Bara

Pandora 7



Pandora 7

0Bara membuka matanya dan mendapati apartemennya sudah dalam keadaan menyala. Seorang pria berjalan mondar-mandir di apartemennya seperti sedang mencari sesuatu. Bara mencoba untuk bangun dari lantai tempatnya berbaring. Namun kemudian ia menyadari tangan dan kakinya dalam posisi terikat.     
0

"Shit," rutuk Bara.     

Bara akhirnya mencoba untuk bangun dan berhasil duduk di lantai. Ia masih memandangi pria yang sedang mengobrak-abrik apartemennya. Dengan tangannya yang masih terikat di belakang tubuhnya, Bara mencoba meraih ponselnya yang masih ada di saku celananya.     

Dengan sedikit mengerang kesakitan, Bara akhirnya bisa mengeluarkan ponselnya dari dalam saku celananya. Pria yang sedang mengobrak-abrik apartemen Bara, tiba-tiba berjalan menghampirinya. Bara bahkan belum sempat membuka ponselnya. Ia lantas menyembunyikan ponselnya di belakang tubuhnya.     

Pria itu menarik kerah kemeja Bara. "Lu sembunyiin dimana berkas itu?"     

Bara tertawa pelan. "Pasti suruhan Hanggono."     

"Ngga penting gue suruhan siapa. Yang penting dimana berkas itu. Atau--"     

"Atau apa?" tantang Bara.     

Pria itu kemudian menampar wajah Bara cukup keras.     

Bara kembali tertawa. "Berkas itu ngga ada disini."     

Pria itu kembali menarik kerah kemeja Bara. "Jangan coba-coba bohongin gue."     

Bara berdecak pelan. "Ngapain gue bohong."     

Pria itu kembali menampar wajah Bara.     

"Segini doang?" Bara menatap tajam pria yang menamparnya. "Ternyata anak buah Hanggono cuma segini doang kekuatannya."     

Diam-diam Bara membuka ponselnya. Ia menekan cukup lama tombol bulat yang ada di tengah ponselnya hingga terdengar suara asisten digitalnya.     

Pria yang sedang memegangi kerah Bara, menoleh ke arah belakang tubuh Bara. Lalu menatap Bara.     

Bara menyeringai sambil menatap pria tersebut. "Calling Arga."     

"Calling Arga," sahut suara asisten digital pada ponsel Bara. Layar ponsel Bara segera menampilkan tanda sedang melakukan panggilan telpon dengan Arga.     

Pria itu langsung meninju wajah Bara hingga membuatnya kembali tersuruk di lantai. Bara melepaskan ponselnya dari tangannya. Sambil terengah-engah, Bara memandangi pria yang sedang memukulinya melalui ujung matanya.     

----     

Ponsel Arga bergetar. Ia segera melihat nama yang menelponnya. Begitu melihat nama Bara yang muncul. Ia bergegas mengangkat telponnya.     

"Ya, Bar," seru Arga.     

Arga kebingungan karena tidak ada suara apapun pada saat ia mengangkat panggilan dari Bara.     

"Bar." Arga kembali memanggil nama Bara.     

Tetap tidak ada jawaban. Hanya ada suara napas seseorang yang sedang terengah-engah dan sedikit keributan.     

-----     

Setelah sedikit puas memukuli Bara, pria itu meraih ponsel Bara yang terletak di belakan tubuh Bara. Ia segera mematikan sambungan telpon Bara dengan Arga yang masih berlangsung. Setelah mematikan sambungan telpon tersebut, ia melemparkan ponsel Bara ke sembarang arah.     

----     

Arga kebingungan menatap layar ponselnya. Panggilannya dengan Bara tiba-tiba berakhir tanpa sepatah kata pun yang keluar dari mulut Bara.     

"Kenapa, Ga?" tanya Ben yang tidak sengaja melihat Arga yang nampak kebingungan.     

"Si Bara nelpon, tapi ngga ada suaranya, terus tau-tau mati," jawab Arga. "Gue susul dia dulu, deh. Takut ada yang ngga beres."     

"Ya udah sana," sahut Ben.     

Arga kemudian pergi keluar dari apartemennya dan bergegas menuju apartemen Bara.     

----     

Pria yang menyerang Bara berjongkok di sebelah Bara yang kini bahkan kesulitan mengangkat kepalanya. Ia menjambak rambut Bara hingga membuat wajah Bara menghadap ke arahnya. Ia menatap Bara tajam. "Dimana lu sembunyiin berkas-berkas itu?"     

Meski ujung bibirnya sudah mengeluarkan darah, Bara masih bisa menyeringai kepada orang yang menyerangnya. "Gue udah bilang, berkas itu ngga ada disini."     

Pria yang menyerang Bara semakin naik darah dengan Bara yang nampaknya sama sekali tidak takut dengannya. "Brengsek," rutuknya sambil membenturkan kepala Bara ke lantai. Belum puas sampai disitu, pria itu kemudian berdiri dan mulai menendang Bara yang meringkuk di lantai.     

Bara mengerang kesakitan menerima tendangan dari orang yang menyerangnya. Namun, di sela-sela erangannya Bara masih bisa mentertawakan orang yang menyerangnya.     

"Masih bisa ketawa lu." Pria itu kemudian menginjak-nginjak tubuh Bara. "Rasain lu."     

----     

Arga berdiri menunggu lift yang akan membawanya ke apartemen Bara sambil berusaha menghubungi Bara. Ia mulai berdecak khawatir karena Bara tidak mengangkat telponnya. Sementara lift masih berada di lantai bawah.     

Arga melirik pintu darurat yang berada tidak jauh dari lift. Jika menggunakan pintu darurat, ia harus naik sebanyak lima lantai untuk naik ke apartemen Bara. Melihat lift yang bergerak lambat, Arga akhirnya memutuskan untuk melangkah menuju pintu darurat.     

Ia menghela napasnya lalu membuka pintu darurat itu. Arga lekas berlari menaiki tangga darurat untuk menuju ke unit apartemen Bara.     

----     

Pria yang memukuli Bara, kembali menarik kerah kemeja Bara dan menariknya agar ia bisa melihat wajah Bara yang tersuruk mencium lantai. Pria itu menatap Bara. "Sekali lagi gue tanya, dimana berkas-berkas itu?"     

Dengan napasnya yang semakin terengah-engah, Bara balas menatap orang tersebut. "Harus berapa kali gue kasih tahu? Berkas itu ngga ada disini."     

"Keras kepala." Pria itu semakin geram dan kembali mengayunkan tinjunya.     

Bara sudah pasrah, karena ia pun tidak bisa melawan pria itu. Bara hanya mengharapkan Arga segera muncul di apartemennya.     

----     

Dengan napas yang sedikit terengah-engah, Arga akhirnya tiba di depan pintu apartemen Bara. Arga segera memasukkan kode akses apartemen Bara dan membuka pintunya. Mata Arga membelalak begitu melihat apartemen Bara sudah dalam keadaan berantakan.     

Belum usai keterkejutannya, begitu ia melangkah ke ruang keluarga, ia melihat Bara yang tersuruk di lantai dan seorang pria yang sedang menghujani Bara denga pukulan. Arga berlari dan langsung menerjang tubuh pria tersebut.     

----     

Bara menghela napas lega begitu melihat Arga yang menerjang tubuh orang yang sedang memukulinya. Tubuh pria itu akhirnya menjauh darinya. Arga tidak berhenti sampai disitu, ia lantas menghampiri pria tersebut dan mencoba menghajarnya.     

Bara tidak sanggup berbuat banyak karena kedua tangan dan kakinya masih dalam keadaan terikat. Ia hanya bisa menyaksikan Arga melawan pria yang sudah menghajarnya.     

----     

Arga menghalau pukulan pria yang saat ini sedang menjadi lawannya. Pria itu terus saja menghujamkan pukulannya ke arah Arga. Tidak ambil diam, Arga berusaha melawan dengan mengayunkan tinjunya ke arah orang tersebut. Ketika pria itu menghalau pukulan Arga, Arga mengarahkan tendangannya. Dan mengenai tubuh bagian samping pria tersebut.     

Pria itu mengerang kesakitan sambil memegangi pinggangnya. "Boleh juga lu." Ia kembali menegakkan tubuhnya dan memasang kuda-kudanya. "Maju lu sini."     

Arga ikut memasang kuda-kudanya sambil sedikit menyeringai pada pria tersebut.     

Pria itu balas menyeringai dan mulai menyerang Arga. Ia mengarahkan tinjunya ke wajah Arga. Namun berhasil di hindari oleh Arga.     

Arga balas menyerangnya dan mengincar tubuh bagian atas pria tersebut dengan kakinya. Tendangan Arga berhasil dihindari dan dengan cepat ia menghujam bagian kiri kepala Arga.     

Arga mengerjap-ngerjapkan matanya karena pria itu berhasil menyerang kepalanya. Sambil tetap mempertahankan kuda-kudanya Arga berusaha mengikuti pergerakan pria tersebut dan membaca serangan yang mungkin ia lakukan.     

Pria itu kembali maju dan mencoba untuk menendang kepalanya. Arga merunduk untuk menghindari serangan pria itu. Setelah berhasil menghindar, Arga kembali berdiri, dan meraih kaki pria tersebut. Ia lantas memukul bagian tulang keringnya dengan menggunakan sikunya. Pria itu mengerang kesakitan.     

Arga melepaskan kaki pria itu dan membuatnya hilang keseimbangan. Kesempatan itu Arga gunakan untuk menerjangnya dan menindih tubuh pria tersebut lalu menghujamkan pukulan ke kepalanya berkali-kali hingga membuat pria itu tidak sanggup untuk bangun kembali.     

****     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.