Bara

The Wedding 3



The Wedding 3

0Maharani melihat pantulan wajahnya di cermin yang ada di hadapannya. Seorang penata rambut masih sibuk merapikan rambutnya. Wajahnya kini sudah dirias. Riasan wajahnya terlihat sangat bersahaja.     
0

Penata rambutnya tertawa pelan melihat Maharani yang nampak asing dengan wajahnya sendiri. "Mbak jarang make up, ya?"     

"Ya?" Maharani menatap penata rambutnya dari pantulan kaca yang ada di depannya.     

Penata rambut itu tersenyum seraya menatap Maharani. "Kalo saya lihat dari ekspresinya, Mbak kayaknya jarang make up. Keliatan pangling sama muka sendiri."     

Maharani tertawa menanggapi ucapan penata rambutnya. "Takjub aja liat muka saya setelah di make up. Biasanya cuma make up alakadarnya aja. Pakai bedak, blush on sama lipstick. Pakai eyeliner aja saya ngga bisa."     

"Jadi makin cantik ya, setelah di make up?"     

Maharani berdecak pelan. "Kalau itu biar orang aja yang menilai. Kalau saya yang menilai sendiri nanti dikira kepedean."     

"Mbaknya cantik, kok. Sebelum di make up udah cantik. Make up cuma semakin menonjolkan kecantikan yang udah ada," ujar penata rambutnya.     

Maharani tersenyum pada wanita yang sedang menata rambutnya itu. Ia lalu kembali menatap wajahnya di cermin. Penata riasnya menonjolkan riasan pada bagian matanya. Ia tidak menyangka bahwa matanya akan terlihat begitu bersinar.     

Penata rambutnya akhirnya selesai menata rambut Maharani. Rambut panjangnya dikepang dengan bentuk menyerupai ekor ikan. Untuk mempercantik kepangannya, penata rambut itu menambahkan riasan bunga-bunga kecil yang disematkan pada kepangan tersebut.     

"Sekarang waktunya ganti baju," ujar penata rambutnya.     

Maharani tersenyum sambil menganggukkan kepalanya. Ia kemudian segera berdiri dari tempat duduknya. Dua orang dari pihak butik tempat Maharani membeli baju pengantinnya ikut berdiri dan mendekat ke arah Maharani sambil membawa gaun pengantin miliknya.     

Mata Maharani berbinar ketika melihat gaun pengantin miliknya. Ia kemudian segera melepaskan piyama yang ia kenakan. Di balik piyama itu ia sudah mengenakan korset lengkap dengan stocking yang senada dengan warna kulitnya.     

Salah seorang Pegawai butik membantu Maharani untuk mengenakan gaun pengantinnya. Jantung Maharani berdegup tidak karuan ketika ia akhirnya mengenakan gaun pengantinnya.     

"Degdegan ya, Mbak," ujar Pegawai butik yang membantu Maharani mengenakan gaun pengantinnya.     

Maharani tertawa canggung menanggapi ucapan Pegawai tersebut. "Waktu fitting biasa aja. Sekarang jadi degdegan. Takut gaunnya mendadak ngga muat."     

"Jaraknya ngga terlalu lama. Pasti muat gaunnya," sahut Pegawai butik yang membantu Maharani.     

Maharani berdiri tegak di depan kaca seluruh badan yang ada di sisi kanannya sementara Pegawai butik memasangkan sleting pada gaun yang ia kenakan. Tanpa sadar ia menahan napasnya ketika akhirnya gaun putih tersebut memeluk tubuhnya.     

"Nah. Masih muat, kan," ujar Pegawai butik yang membantu Maharani. Pegawai itu lalu merapikan bagian bawah gaun yang dikenakan Maharani.     

Gaun putih off shoulder berlengan panjang yang dilapisi renda dengan siluet punggung yang terbuka. Bagian bawahnya sedikit menjuntai namun tidak terlalu panjang.     

Penata rambut dan periasnya kembali membantu merapikan penampilan Maharani begitu ia selesai mengenakan gaun pengantinnya. Setelah rambut dan riasan wajahnya selesai, Pegawai butik bersama penata rambut memasangkan veil tipis yang menutupi wajah Maharani.     

Sekali lagi Maharani dibuat menahan napasnya sendiri ketika ia akhirnya ia selesai mengenakan gaun pengantinnya. Penata rias, rambut dan juga Pegawai butik yang membantunya, semuanya tersenyum sambil menatap Maharani. Mereka puas dengan hasil kerja mereka mendandani Maharani untuk hari besarnya ini.     

Penata riasnya lalu menuntun Maharani untuk kembali duduk di kursi sambil menunggu orang yang akan mendampinginya ke altar. Maharani duduk dengan gusar. Ia meremas-remas tangannya untuk mengurangi rasa gugup yang menghampirinya.     

Beberapa saat setelah ia selesai mengenakan gaun pengantinnya, Ella masuk ke dalam ruangannya dengan sudah mengenakan gaun satin berwarna dusty pink. Ella membawa sebuah buket bunga mawar putih untuk diberikan pada Maharani.     

"Wow!" seru Ella ketika ia berdiri di hadapan Maharani. "Gue hampir ngga ngenalin kalo ini Maharani yang gue kenal."     

Maharani tersenyum dari balik veil panjang yang ia kenakan. "Gue makin degdegan, La." Ia kemudian menatap Ella. "Lu juga cantik pakai gaun begitu, La."     

"Tapi ngga boleh lebih cantik dari pengantin wanita. Karena yang jadi pusat perhatian hari ini adalah pengantin wanitanya," sahut Ella.     

"Tapi di mata Ben, pasti lu yang jadi pusat perhatian dia," timpal Maharani.     

Ella tertawa pelan. "Gue juga penasaran mau liat Ben pakai tuxedo."     

----     

Sementara itu di dalam kamar pribadinya, Bara hanya bisa menghela napas pasrah ketika Kimmy mulai bekerja untuk menyapukan pelembab wajah, councelar, foundation serta bedak padat ke wajahnya. Kimmy berulang kali beralasan ia tidak mau wajah Bara terlihat kusam dalam foto pernikahannya itu.     

"Jangan tebel-tebel, Kim," ujar Bara ketika Kimmy memulas wajahnya.     

"Tenang aja, sih. Gue juga tahu. Ini cuma tipis-tipis doang biar muka lu keliatan segar. Ngga kayak orang abis dikejar zombie," sahut Kimmy.     

Bara menghela napas panjang dan membiarkan Kimmy memulas wajahnya. Ia memejamkan matanya sementara Kimmy memulasnya.     

"Lu ngga degdegan, Bar?" tanya Kimmy.     

"Sedikit," jawab Bara.     

"Lu udah nyiapin kata-kata?"     

Bara menganggukkan kepalanya. "Sekarang lagi berusaha gue ingat-ingat."     

"Jangan sampai lupa, lu," ujar Kimmy.     

"Ngga, lah. Masa gue lupa sama kata-kata gue sendiri," sahut Bara. "Ngomong-ngomong, si tahu bulat mana? Kok dia ngga sama lu?"     

"Tadi gue titipin ke Ben, sekarang udah sama Damar." Kimmy menghela napas panjang ketika akhirnya ia selesai memulas wajah Bara. "Nah, buka mata lu sekarang."     

Bara mengerjap-ngerjapkan matanya. Ia lalu menatap Kimmy. "Udah?"     

Kimmy menganggukkan kepalanya. "Udah, lah. Orang cuma makein make up tipis aja. Cuma biar keliatan seger."     

Bara kemudian berdiri dari tempat duduknya. Kimmy segera membantunya untuk merapikan kembali kemeja putih dan dasi kupu-kupu yang dikenakan Bara.     

Arga yang juga berada di dalam kamar Bara langsung membawakan tuxedo yang akan dikenakan Bara. Ia kemudian membantu Bara mengenakan tuxedo-nya.     

Setelah Bara selesai mengenakan tuxedo-nya, Kimmy mengambil sebuah rangkaian bunga mini yang tadi ia bawa, lalu menyematkannya di tuxedo yang dikenakan Bara. Kimmy kemudian menatap Bara. Ia tersenyum lalu memeluk Bara. "Good Luck to you."     

Bara balas memeluk Kimmy sambil tersenyum simpul. "Thank you, Kim."     

Kimmy menghela napas panjang lalu melepaskan pelukannya. "Mending gue buru-buru keluar dari sini, sebelum make up gue luntur gara-gara mewek liat lu pakai tuxedo pernikahan lagi." Ia lalu melangkah cepat meninggalkan ruang ganti di kamar Bara.     

Bara hanya tersenyum simpul melihat Kimmy yang berjalan keluar dari ruang gantinya. Ia kemudian menoleh pada Arga. Keduanya lalu berpelukan. Arga menepuk-nepuk punggung Bara.     

"Thanks, Ga," ujar Bara.     

Arga melepaskan pelukannya dan tersenyum pada Bara. "You deserve it. Gue harap lu bahagia sama Rani."     

Bara menganggukkan kepalanya.     

"Kalau gitu, gue tunggu di luar." Arga pun berjalan keluar meninggalkan kamar ganti yang ada di kamar Bara.     

Setelah Kimmy dan Arga pergi, Bara yang seorang diri menatap pantulan dirinya di cermin seluruh tubuh yang ada di hadapannya. Ia langsung menoleh begitu melihat Rania muncul di ruang gantinya.     

Rania menghampiri Bara dan langsung memeluknya. "Mama ngga berharap apapun selain kamu bisa mendapatkan kebahagiaan yang seharusnya kamu dapatkan."     

Bara memejamkan matanya sambil memeluk tubuh ibunya. "Thanks, Mom."     

****     

Don't forget to follow my Instagram Account pearl_amethys and my Spotify Account pearlamethys untuk playlist musik yang saya putar selama menulis cerita ini.     

Karya asli hanya tersedia di platform Webnovel.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.