Bos Mafia Playboy

Berbahayanya Adi Prayoga



Berbahayanya Adi Prayoga

0Brian masih memandangi sosok pria tua yang duduk tak jauh darinya itu. Ia bermaksud mengutarakan maksud lain dari kedatangannya.     
0

"Yang kedua ... saya mohon maaf telah menembak kaki Andra Gunadi," ucapnya dalam wajah yang terlihat sangat sungkan.     

Arya Gunadi tentunya cukup terkejut mendengar hal itu. Terlihat cukup jelas saat pria itu tanpa sadar melebarkan tatapan matanya. Ia tak mungkin bisa menyamarkan perasaannya dan berpura-pura tenang di depan mereka semua.     

"Kesalahan bodoh apa yang sudah dilakukan oleh Andra? Apakah gara-gara pembatalan sepihak ini?" Arya Gunadi sangat penasaran dengan alasan Brian sampai memuntahkan sebuah peluru yang mengenai kaki anaknya.     

Tak langsung memberikan jawaban, Brian memandang Imelda sejenak lalu kembali beralih pada sosok pria yang masih menunggu jawaban darinya.     

"Pembatalan transaksi itu bukan seberapa. Masalahnya, Andra Gunadi telah melukai kakak ipar saya dan juga hampir melecehkan calon kakak ipar saya," terang Brian Prayoga.     

Pria tua itu langsung bangkit dari tempat duduknya karena terlalu terkejut. Ia tak percaya jika anak yang selama ini cukup dipercayainya bisa melakukan hal bodoh yang sangat memalukan baginya. Arya Gunadi berdiri tak jauh dari Brian lalu menundukkan kepalanya.     

"Aku sangat menyesal atas kelakuan bodoh anakku, Brian. Sepertinya, sebuah tembakan itu belum setimpal atas apa yang sudah dilakukannya. Aku benar-benar malu atas perbuatan Andra." Arya Gunadi menunjukkan penyesalan yang begitu dalam pada pewaris tunggal dari keluarga Prayoga. Ia tak dapat membayangkan jika hal itu sampai terdengar oleh Adi Prayoga.     

"Mungkin kali ini, saya bisa memaafkan anak Anda karena telah melukai kakak saya dan juga kekasihnya. Namun jika hal itu kembali terulang lagi, saya tidak akan segan-segan untuk menghabisi anak Anda itu," tegas Imelda dalam suara yang sangat jelas dan tentunya cukup menyakinkan. Itu bukanlah sebuah ancaman untuk pria tua itu, Imelda hanya ingin memberikan peringatan yang pertama dan juga yang terakhir untuk keluarga Gunadi.     

Ucapan dari wanita di hadapannya itu, sontak saja membuat Arya Gunadi bergidik ngeri. Ia tak menyangka jika seorang wanita cantik seperti Imelda bisa melontarkan sebuah perkataan yang sangat mengintimidasi dirinya. Terlebih, penampilan seorang Imelda Mahendra sama sekali tak menunjukkan sosok kejam yang tanpa perasaan.     

"Aku akan memastikan jika hal yang sangat memalukan ini tak akan terulang lagi. Jika sampai terjadi, biar aku sendiri yang menghukum Andra dengan tanganku sendiri," sahut Arya Gunadi dengan sangat menyakinkan. Ia tak mungkin membela seseorang yang sudah melakukan kesalahan fatal dan juga bisa membahayakan keluarganya.     

Brian pun bangkit dari tempat duduknya lalu berhadapan langsung dengan sang empunya rumah. Ia bisa melihat jika Arya Gunadi sangat menyesali perbuatan yang sudah dilakukan oleh anaknya sendiri.     

"Soal transaksi kita .... Anda bisa membatalkan perjanjiannya jika memang itu perlu. Saya akan menjelaskan secara langsung pada papaku, Adi Prayoga." Brian ingin meluruskan situasi yang terlihat cukup rumit dalam hubungan mereka. Ia tak ingin menambahkan masalah antara keluarga Prayoga dan juga keluarga Gunadi.     

"Tak perlu, Brian. Hari ini aku akan menyelesaikan semuanya. Sebelum lusa, semua barang akan kupastikan sudah sampai di gudang milik keluarga Prayoga," bujuk pria tua itu pada seorang pria yang memiliki pengaruh besar dalam bisnis yang mereka jalani. Sedikit kesalahan saja yang dilakukannya bisa membuat Adi Prayoga murka dan mengakhiri semua bisnis yang terjalin di antara mereka.     

Mendengar dan juga melihat suasana sudah cukup terkendali, Imelda ikut bangkit dan juga berdiri di sebelah suaminya. Ia merasa jika semua urusan telah selesai.     

"Haruskah kita kembali sekarang, Brian? Segala urusan telah selesai, paling tidak untuk dua hari ke depan." Imelda tak ingin berlama-lama di rumah itu karena suasana berubah tak nyaman dan bisa menjadi berbahaya.     

"Saya akan menunggu kabar baik dari Anda, Pak Arya Gunadi." Brian pun langsung mengajak Imelda untuk keluar dari tempat itu dan kembali ke dalam mobil yang masih menunggu di halaman depan rumah itu.     

Secara khusus, Arya Gunadi mengantarkan kepergian mereka sebagai wujud kesopanan atas perjanjian bisnis yang sudah terjalin selama bertahun-tahun.     

Begitu pasangan itu pergi, Arya Gunadi memanggil beberapa orang yang bekerja untuknya. Sebuah perintah khusus dilontarkan pria itu pada mereka semua.     

"Seret Andra Gunadi sekarang juga. Entah dia hidup atau mati, bawa anak bodoh itu ke hadapanku secepatnya," teriak pria tua penguasa bisnis keluarga Gunadi. Ia sudah tak sabar untuk memberikan hukuman pada kebodohan anaknya itu. Rasanya seluruh darah di dalam dirinya sudah mendidih dan siap untuk meledak saat itu juga.     

"Baik, Bos!" jawab mereka sebelum bergerak cepat untuk menemukan sosok Andra Gunadi. Dengan sengaja, Arya Gunadi mengerahkan seluruh orang-orangnya. Ia tak bisa menunggu lebih lama untuk melampiaskan kemarahannya itu.     

Dalam beberapa menit saja, orang-orang suruhannya berhasil menemukan Andra Gunadi di salah satu rumah milik keluarganya. Mereka pun harus memaksa pria itu karena menolak untuk menemui ayahnya.     

Dengan langkah yang terpincang-pincang, Andra Gunadi memasuki sebuah rumah di mana ayahnya sudah menunggu dalam kemarahan yang tak tertahankan. Pria tua itu langsung melemparkan tatapan mematikan pada anaknya sendiri.     

"Ada apa dengan kakimu?" Dengan sengaja Arya Gunadi berpura-pura tak mengetahui alasan kaki anaknya bisa terluka. Ia ingin melihat, seberapa hebat seorang Andra Gunadi bisa menipu ayahnya sendiri.     

"Aku terpeleset di kamar mandi, Pa," jawab Andra Gunadi tanpa rasa takut sedikitpun. Meskipun ia juga was-was jika ayahnya itu mengetahui perbuatan gilanya yang melibatkan Brian Prayoga.     

Arya Gunadi mendekati anaknya dan langsung melemparkan sebuah tendangan ke arah kaki dengan luka tembak itu. Tanpa ampun, pria tua itu telah membuat anaknya sendiri tersungkur di lantai rumahnya.     

"Kenapa Papa menendang aku?" protes seorang pria yang tak menyadari kesalahan fatal apa yang sudah dilakukan terhadap keluarga Prayoga.     

"Sepertinya Brian Prayoga terlalu berbaik hati padamu, Andra. Seharusnya dia menembak kepalamu ataupun jantungmu saja. Dasar tidak tahu diri!" Pria tua itu kembali menendang kaki anaknya sendiri. Ia sudah kehilangan kata-kata dalam menghadapi kebodohan yang melekat dari Andra Gunadi.     

Andra sangat terkejut begitu mendengar ayahnya mengatakan hal itu. Dia tak menyangka jika pria tua itu sudah mengetahui perbuatan bodohnya di hotel tempat dirinya melakukan pertemuan dengan Brian Prayoga.     

"Bagaimana Papa mengetahui hal it" Andra masih saja penasaran dengan sosok yang sudah membocorkan hal itu pada ayahnya sendiri. Padahal ia sudah mengancam beberapa orang yang menyaksikan kejadian memalukan itu.     

"Bodoh! Apa kamu bisa membayangkan hal yang mungkin dilakukan Adi Prayoga jika mengetahui hal ini? Kamu tak mungkin bisa selamat jika bos mafia itu mengetahui kebodohanmu!" Arya Gunadi memberikan penegasan dalam setiap kata yang diucapkannya.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.