Bara

The Death of 6



The Death of 6

0Bara berjalan menuju kamar mayat tempat jenazah Abu Syik disimpan. Pria misterius yang ada di sebelahnya terus mengikutinya. Bara menemui Petugas Jaga kamar mayat dan menunjukkan surat dari Kepolisian bahwa dia adalah Pengacara tersangka yang baru saja meninggal.     
0

Petugas Jaga kamar mayat segera menggiring Bara dan pria yang berjalan bersamanya untuk masuk ke dalam ruang penyimpanan jenazah. Begitu mereka tiba di ruang penyimpanan jenazah, Petugas jaga segera membuka salah satu lemari penyimpanan jenazah.     

Bara memandangi wajah tua Abu Syik yang kini sudah pucat pasi dan dingin.     

"Apa diagnosa kematiannya?" tanya Bara kepada Petugas jaga tersebut.     

"Serangan jantung," jawab Petugas tersebut singkat. "Silahkan kalau mau memeriksa lebih lanjut, saya tinggal dulu." Petugas jaga itu kemudian pergi meninggalkan ruang penyimpanan jenazah.     

Kini hanya ada Bara dan pria misterius yang mengikutinya.     

"Serahkan tas yang kamu bawa," ujar pria misterius tersebut.     

"Kalau saya boleh tanya, kenapa saya harus menyerahkan tas saya?" tanya Bara tenang.     

"Karena kalau kamu tidak mau menyerahkannya, kamu akan berakhir seperti pria tua itu. Cepat serahkan," desak pria misterius yang tersebut.     

Mendengar pria misterius yang mulai mengancamnya, Bara justru memeluk erat tas tersebut dan mundur ke sudut ruangan.     

Pria itu terus meminta Bara untuk menyerahkan tas yang ia bawa. Namun Bara tidak mau menyerahkannya dan terus memeluk tas tersebut. Pria itu mulai terlihat tidak sabar dan berusaha merebut tas yang Bara bawa. Akan tetapi Bara terus berusaha mempertahankannya. Mereka pun mulai tarik menarik tas tersebut.     

Pria misterius itu menjadi tidak sabar dengan sikap Bara. Ia lantas mengeluarkan pisaunya dan mengayunkannya ke arah Bara. Bara menepisnya dengan menggunakan tas yang ia bawa sebagai tameng.     

Dalam satu gerakan pria misterius itu menarik tas yang digunakan Bara sebagai tameng hingga membuat Bara ikut tertarik ke arahnya. Pria itu kemudian dengan cepat meninju Bara tepat di wajahnya.     

Bara refleks melepaskan tas yang ia bawa dan memegangi hidungnya yang terasa ngilu. Pria itu segera meraih tas tersebut.     

Bara menyeka hidungnya yang mengeluarkan darah akibat pukulan pria tersebut.     

"Tadinya saya berniat untuk melepaskan kamu begitu kamu menyerahkan tas tersebut. Tapi kamu malah melawan, saya jadi melupakan niat baik saya," ujar pria misterius tersebut. Pria misterius itu kemudian berjalan ke arah pintu ruang penyimpanan dan mengunci pintu tersebut dari dalam.     

Ia kembali mengangkat pisau yang ia miliki dan hendak menghujamkannya ke tubuh Bara. Bara dengan cepat menghindarinya. Pria itu terus berusaha untuk menusuk Bara.     

Bara meraih nampan berbahan stainless yang ada di dekatnya dan memukul kepala pria tersebut dengan nampan tersebut. Pria itu tidak terlihat kesakitan sama sekali meski Bara mengayunkan nampan tersebut dengan cukup keras.     

----     

Dirga tiba di depan pintu ruang penyimpanan jenazah dan melihat Bara sedang berkelahi dengan seorang pria. Pria itu membawa sebilah pisau, sementara Bara berusaha menghalau serangan pria tersebut dengan nampan berbahan stainless.     

Dirga segera meraih gagang pintu dan membukanya. Namun nahas, pintu tersebut terkunci dari dalam. Dirga lantas berusaha mendobrak pintu tersebut sambil terus memperhatikan perkelahian yang terjadi di dalam melalui kaca jendela kecil yang ada di pintu tersebut.     

-----     

Bara mendorong tubuh pria yang sedari tadi menyerangnya ke arah lemari penyimpanan jenazah. Pria itu mengaduh kesakitan begitu bagian belakang kepalanya membentur lemari besi tersebut.     

Melihat posisi Bara yang sedang merunduk membekap tubuhnya, pria itu lantas menghujamkan lututnya ke tubuh Bara. Belum cukup sampai disitu, ia meraih tubuh Bara lalu menariknya hingga tubuh Bara menghantam lemari besi tempat penyimpanan jenazah.     

Bara meringkuk menahan sakit di lantai. Pria yang dihadapinya kali ini jelas berbeda dengan Ale. Bara hampir kehabisan tenaga menghadapi pria misterius itu.     

Melihat Bara yang mulai kelelahan, pria itu mendekat dan hendak menghujamkan pisaunya. Namun tangannya dengan cepat ditahan oleh Dirga yang sudah berhasil masuk ke dalam ruang penyimpanan jenazah.     

Dirga segera memiting tangan pria tersebut hingga membuat pisau yang ia bawa terjatuh ke lantai. Ia mulai mengaduh kesakitan. Dirga kemudian menghujam perut pria tersebut dengan tinjunya.     

Sadar dirinya akan menghadapi dua orang sekaligus, pria itu menyerang Dirga agar ia bisa melarikan diri. Ia mendorong tubuh Dirga dengan kuat hingga Dirga terpojok ke lemari penyimpanan jenazah. Begitu Dirgaa terpojok, ia membenturkan kepalanya sendiri ke kepala Dirga.     

"Arggh." Dirga memegangi kepalanya yang sedikit pening akibat hantaman pria misterius tersebut.     

Setelah berhasil menyerang Dirga, pria itu berlari keluar dari ruang penyimpanan jenazah sambil membawa tas yang sudah ia rebut.     

Dirga hendak mengejar pria tersebut, akan tetapi ia tiba-tiba ragu setelah melihat Bara yang terkapar dilantai dan sedang berusaha untuk berdiri. Dirga akhirnya memilih yang untuk menolong Bara. Ia menghampiri Bara dan membantunya untuk berdiri.     

Bara nampak kesulitan untuk berdiri.     

"Kamu ngga apa-apa?" tanya Dirga yang melihat Bara seperti menahan sakit.     

Bara diam tidak menjawab dan menunjukkan telapak tangannya yang berlumuran darah.     

Dirga segera mendudukkan Bara dan memeriksa bagian tubuh Bara yang terluka. Rupanya pinggang Bara terluka akibat goresan pisau yang digunakan pria tadi.     

"Kaya deja vu ya, Pak," Bara masih berusaha untuk menghibur dirinya meski ia meringis menahan sakit.     

"Sudah kamu jangan bercanda. Ayo, cepat ke UGD," seru Dirga sembari memapah Bara untuk meninggalkan ruang penyimpanan tersebut.     

"Sebentar, Pak." Bara mengalihkan perhatiannya pada jenazah Abu Syik.     

"Ada apa lagi?" tanya Dirga. "Kamu harus segera diobati."     

"Sebentar," pinta Bara.     

Bara memperhatikan kondisi jenazah Abu Syik. Matanya kemudian menangkap sesuatu yang sedikit janggal pada salah satu tangan Abu Syik. Salah satu tangan Abu Syik mengepal seperti sedang menggenggam sesuatu.     

Bara kemudian berusaha untuk mencoba membuka kepalan tangan Abu Syik. Matanya membulat ketika tangannya meraih sesuatu dibalik kepalan tangan Abu Syik.     

Perlahan, Bara mengeluarkan selembar kertas yang sedang digenggam oleh Abu Syik.     

"Lihat, Pak." Bara menunjukkan kertas yang ia ambil dari telapak tangan Abu Syik.     

Dirga mendekat dan meraih kertas yang baru saja diambil Bara. "Apa ini?"     

"Dia coba memberitahu kita, bahwa Hanggono sedang berusaha membungkam orang-orang yang mengetahui tentang usaha sampingannya," ujar Bara.     

"Ya sudah, kita bahas nanti. Sekarang kamu harus diobati." Dirga menutup lemari yang menyimpan jasad Abu Syik dan segera memapah Bara untuk ke ruang UGD.     

----     

Pengacara yang bertukar tempat dengan Bara, tidak percaya dengan apa yang sudah menimpa Bara ketika ia melihat Bara sedang diobati di ruang UGD.     

"Kalau tadi kalian ngga bertukar tempat, mungkin Bapak sudah ada di dalam lemari pendingin sekarang," ujar Arga pada Pengacara tersebut.     

"Lalu, setelah ini, apa mereka masih akan mengejar saya?" Pengacara itu bertanya sambil ketakutan.     

Arga mengangkat bahunya. "Mungkin untuk sementara, Bapak harus sewa pengawal. Tapi, sepertinya untuk sementara waktu mereka tidak akan mengusik Bapak. Mereka mengira bahwa file yang mereka adalah file asli. Mereka tidak tahu kalau file aslinya masih berada di tangan kita."     

****     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.