungan Natasya dan juga Rizal Hartanto." Davin Mahendra hanya tak ingin ikut campur dengan hubungan pribadi Natasya dan juga Adi Prayoga. Dia merasa tak berhak menceritakan hal itu pada anaknya.     

"Jika kamu ingin mendengar semuanya, kamu bisa menemui ayah mertuamu itu. Tanyakan semua yang ingin kamu ketahui tentang hubungan mereka berdua. Semoga saja, Prayoga mau menjawab pertanyaan itu," lanjut Davin Mahendra dalam wajah dingin yang menyimpan sejuta rahasia yang disimpannya seorang diri.     

Brian juga ikut tak sabar untuk mengetahui sebuah kebenaran yang seharusnya juga diketahuinya. Namun ia tak berani menanyakan apapun pada ayah mertuanya. Bisa diterima di keluarga Mahendra saja sudah sangat baik untuknya.     

"Tidak bisakah Papa memberitahukan sedikit saja tentang hubungan mereka?" Brian akhirnya memberanikan dirinya untuk bertanya langsung pada sang ayah mertua.     

Davin Mahendra hanya tersenyum simpul lalu meninggalkan mereka berdua tanpa mengatakan apapun. Hal itu membuat Imelda menjadi geram dan juga sangat kesal terhadap ayahnya sendiri.     

"Setelah mandi, aku akan menemui Papa Adi Prayoga," cetus Imelda sangat menyakinkan. Wanita itu langsung masuk ke dalam kamarnya dengan wajah sangat kesal. Dia tak tahan dengan sikap dingin Davin Mahendra yang membuatnya langsung naik pitam.     

Tanpa membuang waktu, Brian menyusul Imelda ke kamarnya. Istrinya itu tak terlihat di manapun, hanya terlihat pintu kamar mandi yang terbuka dengan suara gemericik air mengalir di dalam kamar mandi. Pria itu langsung saja menyusul istrinya, begitu masuk ke kamar mandi ... Brian melihat Imelda sedang berada di bawah guyuran air mengalir sembari memejamkan matanya.     

Sebuah pemandangan yang membuat jantung Brian seolah ingin melompat keluar. Ia pun ikut menanggalkan pakaiannya sendiri lalu berjalan ke arah Imelda tanpa suara. Dengan lembut dan juga hati-hati, Brian memberikan pelukan yang terasa hangat di tubuh sang istri.     

Karena terlalu terkejut, Imelda segera membuka matanya begitu Brian menyentuh pinggangnya tanpa tertutup selembar kain pun.     

"Brian! Kamu mengejutkan aku saja," protes Imelda pada sosok pria yang sudah memberikan belaian dan juga sentuhan di kulit mulus Imelda yang sungguh menggoda.     

"Bukankah kamu yang tadi ingin membawaku mandi bersamamu, Sayang," bisik Brian dengan nada sensual bersamaan dengan sebuah remasan lembut yang mendarat di kedua dada sang istri.     

Tak cukup sampai di sana, Brian langsung melahap habis bibir Imelda dengan sangat rakus. Seolah ia benar-benar ingin memakan wanita yang terlihat lebih cantik setelah kehamilannya itu.     

"Kamu semakin cantik saat hamil, Sayang. Rasanya aku selalu tak bisa menahan diri untuk tidak menyentuhmu," bisik Brian diiringi sebuah gigitan lembut di telinga Imelda.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.