Bara

Fast Vorbei 6



Fast Vorbei 6

0Kinan membantu Axel untuk menyiapkan kepulangannya dari rumah sakit. Papanya tidak dapat ikut membantu karena sedang berurusan dengan Polisi untuk dimintai keterangan terkait yayasan pendidikan milik Hanggono yang disinyalir sudah menggelapkan uang milik donatur dan menggunakannya untuk kepentingan pribadi dan partainya. Selain itu yayasan tersebut juga dianggap sebagai kedok untuk menyembunyikan harta kekayaan Hanggono yang sebenarnya untuk menghindari pajak.     
0

Sembari menunggu Kinan yang sedang mengurus administrasi sebelum dirinya meninggalkan rumah sakit, Axel menyalakan ponselnya yang sudah beberapa hari tidak ia pegang dan langsung membuka laman media sosialnya. Ia mengernyit tidak percaya, ketika melihat akun milik Noni mengabarkan wanita yang semalam menjadi narasumbernya meninggal dunia akibat serangan jantung.     

Di dalam postingannya, Noni mengungkapkan bela sungkawa yang sebesar-besarnya pada wanita tersebut. Ia juga menyebut bahwa Laksmi adalah seorang wanita tangguh yang berani mengungkapkan kebenaran meski nyawanya sendiri terancam.     

Axel berdecak membaca komentar-komentar yang masuk dalam postingan milik Noni. "Sekarang Pengkhianat yang jadi Pahlawan."     

"Siapa yang pengkhianat?" ujar Kinan tiba-tiba.     

"Nih, lu liat aja." Axel menunjukkan postingan Noni kepada Kinan.     

"Ini orang yang udah bikin temen-temennya mati, terus sekarang pas mati dia dipuji-puji karena berani ngomong soal skandal itu," ujar Axel kesal.     

"Itulah jahatnya media," sahut Kinan. "Mereka bisa membolak-balikkan fakta sesuka mereka dan menggiring orang untuk percaya. Gue yakin, Noni juga tahu soal hal itu. Tapi, dia simpan itu untuk dirinya sendiri."     

"Unbelievable," timpal Axel sembari tertawa pelan.     

"Makanya jangan terlalu percaya sama media. Percaya aja sama Tuhan," sahut Kinan.     

"Kalo gue juga ngga percaya sama Tuhan gimana?"     

"That's your problem, not mine." Kinan kemudian menoleh pada Axel. "Time to go home."     

"Oke," sahut Axel. "Let's go home."     

Kinan tersenyum seraya membantu Axel yang kelihatan masih sedikit kesulitan karena lehernya yang masih harus disangga oleh penyangga leher.     

"Oh, iya. Gue lupa bilang sesuatu sama lu," ujar Kinan tiba-tiba.     

Axel memutar tubuhnya dan menatap Kinan.     

"Kayanya latar belakang Yasmin yang semalem diomongin di acaranya Noni udah kesebar," terang Kinan.     

"Maksud lu?" tanya Axel penasaran.     

Kinan sedikit menyunggingkan senyumnya. "Mereka udah tahu, kalo Yasmin itu punya anak laki-laki yang juga cucunya Hanggono," aku Kinan.     

Axel melongo mendengar ucapan Kinan. "Jadi?"     

Kinan menggigit bibirnya. "Jadi, mereka kayanya mulai cari tahu tentang lu. Dan entah gimana, mereka udah berkumpul di depan rumah sakit."     

"Mereka mau ngapain?" tanya Axel tidak percaya. Ia tidak menyangka kabar tentang dirinya akan secepat itu menyebar.     

Kinan mengangkat bahunya. "Mana gue tahu. Mungkin mereka mau minta lu berkomentar soal skandal itu."     

Axel menghela napasnya. Apa yang ditakutkannya terjadi.     

Kinan menyadari raut wajah Axel yang kembali berubah masam. "Udah tenang aja. Mereka udah diusir sama pihak manajemen rumah sakit."     

"Kok, bisa," sahut Axel.     

"Lu liat aja nanti di lobi. Securitynya banyak banget," timpal Kinan.     

Axel dan Kinan akhirnya pergi meninggalkan rumah sakit tanpa perlu berhadapan dengan Wartawan. Axel memperhatikan sekitar lobi seperti apa yang dikatakan Kinan. Memang benar, penjagaan di sekitar rumah sakit tempatnya dirawat tampaknya ditingkatkan. Itu terlihat dari banyaknya Petugas Keamanan berseragam safari yang berseliweran di sekitar lobi.     

Sembari berjalan melintasi lobi, Axel tersenyum-senyum sendiri. Ia sudah bisa menebak ulah siapa yang sudah menyebabkan begitu banyak Petugas Keamanan di sekitar rumah sakit.     

----     

Asisten pribadi Hanggono tersudut di dalam sebuah gudang tua. Dengan luka-lukanya yang masih terasa sakit, ia harus berhadapan dengan orang-orang yang ingin membuatnya tutup mulut. Setelah tadi malam, ia ikut tampil di acara talkshow milik Noni, tiba-tiba muncul beberapa orang yang langsung membawanya pergi dari studio.     

Sebenarnya bukan keinginannya untuk tampil di acara tersebut. Namun, Bang Ojal dan anak buahnya membawa ke studio tempat acara tersebut diadakan. Mereka kemudian langsung menguncinya di dalam ruang ganti. Ia bahkan tidak sadar ketika dibawa ke tempat tersebut. Begitu ia sadar, ia sudah berhadapan dengan Noni yang sudah duduk di depannya sembari menyilangkan kedua tangannya.     

Noni langsung tersenyum padanya begitu Asisten pribadi Hanggono membuka matanya. "Saya dengar, Bapak ini Asisten pribadi Pak Hanggono. Benar begitu, Pak?"     

Asisten pribadi Hanggono langsung menatap Noni sambil berdecak pelan. "Jadi, Jurnalis sehebat kamu juga melakukan hal semacam ini untuk mendapatkan narasumber?"     

"Well, sebentar lagi kita akan siaran langsung. Satu narasumber saya sudah siap membuka tentang skandal itu. Tapi, saya butuh satu orang lagi untuk mendukung pernyataannya. Apalagi Bapak sepertinya tahu lebih banyak dibanding narasumber saya yang satunya," terang Noni.     

"Saya tetap ngga akan buka mulut," sergah Asisten pribadi Hanggono.     

Noni tersenyum pada Asisten pribadi Hanggono. Ia menunjukkan sebuah botol kaca kecil di tangannya. "Orang-orang yang membawa Bapak sudah memberikan ini ketika Bapak tidak sadarkan diri."     

Mata Asisten pribadi Hanggono membulat melihat botol kaca yang sedang dipegang oleh Noni. Cairan yang ada di dalam botol tersebut sering disebut sebagai serum kejujuran. Merupakan campuran dari serangkaian obat-obatan psikoaktif yang digunakan untuk mengorek informasi dari orang yang tidak ingin membagikan informasi yang mereka miliki.     

"Tenang saja, Bapak akan tampil dari balik tirai. Tidak akan ada yang tahu identitas Bapak," ujar Noni.     

"Brengsek kalian," bentak Asisten pribadi Hanggono.     

"Ssst." Noni meletakkan jari telunjuknya di depan bibirnya. "Ini waktunya kebenaran dibuka. Kalian sudah terlalu menyembunyikan skandal itu." Ia kemudian berdiri dan menunduk menatap Asisten pribadi Hanggono. "Saya tinggal dulu." Selanjutnya Noni meninggalkan ruang ganti tempat Asisten pribadi Hanggono berada.     

"Aaargh." Asisten pribadi Hanggono berteriak dari dalam ruang gantinya setelah Noni meninggalkan ruangan tersebut.     

Dua orang Petugas keamanan yang berjaga di depan pintu ruang ganti tersebut menoleh pada Noni yang baru saja keluar dari dalam ruang ganti itu.     

"Abaikan saja," ujar Noni.     

Kedua Penjaga itu mengangguk dan Noni pun pergi ke ruang ganti yang lain untuk menemui Laksmi.     

Tidak lama setelah Noni keluar dari ruang gantinya, Asisten pribadi Hanggono dibawa keluar dari ruangannya oleh dua orang Petugas keamanan. Ia kemudian didudukkan di bilik kecil yang ada di dalam studio. Selanjutnya, ia menghadapi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan Noni terkait dengan skandal yang selama ini disembunyikan Hanggono.     

Asisten pribadi Hanggono bahkan tidak bisa mencegah semua jawaban yang keluar begitu saja dari mulutnya. Semua jawaban itu mengalir begitu saja dari mulutnya akibat serum yang diberikan oleh anak buah Bang Ojal. Dan kini, ia sendiri yang kembali menanggung akibat dari ucapan yang tidak ia sadari itu.     

"Bunuh saya," ujar Asisten pribadi Hanggono. Baginya saat ini, kematian jauh lebih baik ketimbang harus terus menerus disiksa.     

"Harusnya kamu terkubur bersama semua yang kamu ketahui," sahut seseorang yang menyudutkannya. Ia kemudian mendorong tubuh Asisten pribadi Hanggono ke dalam lubang yang sudah mereka siapkan.     

*****     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.