Bos Mafia Playboy

Melawan Natasya Sama Dengan Melawan Rizal Hartanto



Melawan Natasya Sama Dengan Melawan Rizal Hartanto

0Begitu Eliza mendapatkan bukti-bukti yang baru saja di oleh Imelda, ia langsung bergegas ke kantor kakaknya. Wanita itu sama sekali tak ingin membuang waktu dan tak menghasilkan apa-apa.     
0

Sampai di firma hukum milik Johnny Hartanto, wanita itu melangkahkan kakinya dengan langkah yang pasti. Eliza sudah sangat tidak sabar untuk bertemu dengan kakak laki-lakinya. Tanpa permisi atau mengetuk pintu, ia langsung masuk ke ruangan di mana kakaknya berada.     

"Kak! Aku ingin .... " Eliza langsung menghentikan ucapannya karena di dalam ruangan itu ada seorang klien yang sedang berbicara serius pada kakaknya.     

Johnny Hartanto langsung menatap adiknya penuh tanya. Ia merasa aneh dengan kedatangan Eliza ke kantornya. Tak biasanya wanita itu memiliki waktu luang untuk mendatangi dirinya.     

"Bisakah kamu menunggu Kakak sebentar di ruang meeting?" Terdengar seperti sebuah pertanyaan, sesungguhnya itu adalah permintaan tulus dari seorang Johnny Hartanto pada adik perempuan satu-satunya.     

Tanpa memberikan jawaban apapun, Eliza berangsur keluar dari ruangan kakaknya. Johnny Hartanto juga merasa sungkan pada seorang kliennya itu.     

"Mohon maaf atas ketidaksopanan adik saya," sesal Johnny Hartanto pada seorang wanita yang menjadi kliennya.     

"Tidak masalah, Pak Johnny Hartanto. Sepertinya, adik perempuan Anda sedang memiliki hal yang cukup penting. Lebih baik Anda temui saja dulu, kita bisa melanjutkan perbincangan ini lain hari." Wanita itu bangkit dari kursinya dan bersiap untuk meninggalkan ruangan itu.     

Johnny Hartanto merasa tak enak hati pada kliennya itu. Ia hanya bisa mengucapkan kata maaf pada wanita yang sudah berbesar hati untuk mengerti kondisinya.     

"Sekali lagi saya mohon maaf, Nona," ucap Johnny Hartanto dengan tulus.     

Begitu wanita itu tadi benar-benar pergi dari sana, Johnny Hartanto langsung bergegas ke sebuah ruangan di mana Eliza berada. Ia sangat penasaran dengan sesuatu yang sudah membuat adiknya itu sampai datang dan menemuinya di kantor. Ia pun membuka pintu ruangan itu dan melihat Eliza sedang duduk dengan beberapa berkas yang berserakan di hadapannya.     

"Ada apa ini, Eliza?" Johnny Hartanto tentunya sangat terkejut melihat adiknya yang tampak cemas dan juga bingung sembari menatap beberapa dokumen di hadapannya.     

"Papa telah membantu Tante Natasya untuk memperbaharui sebuah surat kuasa." Eliza terdiam sejenak sebelum melanjutkan perkataannya. "Sayangnya surat kuasa yang dimiliki oleh Tante Natasya itu palsu, Kak. Kita harus membongkar kejahatan itu sebelum disalahgunakan," lanjutnya dalam wajah sangat panik.     

Pria itu tak terkejut sama sekali dengan ucapan Eliza. Selama ini Johnny Hartanto juga mengetahui jika ayahnya telah dimanfaatkan oleh Natasya. Terlebih wanita itu adalah kekasih dari ayahnya sendiri.     

"Jangan terlibat dengan semuanya itu, Eliza. Bisa saja nyawamu bisa dalam bahaya," peringat Johnny Hartanto pada adik perempuan kesayangannya. Ia tak ingin jika hal buruk sampai menimpa adiknya itu.     

"Apa maksud, Kakak? Jadi Kakak sudah mengetahui semuanya, kenapa Kakak hanya diam saja mengetahui kejahatan Tante Natasya?" protes Eliza pada seorang pria yang tak pernah mau terlibat dengan seorang wanita yang sudah bertahun-tahun memanfaatkan ayahnya.     

Johnny Hartanto merasa tak bisa menjelaskan apapun pada adiknya. Rumitnya hubungan Natasya dan orang-orang di sekitarnya membuat ia tak ingin terlibat dengan wanita itu. Bahkan ia selalu menolak setiap kali wanita itu mengajaknya untuk sekedar makan siang ataupun mengobrol. Sebisa mungkin, Johnny Hartanto akan menghindari sosok wanita yang menjadi kekasih dari ayahnya itu.     

"Jauhkan dirimu dari itu, Eliza!" tegas Johnny Hartanto pada adiknya.     

"Kebenaran tetap harus diungkapkan, Kak. Jika Kakak tak mau membantuku, aku sendiri yang akan membuktikan pada semua orang jika surat kuasa itu adalah palsu." Eliza benar-benar sudah sangat yakin jika ia akan membongkar kejahatan dari Natasya. Ia tak peduli jika nyawanya akan dipertaruhkan untuk melakukannya.     

Johnny Hartanto merasa sangat frustrasi akan dirinya sendiri. Tanpa sadar ia menarik kasar rambutnya. Di sisi lain, ia tak ingin terlibat apapun dengan kekasih ayahnya. Namun di sisi yang lain pula, pria itu tak mungkin bisa membiarkan adik kesayanganku menghadapi bahaya sendirian.     

"Apa yang sebenarnya kamu inginkan dari Kakak?" Seolah tak memiliki pilihan lainnya, Johnny Hartanto akhirnya menyerah dan mencari tahu tentang semuanya.     

Eliza tersenyum lega atas kepedulian kakaknya. Ia sudah sangat yakin jika Johnny Hartanto tak mungkin membiarkan dirinya berpikir sendirian. Apalagi jika hal itu bisa membahayakan nyawanya.     

"Aku berharap Kakak bisa membantuku membuktikan jika surat kuasa itu adalah palsu. Hanya saja, kita tak memiliki banyak waktu untuk menyelidikinya," jelas Eliza penuh harap.     

"Apa yang sudah kamu dapatkan?" tanya seorang pria yang tak memiliki pilihan lain selain membantu adiknya itu.     

Eliza bangkit dari kursinya lalu berdiri di sebelah kakaknya. Ia pun menunjukkan sebuah surat kuasa yang dipertontonkan oleh Natasya kepada ayahnya.     

"Ini adalah surat kuasa palsu yang dimiliki oleh Tante Natasya," terang Eliza sembari memperlihatkan sebuah gambar di layar ponselnya.     

"Sedangkan ini, surat kuasa yang telah diperbaharui oleh Papa." Eliza mengambilnya salinan surat kuasa yang diberikan oleh Rizal Hartanto saat ia mendatangi ayahnya itu.     

Dengan wajah serius, Johnny Hartanto mengamati dua dokumen itu. Secara sekilas tak ada keanehan dalam keabsahan surat kuasa itu. Namun Eliza terlalu pintar untuk menerima sebuah kejahatan yang terlalu jelas.     

"Apa kamu memiliki dokumen pembanding yang bisa membuktikan jika surat kuasa adalah palsu?" tanya Johnny Hartanto pada seorang wanita yang terlihat sibuk dengan berkas-berkas yang ada di atas meja.     

Wanita itu mengambil beberapa dokumen penting milik Irene Mahendra lalu memberikannya kepada kakaknya. Eliza sangat yakin jika kakaknya itu bisa membantunya untuk memecahkan persoalan itu.     

"Ini adalah dokumen asli milik Irene Mahendra. Kakak bisa memeriksanya sendiri, terlihat begitu jelas jika tanda tangan yang dibubuhkan dalam surat kuasa itu jelas sangat berbeda. Apabila disandingkan dengan seluruh dokumen yang dimiliki oleh Irene Mahendra, surat kuasa itu hanya akan menjadi seonggok sampah saja." Eliza terlihat cukup kesal dengan hal itu. Ia masih tak mengerti alasan ayahnya bisa sangat membela wanita itu.     

Dengan sangat seksama dan juga hati-hati, Johnny Hartanto mulai memeriksa satu persatu dokumen itu. Membandingkan dokumen asli milik Irene Mahendra yang memiliki tanda tangan yang sama persis. Sedangkan di dalam salinan surat kuasa itu, secara sekilas cukup mirip. Jika diperhatikan secara seksama jelas sangat berbeda.     

"Ini benar-benar sangat berbeda. Aku tak bisa menjanjikan apapun padamu Eliza, karena kamu tahu sendiri apa alasanku." Pria itu langsung terdiam tanpa melanjutkan ucapannya. Johnny Hartanto seolah baru saja menanggung beban yang sangat berat.     

"Melawan Tante Natasya sama halnya dengan melawan Papa," celetuk Eliza pada kakaknya. Ia tahu apa yang sedang dipikirkan oleh sang pengacara ternama itu.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.