Bara

Traces 6



Traces 6

0Sore hari, Bara keluar dari kantornya dan segera menuju hotel bintang lima tempatnya mengadakan pertemuan dengan orang yang terlibat dalam foto yang diberikan oleh Axel. Bara berganti pakaian di dalam mobilnya dan mengenakan sweater berpenutup kepala.     
0

Begitu mobil yang ia tumpangi berhenti di basement hotel bintang lima tersebut, ia segera menghubungi Ben. "Gimana, Ben? lu udah siap, kan?"     

"Udah," sahut Ben. "Kalo CCTV hotel ngga sesusah CCTV kantor polisi."     

"Oke, kalau gitu. Gue mulai masuk ke dalem." Bara kemudian mematikan sambungan telponnya. Ia kemudian menaikkan penutup kepalanya dan keluar dari dalam mobilnya.     

Setelah menutup pintu mobilnya, Bara segera berjalan menuju lift yang mengarah ke lobi hotel. Setibanya di lobi hotel, Bara segera melangkah menuju restoran yang ada di hotel tersebut sambil memasang transmitter yang menghubungkannya dengan Ben.     

"Dia udah sampai," ujar Ben melalui transmitter tersebut.     

Bara tersenyum pelan mendengar ucapan Ben dan melanjutkan langkahnya menuju restoran tersebut. Setibanya di depan restoran, Bara segera menyapukan pandangannya ke orang-orang yang ada di dalam restoran.     

"Dia duduk di pojok deket bar," terang Ben.     

Bara segera berjalan ke arah yang diucapkan Ben. Sebelum menuju tempat duduknya, Bara menyempatkan diri untuk mampir ke bar dan memesan minuman. Ia duduk di meja bar sambil menunggu pesanan minummannya selesai dibuat. Sesekali ia melirik pada orang yang akan ia temui.     

"Dia dateng sendiri?" tanya Bara pada Ben.     

"Ada ajudannya di luar restoran," jawab Ben.     

"Oh," gumam Bara.     

"Silahkan," seorang Bartender menyajikan segelas classic martini kepada Bara.     

Bara tersenyum pada Bartender tersebut dan menyelipkan selembar uang seratus ribuan sebagai tip untuk bartender tersebut. Bartender itu balas tersenyum lebar pada Bara lalu memasukkan uang tip yang diberikan Bara ke dalam saku vest yang ia kenakan. Setelah itu, Bara berjalan ke arah meja yang ada di belakang orang yang akan ia temui. Ia kemudian duduk sambil membelakangi orang tersebut.     

Tidak lama setelah Bara duduk, bartender itu datang ke meja orang yang akan Bara temui dan menyajikan cocktail yang persis seperti yang diminum oleh Bara.     

"Saya ngga pesan ini," ujar orang tersebut keheranan ketika melihat segelas cocktail yang disajikan Bartender padanya.     

"Free," sahut Bartender tersebut.     

Tiba-tiba ponsel orang tersebut bergetar. Ia segera membuka ponselnya dan membaca pesan yang masuk ke ponselnya.     

"Selamat menikmati," tulis pesan yang ada di ponselnya. Orang itu seketika celingak-celinguk memperhatikan sekitarnya. Ia hendak bertanya pada Bartender, namun Bartender itu sudah kembali ke balik bar dan hanya tersenyum pada pria tersebut.     

Pria itu mengetikkan pesan balasan untuk orang sudah berjanji untuk menemuinya. "Dimana kamu sekarang?"     

"Tidak penting saya ada dimana, yang penting saya bisa mengamati kamu."     

Bara mendengar orang duduk di belakangnya mendengus kesal. Ia kembali mengetikkan pesan di ponselnya. "Kamu harus menikmati minuman yang belikan. Saya tidak memasukkan apapun ke dalam minuman kamu."     

Beberapa saat kemudian, muncul seorang Petugas berseragam hotel yang datang menemui orang yang duduk di belakang Bara. Orang itu berjalan sambil membawa sebuah amplop putih kecil.     

"Dengan Pak Gunawan?" tanya Petugas Cocierge yang menghampiri pria yang duduk di belakang Bara.     

Pria itu mengangguk. "Iya betul, saya Guunawan. Ada apa, Pak?"     

"Ada yang menitipkan ini untuk Bapak," ujar Concierge itu sambil meletakkan amplop putih yang ia bawa ke atas meja.     

"Apa ini?" tanya Gunawan.     

"Saya juga kurang tahu apa isinya, Pak. Saya cuma dititipkan ini sama tamu hotel."     

Gunawan kembali dibuat terheran-heran. "Oh, ya, terima kasih."     

Cocierge itu pun segera berpamitan pada Gunawan.     

Gunawan langsung membuka amplop tersebut. Begitu ia mengeluarkan isinya, dengan cepat ia kembali memasukkan kembali isinya ke dalam amplop dan melemparkannya. Napasnya langsung naik turun melihat isi amplop tersebut. Sebuah pesan kembali masuk ke dalam ponselnya.     

"Anda sendiri takut melihat perbuatan Anda. Lalu, bagaimana dengan korban yang ada di foto tersebut."     

Gunawan kembali memperhatikan sekitarnya. Ia yakin orang yang mau menemuinya ada di sekitar restoran dan sedang memperhatikannya.     

Bara kembali mengetikkan pesan untuk Gunawan. "Sekarang, bukan Hanggono lagi yang harus kamu takutkan. Dia sama sekali tidak mempunyai bukti tentang perbuatan bejat kalian."     

Gunawan kembali membaca pesan yang masuk ke dalam ponselnya. "Kamu mau mengancam saya menggunakan ini?"     

"Saya tidak ingin mengancam. Saya hanya mau memberitahu bahwa sekarang kalian tidak perlu tunduk pada Hanggono. Pasti kalian muak selalu menurutinya. Kalian akan berterima kasih pada saya karena saya sudah melepaskan kalian dari Hanggono," balas Bara. Ia bisa mendengar orang yang duduk di belakangnya beberapa mendengus kesal.     

"Apa mau kamu?" Gunawan kembali membalas.     

"Saya memberikan kesempatan pada kalian untuk melawan Hanggono. Saya yang memiliki semua bukti perbuatan kalian, bukan Hanggono."     

Gunawan yang duduk di belakang Bara mulai terlihat tenang. Ia meneguk cocktail pemberian Bara. "Apa kamu bisa dipercaya?"     

"Untuk sekarang, saya adalah sekutu kalian."     

Gunawan menghela napas lega. "Lalu, apa yang harus kami lakukan."     

"Akhiri kekuasaan yang dimiliki Hanggono. Saya tahu, kalau bukan karena kalian, Hanggono tidak akan berkuasa sampai saat ini."     

"Itu hal yang mudah."     

"Bagus kalau begitu," balas Bara. Ia kemudian kembali mengetikkan pesan pada Gunawan sebelum ia mengakhiri pertemuan mereka. "Untuk jaga-jaga kalau kalian ingkar janji, saya sudah meng-upload foto-foto tersebut. Kalau kalian membuat mood saya jadi jelek, cukup sekali klik kalian akan hancur bersama dengan Hanggono."     

Bara kemudian bangkit berdiri dari kursinya dan pergi meninggalkan restoran. Ia sempat mengerling pada Bartender yang memperhatikannya.     

"Sialan," umpat Gunawan. Ia kembali memungut amplop yang sempat ia lemparkan hingga terhempas ke ujung meja dan langsung memasukannya ke dalam saku yang ada di dalam jasnya.     

----     

Damar menonton acara talkshow yang dipandu oleh seorang Wartawan berita dari kamar rawatnya. Tadi siang, Bara memberitahunya tentang seorang Politisi yang akan mulai membahas tentang skandal perusahaan cangkang yang mampu menyeret nama Hanggono.     

Begitu talkshow itu dimulai, Sang Pembawa Acara langsung memaparkan beberapa data hasil penelusurannya tentang perusahaan cangkang yang mungkin dimiliki orang beberapa orang berpengaruh di Indonesia.     

"Tolong gedein suaranya, Kim," pinta Damar pada Kimmy.     

Kimmy langsung meraih remote televisi dan menambahkan volume pada televisi tersebut. Ia ikut menonton bersama Damar karena penasaran dengan selentingan yang belakangan sering muncul di media-media.     

"Bukannya Eyang juga terlibat sama Hanggono soal perusahaan cangkang ini?" tanya Kimmy pada Damar yang sedang asyik menonton.     

"Iya," jawab Damar singkat.     

"Berarti kalau terbukti Hanggono menggunakan perusahaan itu untuk menyembunyikan uang hasil korupsinya, nama Eyang bakal ikut keseret, dong." Kimmy menatap Damar yang sedang merius menatap layar televisi.     

Damar menggeleng pelan. "Masalah itu lagi diselesaikan sama Rudolf. Dia dan Pak Agus yang memastikan ngga ada nama Eyang dalam perusahaan itu atas perintah dari Eyang Haryo."     

Kimmy mengerjap-ngerjapkan matanya. "Lu kecewa ngga sama keputusan Eyang Haryo untuk menghapus nama Eyang dari situ?"     

Damar menghela napas panjang. "Kalau Eyang masih hidup, gue pasti bakal kecewa berat. Tapi, karena Eyang sudah ngga ada, ya, mau gimana lagi. Yang penting, kan, Hanggono bisa diselidikin."     

"Apa itu artinya lu udah maafin sikap Eyang ke lu?"     

Damar mengangguk pelan. "Dia sebenarnya orang baik. Sayang, dia memilih jalan yang salah. Dan, ya, gue udah maafin dia. Buat apa gue nyimpen dendam sama orang yang udah meninggal."     

Kimmy tersenyum mendengar ucapan Damar. Ia tiba-tiba berdiri dan menghampiri Damar lalu mengecup bibirnya. "I love you."     

Damar tersipu mendengar pernyataan Kimmy. Mereka kini tidak perlu lagi bersembunyi untuk sekedar mengungkapkan cinta pada satu lain. "I love you too."     

****     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.