Bara

Fast Vorbei 5



Fast Vorbei 5

0Pagi hari, kediaman Noni dibuat gempar dengan Laksmi yang ditemukan dalan keadaan sesak napas di kamarnya. Begitu Noni menghampirinya, Laksmi seakan-akan hendak mengatakan sesuatu padanya. Namun, ia kesulitan untuk mengatakan kata-kata yang mungkin sudah ada si ujung lidahnya.     
0

Sembari memegangi dadanya, Laksmi terus berusaha mengucapkan sesuatu. Akan tetapi yang keluar dari mulutnya hanya suara napasnya yang tercekat di tenggorokan. Noni pun segera menghubungi ambulans untuk membawa Laksmi.     

Tidak sampai tiga puluh menit, ambulans tiba di kediaman Noni dan langsung membawa Laksmi. Sementara Laksmi dibawa pergi menggunakan ambulans, Noni mengikuti ambulans tersebut dengan mobilnya.     

-----     

"Halo, Nja," ujar Kinan sedikit panik ketika ia menelpon Senja.     

"Kenapa, Mbak? Lu, kok, kedengerannya panik begitu," sahut Senja.     

"Gue lagi di rumah sakit," jawab Noni.     

"Lu sakit, Mbak?"     

"Bukan gue yang sakit. Ibu Laksmi."     

"Hah?"     

Noni menghela napasnya. "Iya, tadi pagi mendadak gue nemuin dia lagi sesak napas di kamarnya."     

"Ooh," gumam Senja. "Terus gimana keadaanya sekarang?"     

"Dia masih ditanganin sama Dokter. Gue jadi ngga tenang," ujar Noni.     

"Ngga tenang kenapa, Mbak?"     

"Dia kaya mau ngomong sesuatu sama gue. Tapi, kata-katanya ngga bisa keluar dari mulut dia." Noni terdiam. Sesuatu sangat mengganggu pikirannya. "Nja," ujarnya tiba-tiba.     

"Kenapa?" sahut Senja.     

"Kenapa gue mikir ini bukan kebetulan, ya," aku Noni.     

"Maksudnya? Ada yang sengaja mau nyingkirin Ibu Laksmi, gitu?"     

"Hmm," gumam Noni. Ia pun tanpa sadar menganggukkan kepalanya.     

"Tapi, kan, dia ada di rumah lu. Rumah lu juga banyak kamera pengawasnya, Mbak. Ada yang mencurigakan, ngga?" tanya Senja.     

"Gue belum cek. Gue langsung kesini nganter dia," sahut Noni.     

Senja menghela napasnya. Ia kemudian menawarkan diri untuk mengecek kamera pengawas yang ada di kediaman Noni. "Apa gue perlu ngecek ke rumah lu?"     

"Lu bisa ke rumah gue sekarang?"     

"Bisa, bisa aja."     

"Ya udah. Tolong ya, Nja," pinta Noni.     

"Oke, Mbak."     

"Thanks."     

"Anytime," timpal Senja.     

Noni kemudian mematikan sambungan telponnya dengan Senja. Ia kembali duduk di ruang tunggu ruang gawat darurat untuk menunggu kabar keadaan Ibu Laksmi yang sedang dalam penanganan Dokter.     

-----     

Senja segera meluncur ke rumah Noni tidak lama setelah ia mengakhiri telponnya dengan Noni. Karena jarak rumahnya dengan rumah Noni yang tidak terlalu jauh, tidak sampai setengah jam Senja sudah tiba di rumah Noni. Asisten rumah tangga Noni langsung membukakan pintu rumah Noni begitu mendengar suara Senja di pengeras suara.     

Asisten rumah tangga Noni juga sudah tidak asing dengan kehadiran Senja di rumah tersebut. Ia membiarkan Senja masuk ke dalam ruang kerja Noni dan ia pun kembali melanjutkan pekerjaanya di belakang.     

Begitu masuk ke dalam ruang kerja Noni, Senja langsung duduk di depan monitor yang menunjukkan seluruh kamera pengawas yang terpasang di rumah Noni. Ia memutar kembali rekaman kamera pengawas mulai dari saat mobil yang dinaiki Noni dan Laksmi memasuki rumah tersebut tadi malam.     

Kaki Senja terus bergerak ketika ia memeriksa rekaman yang ada di rumah Noni satu per satu. Berharap ia akan menemukan sesuatu yang bisa menuntun mereka untuk mengungkap apa yang sebenarnya terjadi pada Laksmi.     

"Hmpf," gumam Senja ketika ia selesai memerika seluruh rekaman tersebut. Ia kemudian meraih ponselnya dan menghubungi Noni.     

"Gimana, Nja?" seru Noni ketika ia menjawab telpon dari Senja.     

"Ngga ada yang mencurigakan," sahut Senja lesu. Ia kemudian menerangkan apa yang ia lihat pada Noni. "Dari mulai kalian berdua masuk ke rumah tadi malam, ngga ada sesuatu yang mencurigakan. Semua keliatan normal-normal aja. Ngga ada orang asing yang masuk."     

Terdengar Noni menghela napas lesu. "Berarti itu cuma ketakutan gue aja. Baguslah kalo emang ngga ada yang mencurigakan."     

"Gimana Ibu Laksmi?"     

"Gue belum liat dia lagi. Dia masih ditanganin sama Dokter," jawab Noni.     

"Ya udah, gue cuma mau ngasih tau soal itu doang. Gue coba cek sekali lagi buat mastiin."     

"Oke, sekali lagi makasih, Nja." Noni pun kembali mematikan ponselnya.     

Senja menghela napas panjang sebelum ia kembali mengulang rekaman kamera pengawas yang ada di rumah Noni.     

----     

Seorang Dokter berjalan menghampiri Noni dengan wajah tertunduk lesu. "Mbak Noni," sapa Dokter tersebut sambil berusaha tetap tersenyum.     

Noni segera berdiri dari tempat duduknya. "Iya, Dok." Ia memperhatikan ekspresi wajah Dokter tersebut yang berusaha untuk tersenyum padanya meski raut wajahnya terlihat muram.     

Dokter itu menghela napas panjang sebelum memberi kabar tentang Laksmi pada Noni. "Maaf, Mbak. Kami gagal menyelamatkan Ibu Laksmi."     

Noni terkesiap. "Maksud Dokter, Ibu Laksmi meninggal dunia?"     

Dokter itu mengagguk pelan. "Kami minta maaf yang sebesar-besarnya."     

"Apa penyebab kematiannya?"     

"Dia mengalami serangan jantung," jawab Dokter tersebut.     

Noni langsung menghela napas lega begitu mendengarkan jawaban Dokter tentang penyebab kematian Laksmi. Ia lalu menatap Dokter tersebut sembari tersenyum simpul. "Terima kasih, Dok."     

Dokter itu mengangguk dan lekas pergi meninggalkan Noni. Sementara itu, Noni segera menghubungi Senja untuk mengabari kematian Laksmi.     

-----     

Seorang Polisi datang ke ruang tahanan Hanggono dan hendak membawanya kembali ke ruang interogai untuk melanjutkan kembali penyelidikan tentang kasus yang sedang menjeratnya. Ia membuka ruang tahanan dan meghampiri Hanggono yang sedang meringkuk di tempat tidur tahanannya.     

"Pak, udah waktunya," ujar Polisi terebut sembari menepuk pelan bahu Hanggono.     

Hanggono diam tidak bergerak. Ia bahkan tidak mengangguk atau sekedar menoleh pada Polisi yang biasa menjemputnya itu. Polisi itu kembali menepuk bahu Hanggono sembari mendekatkan tubuhnya pada Hanggono. Ia sedikit mengernyitkan dahinya ketika mendengar suara napas Hanggono yang terdengar tidak beraturan.     

Polisi itu kemudian membalikkan tubuh Hanggono. Matanya langsung membelalak begitu melihat wajah Hanggono yang pucat pasi dengan mulut membuka. Satu tangan Hanggono membekap dadanya. Ia pun segera berlari meninggalkan ruang tahanan Hanggono untuk meminta bantuan.     

"Cepet telpon ambulans," seru Polisi tersebut pada rekannya. "Pak Hanggono--"     

"Kenapa Pak Hanggono?" sahut rekannya.     

"Udah, cepet telpon ambulans."     

Melihat rekannya yang terlihat panik, akhirnya salah satu Polisi yang ada disitu segera menelpon rumah sakit. Sementara Polisi yang menemukan Hanggono segera melapor ke ruang investigasi dimana dua orang penyidik sudah menunggu Hanggono.     

"Gawat, Pak," ujar Polisi tersebut ketika masuk ke ruang investigasi sambil terengah-engah.     

Dua orang penyidik yang sedang menunggu Hanggono menatapnya keheranan.     

"Pak Hanggono. Dia kayanya kena serangan jantung," lanjut Polisi tersebut.     

Kedua orang penyidik tersebut serta merta berdiri dari tempat duduknya dan segera berlari menuju ruang tahanan Hanggono. Begitu ia tiba disana, salah seorang Polisi sedang melakukan CPR pada Hanggono.     

"Kenapa bisa begini?" tanya seorang Penyidik pada Polisi yang bertugas menjemput Hanggono di ruang tahanannya.     

Polisi itu menggeleng cepat. "Saya juga ngga tahu, Pak. Pas saya jemput kondisinya udah kaya gitu."     

"Permisi, Pak." Seorang Petugas Paramedis datang dan hendak masuk ke ruang tahanan Hanggono.     

Penyidik dan Polisi yang berdiri di depan ruang tahanan Hanggono segera menyingkir dan memberi jalan pada Petugas Paramedis tersebut. Petugas itu dengan sigap memeriksa tanda-tanda vital Hanggono. Penyidik yang memperhatikan wajah Paramedis itu nampak gusar.     

Berulang kali Paramedis memberikan kejut jantung pada Hanggono. Namun tubuh Hanggono tampak kaku seperti sebuah manekin yang tergeletak di lantai. Petugas pun akhirnya menyerah dan meletakkan tangannya di wajah Hanggono seraya menunduk dalam. Setelah itu ia menoleh pada Penyidik yang sedari tadi mengawasinya dan menggeleng pelan.     

****     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.