Bara

Break the Shell 17



Break the Shell 17

0"Hei, Bar. Gue kayanya punya informasi menarik soal Axel," ujar Ben ketika ia menghubungi Bara.     
0

"Informasi menarik apa?" tanya Bara.     

"Tenyata, keluarganya bukan keluarga sembarangan," jawab Ben.     

"Maksudnya?"     

"Bisa dibilang, keluarganya juga masuk dalam golongan crazy rich. Not as crazy as you but still crazy."     

Bara sedikit keheranan mendengarkan ucapan Ben. "Lu tahu darimana?"     

"Gue abis nyelidikin seseorang yang abis datang nemuin dia," jawab Ben.     

Ben kemudian menceritakan awal mula dirinya menyelidik Axel. Mulai dari Reno yang dimintai tolong oleh Raya untuk memata-matai Axel karena sikap Axel yang mendadak berubah ketika ada seorang wanita yang menemuinya.     

Hasil dari Reno memata-matai Axel, ia mengirimkan foto Axel sedang berbicara dengan wanita tersebut di kedai kopi yang ada di dalam gedung MG Group. Dalam foto tersebut Axel nampak sangat tidak nyaman dengan kehadiran wanita tersebut.     

----     

"Kenapa tiba-tiba muncul disini?" tanya Axel ketus pada wanita yang kini duduk di hadapannya.     

"Jaga sikap lu. Gue ini masih kakak lu," sahut wanita tersebut.     

Axel berdecak pelan. "Kakak." Ia menatap sinis wanita tersebut.     

Menyadari Axel tidak akan serta merta bersikap baik padanya, wanita itu hanya bisa menghela napas panjang dan mencoba tersenyum pada Axel.     

"Kalau alasan lu kesini mau nyuruh gue pulang, saran gue mending lu langsung pergi aja. Ngga usah buang-buang waktu buat bujuk gue," ujar Axel.     

Wanita itu menatap Axel. "Well, gue rasa gue emang buang-buang waktu udah nurutin kemauan Papa buat nemuin lu disini."     

"Good." Axel segera berdiri dan berjalan keluar dari kedai kopi tersebut. Namun, beberapa saat kemudian, Axel kembali menghampiri wanita tersebut. "Jangan pernah sekali-kali muncul di depan gue lagi. Gue udah nyaman dengan kehidupan gue yang seperti ini dan ngga bergantung sama kalian. Jadi, anggap aja kita ini ngga punya hubungan apa-apa."     

Axel kembali berjalan meninggalkan wanita tersebut.     

Reno yang duduk tepat di belakang wanita tersebut hanya bisa melongo ketika mencuri dengar percakapan mereka. Ia lantas mengirimkan foto Axel dan wanita tersebut yang sempat ia ambil ketika mereka sedang berjalan memasuki kedai tersebut.     

Reno juga mengirimkan pesan pada Raya bahwa wanita yang datang menemui Axel adalah kakaknya.     

Ternyata pengintaian Reno tidak berakhir sampai disitu. Karena sudah kadung penasaran, ia harus mencari sesuatu yang bisa digunakan untuk mengungkap latar belakang Axel. Begitu wanita yang duduk di belakanganya berdiri dan meninggalkan kedai kopi tersebut. Reno diam-diam membuntutinya. Dan ketika ia sampai di area parkir mobil, Reno memfoto plat nomor mobil yang dinaiki wanita tersebut dan mengirimkannya pada Ben untuk diselidiki.     

----     

"Lu tahu, apa yang gue temukan setelahnya?" ujar Ben pada Bara.     

"Mana gue tahu kalo lu ngga ngasih tahu," sahut Bara.     

"Kayanya Axel masih punya hubungan darah sama Hanggono."     

"What?" pekik Bara.     

"Lu tahu, kan, selama ini keluarganya Hanggono jarang terekspos?"     

"Iya gue tahu. Terus darimana lu tahu kalau Axel masih punya hubungan darah sama Hanggono?"     

"Reno bilang, cewek yang nemuin Axel ngaku sebagai kakaknya Axel. Dan setelah gue telusuri si cewek ini, dia ternyata cucunya Hanggono. Kalau cewek itu cucunya Hanggono dan dia bilang dia kakaknya Axel, berarti, kan, Axel juga cucunya Hanggono."     

"Jangan-jangan Hanggono yang udah sengaja masukin Axel ke perusahaan lewat Eyang Angga?"     

"Ehmm," Ben berpikir sejenak. "Gue rasa, sih, ngga. Axel keliatan ngga suka ketemu sama cewek itu. Bisa jadi kehadiran Axel di keluarga itu bukan sesuatu yang diharapkan."     

"Maksud lu?"     

"Bisa aja, kan, kalo ternyata Axel itu anak hasil selingkuhan salah satu anaknya Hanggono."     

"Gila." Bara tidak sanggup berkata apa-apa lagi mendengarkan informasi yang baru saja disampaikan Ben. "Gue bener-bener masih ngga percaya sama apa yang lu bilang. Ini bener-bener di luar khayalan gue."     

Bara benar-benar kehabisan kata-kata mengetahui fakta tersebut. Selama ini keluarga Hanggono memang tidak pernah muncul dihadapan publik. Hanggono seakan sengaja membuat keluarganya jauh dari sorotan meskipun ia adalah Pejabat publik.     

Bara menghela napasnya. "Oke, gue akan cari tahu lebih lanjut tentang situasi keluarga Hanggono. Mungkin Pak Dirga tahu lebih banyak."     

"Oke, gue cuma mau ngasih tahu itu aja. Gue juga akan gali lebih dalam lagi," ujar Ben.     

"Thanks, Ben."     

"Anytime."     

Bara kemudian menutup telponnya. Ia masih percaya tidak percaya dengan apa yang sudah ditemukan Ben tentang Axel.     

----     

Sepanjang hari setelah Axel kembali ke ruang kerjanya, Raya terus memperhatikan Axel yang tampak seperti orang yang sedang kesal. Ia tidak beramah-tamah pada orang yang datang meminta bantuannya. Berulang kali Axel nampak kesal dan mengacak-acak rambutnya sendiri.     

"Dia kenapa, Mbak?" Tanya Bang Jali yang tiba-tiba sudah muncul di sebelah meja kerja Raya. Ia meletakkannya secangkir kopi hangat di meja Raya.     

Raya mengangkat bahunya. "Dari abis makan siang begitu. Pas abis ketemu sama cewek."     

"Abis berantem sama pacarnya gitu?" Bang Jali kembali bertanya pada Raya.     

Raya kembali mengangkat bahunya. Ia kemudian meminta Bang Jali untuk mendekatkan kepalanya lalu berbisik pada Bang Jali. "Abis ketemu sama Kakak perempuannya."     

"Ooh," gumam Bang Jali. "Saya juga sempat lihat Axel kesal begitu waktu abis terima telpon. Di pantri dia marah-marah sama orang yang nelpon dia. Terus habis itu, orang yang sama terus nelponin Axel, tapi Axel ngga angkat telponnya, dia sengaja biar telpon itu mati dengan sendirinya."     

"Oh, iya, Abang udah tahu, kan, rencana buat jatuhin Axel di depan Pak Angga?" Raya kemudian teringat pada rencana yang sudah mereka susun untuk mengelabui Axel dan Pak Angga.     

Bang Jali mengalihkan perhatiannya pada Raya. Ia kemudian memukul jidatnya sendiri. "Hampir lupa." Ia kemudian bergegas lari meninggalkan meja kerja Raya.     

----     

Sore harinya di kediaman Pak Haryo, secara mengejutkan Pak Angga muncul disana. Pak Haryo mencoba beramah tamah dengan Pak Angga dengan saling menanyakan kabar masing-masing meskipun mereka masih bisa bertemu setiap saat di kantor.     

Setelah berbicara sebentar denganPak Haryo, Pak Angga datang menemui Bara yang sedang duduk santai di teras kamarnya. Ia menghampiri Bara dengan melewati taman setapak yang menghubungkan ruang keluarga dengan teras kamar Bara.     

Pak Angga melihat kaki Bara yang diperban. "Sepertinya kamu melawan perampok dengan cukup sengit," sindir Pak Angga.     

Bara tertawa pelan dan tidak menanggapi sindiran Pak Angga. "Ada angin apa Eyang datang kemari?"     

"Cuma mau memastikan kalau kamu baik-baik saja setelah hampir kerampokan," sahut Pak Angga.     

Bars kembali tertawa pelan mendengar ucapan Pak Angga. Ia menunjuk pada telapak kakinya. "Cuma ini yang terluka. Itu juga bukan karena perampok, tapi karena saya ngga sengaja nginjek pecahan kaca."     

Pak Angga kemudian melirik pada kertas-kertas yang ada diatas meja kopi. "Kamu sudah dapat yang kamu mau?"     

"Sepertinya sudah."     

"Kira-kira kalau saya melapor bahwa ada orang yang dengan sengaja masuk ke kantor saya, kira-kira kamu akan ditahan berapa lama, ya?"     

Bara mengangkat bahunya. "Gimana kalau perampok itu mengatakan dia menerobos masuk apartemen saya karena diperintah seseorang?" Ia menatap tajam ke arah Pak Angga.     

Pak Angga tersenyum dengan mengangkat salah satu sudut bibirnya. "Berarti kita impas."     

"Oh, ya, saya mau nanya sesuatu sama Eyang," ujar Bara tiba-tiba. "Apa Eyang tahu kalau Axel itu cucunya Hanggono?"     

"Axel anak magang cucunya Hanggono?" tanya Pak Angga tidak percaya.     

Bara mengangguk sembari tersenyum. "Eyang ngga curiga kenapa tiba-tiba ada cucu Hanggono di perusahaan kita? Jangan-jangan Hanggono sengaja menyembunyikan tentang Axel agar Axel bisa bergerak bebas memata-matai Eyang dan perusahaan." Bara memperhatikan ekspresi Pak Angga yang sedikit berubah ketika mendengar pernyataan Bara. Diam-diam ia tersenyum sudah berhasil mempengaruhi Pak Angga dengan mengatakan bahwa Axel adalah cucu Hanggono.     

****     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.