Bara

Sweet Apocalypse 10



Sweet Apocalypse 10

0Lima jam sebelumnya.     
0

Bang Ojal terus mengintimidasi Asisten pribadi Hanggono agar mau mengatakan dimana Hanggono menyembunyikan mayat wanita yang menjadi korban skandal anak-anak Pejabat.     

Meski dengan wajah yang sudah berdarah-darah, Asisten pribadi Hanggono masih tutup mulut. Ia menatap tajam ke arah Bang Ojal. "Saya tidak akan mengatakannya."     

Bang Ojal melirik pada ketiga anak buahnya yang berdiri di belakangnya. "Lanjutin lagi." Ketiga anak buah Bang Ojal kembali mendekati Asisten pribadi Hanggono sementara Bang Ojal mundur ke belakang dan hanya menyaksikan anak buahnya memaksa Asisten pribadi Hanggono untuk buka suara.     

Bang Ojal menyilangkan kedua tangan di depan dadanya. "Kerasa kepala sekali." Ia menghela napasnya sembari menyaksikan para anak buahnya bekerja.     

"Stop!" ujar Bang Ojal setelah beberapa saat. Anak buahnya langsung berhenti menyiksa Asisten pribadi Hanggono.     

Asisten pribadi Hanggono terengah-engah dan menatap Bang Ojal penuh kebencian. Ia kemudian berdecak pelan. "Mau kalian pukuli saya sampai mati, pun, saya tidak akan bicara."     

Bang Jali kemudian berjongkok di depan Asisten pribadi Hanggono. Ia mengedarkan pandangannya pada Asisten pribadi Hanggono, matanya kemudian tertuju pada lubang yang ada di celana Asisten tersebut. Bang Jali pun tersenyum padanya sembari meletakkan tangannya di dekat bekas lubang yang ada di celana Asisten Hanggono.     

"Disini, kan? Tempat Arga nembak kamu?" tanya Bang Ojal sembari menekan bagian tersebut.     

Asisten pribadi Hanggono mengerang kesakitan.     

"Oh, bukan cuma satu rupanya." Bang Ojal menatap lubang lain yang ada di celana Asisten Hanggono. Ia akhirnya meletakkan kedua tangannya pada luka tembak yang di derita Asisten pribadi Hanggono.     

"Argghh." Asisten pribadi Hanggono kembali mengerang kesakitan.     

Bang Ojal terus menekan area tersebut. Namun, Asisten pribadi Hanggono tetap tidak mau mengatakan apa yang ia ketahui dan hanya mengerang kesakitan.     

Bang Ojal kemudian menoleh pada anak buahnya. "Ambilin gunting sama alkohol."     

Salah satu anak buahnya kemudian pergi dalam ruangan tersebut. Tidak lama kemudian ia datang dengan membawa gunting dan sebotol minuman keras.     

"Pegangin dia," perintah Bang Ojal pada dua orang anak buahnya.     

Anak buahnya segera memegangi Asisten pribadi Hanggono. Sementara itu, Bang Ojal menggunting celana Asisten Hanggono di bagian yang terdapat lubang bekas peluru. Sembari menyeringai Bang Ojal kemudian menggunting perban yang menutupi lukanya.     

Mata Asisten pribadi Hanggono berubah ketakutan ketika Bang Ojal mulai membuka botol minuman kerasnya. Bang Ojal memperhatikan jahitan pada luka tersebut. "Masih baru. Bisa, lah, kalo nanti dijahit lagi." Dan ia pun merobek kembali jahitan tersebut.     

Asisten pribadi Hanggono berteriak sembari menggelepar kesakitan. Sementara anak buah Bang Ojal terus memeganginya, Bang Ojal mulai meneteskan sedikit demi sedikit alkohol ke atas luka tersebut hingga membuatnya berteriak tidak karuan.     

"Masih tidak mau bicara?" tanya Bang Ojal.     

Asisten Pribadi Hanggono mendengus menatap Bang Ojal.     

"Oke." Kali ini Bang Ojal langsung menuangkan minuman beralkohol tersebut ke atas luka yang kini kembali mengeluarkan darah.     

"Timur Jakarta," teriak Asisten pribadi Hanggono.     

Bang Ojal langsung menghentikan aksinya dan mendekatkan telinganya ke mulut Asisten pribadi Hanggono.     

"Di Jakarta timur, tempat itu sekarang jadi pemancingan," terang Asisten pribadi Hanggono sembaei terengah-engah.     

Bang Ojal kemudian menepuk bahu Asisten pribadi Hanggono. "Bagus." Ia kemudian meminum sisa minuman yang belum ia tuangkan ke atas luka yang di derita Asisten Hanggono. Setelah itu Bang Ojal berdiri dan langsung menghubungi Bara sembari memberi tanda pada anak buahnya untu segera membawa Asisten pribadi Hanggono dan mengobati kembali lukanya.     

-----     

Arga pergi ke tempat yang dikatakan Bara. Setibanya di tempat tersebut, Arga segera menemui Penjaga pemancingan. "Bang, gue dari PH, mau sewa tempat ini buat syuting. Bisa ngga, Bang?"     

Penjaga pemancingan menatap Arga tidak percaya. "Mau syuting apaan di pemacingan?"     

"Ya syuting mancing, Bang. Gimana? Mau ngga?" Arga mengedarkan pandangan pada area pemancingan yang cukup sepi. "Lagian lagi sepi, Bang. Lumayan, kan."     

Penjaga pemancingan terdiam sejenak untuk memikirkan tawaran yang diberikan Arga. Ia memandangi area pemancingan yang sedang ia jaga. Area itu memang sedang sepi. Ia kemudian kembali menatap Arga. "Oke, deh. Buat berapa jam emangnya?"     

"Sebentar, doang. Paling empat sampai lima jam."     

"Oke, sejuta, yak?"     

"Mahal amat, Bang. Ngga bisa kurang?"     

"Udah murah itu."     

Arga menghela napasnya dan langsung mengeluarkan sepuluh lembar uang seratus ribuan dan memberikannya pada Penjaga tersebut. "Tunggu, Bang." Arga kembali mengeluarkan lima lembar uang dan memberikannya pada Penjaga pemancingan. "Gue tambahin, asal Abang bisa usir orang-orang yang lagi mancing. Biar gue bisa rapihin sebentar."     

Penjaga pemancingan menerima uang yang diberikan Arga. "Beres." Ia segera berjalan ke arah orang-orang yang sedang berada di pemancingan. Entah apa yang dia katakan pada orang-orang tersebut, namun, satu per satu orang yang sedang memancing pergi meninggalkan area pemancingan.     

Penjaga pemancingan kembali menemui Arga setelah orang-orang tersebut pergi. "Udah siap, Bang."     

Arga menganggukkan kepalanya. "Makasih, Bang."     

"Gue tunggu sini apa gue tinggal aja, nih?" tanya Penjaga pemancingan pada Arga.     

"Tinggal aja ngga apa-apa, Bang," jawab Arga.     

"Ya udah, gue tinggal dulu. Mayan gue bisa jajan dulu." Penjaga pemancingan menunjuk pada kantung celananya yang kini terisi uang pemberian Arga.     

Arga mengangguk dan Penjaga pemancingan itu segera pergi meninggalkan area tersebut. Setelah Penjaga pemancingan pergi, Arga segera menghubungi orang yang akan membantunya untuk mencari jasad di dalam kolam pemancingan buatan tersebut. "Udah siap. Buruan kesini."     

Selagi menunggu dua orang yang akan membantunya, Arga berjalan ke sekitar kolam pemancingan. Ia kemudian turun ke kolam pemancingan dan berdiri sambil berpegangan pada pinggir kolam tersebut. Ia ingin memastikan seberapa dalam kolam tersebut.     

Dua orang yang ditunggu Arga akhirnya datang. Mereka segera mendatangi Arga dan ikut turun ke dalam kolam. Mereka berjejer di pinggir kolam, Arga lalu mencoba untuk melangkah ke tengah kolam. Orang yang ada pinggir kolam ikut ke tengah setelah melihat kedalaman kolam itu hanya sebatas dada Arga. Setelah sampai di tengah kolam, mereka langsung mengenakan kacamata renang yang dilengkapi dengan fin dan menyelam ke dalam kolam pemancingan.     

Arga menunggu orang tersebut muncul ke permukaan sembari berjongkok dan mencoba untuk meraba dasar kolam. Tiba-tiba saja salah satu dari orang yang menyelam muncul ke permukaan. "Dapet, Bang." Ia menunjukkan sebuah tulang di tangannya. Arga segera berjalan mendekatinya dan menatap tulang tersebut.     

"Ini nongol, gue tarik aja," ujar orang tersebut seraya memberikan temuannya pada Arga.     

Arga menatap nanar tulang yang ia duga sebagai tulang pergelangan kaki. "Berarti bener, mereka yang hilang ada disini." Ia lalu kembali menatap pada orang yang membantunya. "Kita diri di atas kuburan."     

Orang itu langsung bergidik ngeri. Tiba-tiba satu orang lain muncul, ia juga membawa sebuah tulang manusia dan memberikannya pada Arga. Mereka bertiga saling lirik.     

"Udah tahu, kan, kalian harus apa sekarang?" ujar Arga pada kedua orang tersebut.     

Keduanya mengangguk dan kembali berjalan ke pinggir kolam. Mereka kemudian segera meninggalkan tempat tersebut. Setelah itu mereka kembali dengan membawa pakaian ganti dan perlengkapan pancing. Tidak lupa seperangkat kamera yang untuk merekam kegiatan mereka di kolam tersebut.     

*****     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.