Bara

Confession 1



Confession 1

0Sesuai ucapannya pada pagi tadi, Bara dan Damar pergi untuk makan siang bersama. Mereka berdua makan di sebuah restoran yang memiliki ruang privat.     
0

Damar sudah merasa tidak nyaman dengan apa yang akan dibicarakan Bara. Meski Bara belum kunjung membuka mulutnya. Bara hanya diam sambil memandangi Damar penuh selidik.     

"Lu mau ngomong apa?" Damar akhirnya berinisiatif untuk memulai pembicaraan untuk mencairkan suasana.     

"Gue ngga tahu harus mulai darimana," jawab Bara.     

"Mulai aja dari yang ada di dalam pikiran lu," sahut Damar.     

"Yang ada di pikiran gue?" Bara balik bertanya pada Damar.     

Damar segera menganggukkan kepalanya.     

Bara ikut mengangguk-anggukkan kepalanya. Ia lalu kembali menatap Damar serius. "Kemarin gue sempet lihat kalian berdua ciuman di depan butik."     

"Maksudnya kalian berdua?"     

"Lu sama Kimmy," jawab Bara cepat.     

Ingatan Damar seketika melayang pada saat ia melihat mobil Bara yang berjalan melintasi mobilnya. "Oh, itu."     

Bara sadar Damar mendadak gugup. "Bukan cuma gue yang lihat, Maya juga lihat."     

Damar menghela napasnya. "Apa yang mau lu denger?"     

"Gue ngga perlu sesuatu yang mau gue denger. Gue perlu kejujuran lu," sahut Bara.     

"Lu mau gue jujur?"     

Bara mengangguk yakin.     

"Gue sama Kimmy, kita sama-sama saling mencintai."     

Bara menatap Damar tidak percaya.     

"Dia tahu kalau gue ini bukan Kakak kandungnya."     

"Kimmy tahu?"     

Damar mengangguk. "Kimmy tahu semuanya dari pembicaraan kita di bar waktu itu. Dia diam-diam nyuruh waiter buat nyelundupin iPod untuk ngerekam pembicaraan kita."     

"Terus gara-gara itu kalian berdua mulai hubungan yang ngga seharusnya kalian lakuin itu? Biar gimana status kalian itu Kakak Adik."     

"Iya gue tahu. Gue juga sadar ini ngga seharusnya terjadi."     

"Terus kenapa kalian masih ngelanjutin hubungan kalian? Ini baru gue sama Maya yang lihat. Gimana kalau sampai yang lain yang lihat?" Bara sedikit memelankan suaranya karena Pramusaji datang menyajikan makan siang di atas meja makan mereka.     

Damar diam seribu bahasa. Ia diam memandangi piring berisi makan siangnya yang sudah tersaji di atas meja makan. Ketika Pramusaji sudah pergi meninggalkan meja makan mereka, Damar menatap Bara dengan tatapan sedih memelas. "Terus gue harus gimana?"     

Kali ini Bara yang terdiam. Ia juga tidak tahu harus berbuat apa untuk mereka berdua. "Om Bima belum tahu, kan?"     

"Jangan sampai Papa tahu. Gue ngga tahu gimana jadinya kalau Papa sampai tahu."     

"Terus kalian mau selamanya kaya gini?"     

"Awalnya gue sama Kimmy udah sepakat buat ngga ngelanjutin perasaan kita masing-masing. Tapi, kenyataan berkata lain. Semakin gue tahan, perasaan itu justru semakin besar. Begitu juga sama Kimmy."     

Bara menghela napas. Ia mulai memotong-motong steak yang ada di hadapannya. "Makan dulu, Dam. Gue juga perlu mencerna kejujuran lu."     

"Tadi lu yang minta gue buat jujur," ujar Damar sembari ikut memotong-motong daging steiknya.     

"Gue seneng lu mau jujur. Tapi, jujur aja, kejujuran lu ikut bikin gue agak kaget."     

Damar tersenyum mendengar perkataan Bara. Sementara Bara sudah menyuapkan sepotong besar daging ke dalam mulutnya.     

"Tolong, jangan sampai ada yang tahu tentang gue sama Kimmy. Gue masih bisa sedikit bernapas lega karena lu orang pertama yang tahu tentang ini," ujar Damar.     

Bara hanya mengangguk-angguk mendengar perkataan Damar. "How about Maya? Dia juga lihat kalian berdua. Gue harus bilang apa sama dia? Kemarin aja dia udah mau langsung nyamperin Kimmy."     

Damar menghela napasnya. "Apa Maya bisa jaga rahasia?"     

"Gue ngga tahu kalau sama yang lain. Tapi, gue rasa Maya bisa jaga rahasia Kimmy. Mereka berdua, kan, sahabat deket."     

"Kalau gitu, biar Kimmy aja yang langsung jelasin sama Maya. Gue udah jujur sama lu, tinggal Kimmy yang jujur sama Maya. Gue telpon Kimmy kalau gitu." Damar segera mengeluarkan ponselnya dan menhubungi Kimmy.     

Bara juga ikut mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Maya.     

"Lu ngapain nelpon Maya juga?" tanya Damar dengan sedikit bersungut-sungut.     

"Biar Maya ngga kaget," jawab Bara singkat.     

----     

Maya dan Kimmy menoleh bersamaan ketika mereka selesai berbicara dengan pasangannya masing-masing di telpon.     

"Bara?" tanya Kimmy.     

"Damar?" Maya balik bertanya.     

Keduanya kemudian kompak mengangguk. Maya segera menatap tajam Kimmy. "Kasih tahu gue semuanya supaya gue ngga salah paham sama kalian berdua."     

Kimmy berjalan mendekat ke arah meja kerjanya. Ia kemudian mengambil iPodnya. Kimmy mencari file suara yang berisi rekaman suara Damar dan Bara.     

"Semuanya berawal dari sini," ujar Kimmy sembari memberikan iPod miliknya pada Maya dan memutar rekaman percakapan antara Damar dan Bara.     

Maya menerimanya dan mendengarkan rekaman tersebut. Maya terpaku begitu mendengar suara Damar yang menyatakan bahwa dirinya bukanlah anak kandung Pak Bima. Ia menatap Kimmy penuh tanya. Kimmy tahu arti tatapan yang diberikan Maya dan mengangguk pelan.     

Begitu selesai mendengarkan rekaman tersebut. Maya segera mengembalikan iPod milik Kimmy.     

"Lu inget pestanya Claire?" tanya Kimmy.     

"Pasti inget, lah. Sejak kejadian di pestanya Claire, hubungan gue sama Bara mulai berubah dan jadi kaya sekarang."     

"Hubungan gue sama Damar juga mulai berubah sejak itu."     

"Jangan-jangan, itu yang bikin lu kaya orang kesambet waktu itu?"     

Kimmy mengangguk pasrah. "Gue terlalu kaget setelah dengar rekaman itu sendiri. Gue sampai nyamperin waiter buat mastiin kalau dia masukin iPod diruangan yang bener. Lu ngga tau seberapa kagetnya gue waktu itu. Untung lu tiba-tiba dateng nyamperin gue buat gabung ke pestanya Claire. Kalau ngga--"     

Maya tertawa pelan. "Kalau ngga apa?"     

Kimmy menggeleng. "Gue juga ngga tau apa yang bakal terjadi. Gue bener-bener galau waktu itu. Antara sedih, senang, ngga percaya, pokoknya semua campur aduk."     

"Oh, pantes. Waktu itu lu langsung minum banyak banget."     

"Suara pengakuan Damar terus terngiang-ngiang di kepala gue. Waktu itu, gue pikir minuman bakal bikin gue lupa."     

"Terus, gimana hubungan kalian bisa sampai kaya sekarang?"     

"Malam itu, gue ngutarain perasaan gue duluan sama Damar," jawab Kimmy.     

"Emang sejak kapan lu suka sama Damar?"     

Kimmy sedikit menggeleng. "Gue juga ngga tahu sejak kapan gue mulai suka sama Damar. Selama ini gue selalu menyangkal perasaan gue, karena gue pikir ngga mungkin gue suka sama Kakak gue sendiri."     

"Tapi kenyataannya lu beneran suka sama Kakak lu," sela Maya.     

"Secara hukum, iya, dia kakak gue. Tapi secara fakta, kita berdua ngga jauh beda sama lu dan Bara."     

Maya terkekeh. "Gue sama Damar ngga dibesarkan berdua, Kimmy sayang."     

"Lu lupa? Kalau setelah kecelakaan yang menimpa Bara, kita berdua hidup kepisah. Damar sibuk dengan segala kegiatannya, dia bahkan sempet tinggal di Jerman."     

"Ya, tetep aja. Gue ngerasa agak aneh. Gue udah terbiasa lihat kalian sebagai Kakak Adik. Terus sekarang tiba-tiba kalian terlibat dalam hubungan romantis."     

"Nanti juga lu terbiasa," timpal Kimmy. "Kita berdua berusaha sebisa mungkin buat menyembunyikan hubungan ini. Gue juga ngga mau Bokap gue tau tentang hal ini."     

"Sampai kapan rahasia ini bakal bertahan? Kalau kalian ngga bisa nahan diri pas kalian ada di luar. Gue sama Bara jadi tahu gara-gara liat kalian ciuman di dalam mobil. You're lucky enough, because of me and Bara who look at you both."     

"You can keep this secret, right?" Kimmy tampak setengah memohon pada Maya.     

"Untuk sekarang, gue bakal simpen rahasia ini. Tapi, saran gue, kalian berdua harus bicara sama Bokap kalian, sebelum orang lain yang ngasih tahu dia."     

Kimmy mengangguk. "Gue sama Damar pasti ngasih tahu dia. Thanks banget, May."     

"So, kapan kita double date beneran?" goda Maya.     

"Ngga dalam waktu dekat yang pasti," jawab Kimmy.     

Maya memeluk Kimmy sembari mengusap-usap punggungnya. "Gue turut bahagia, meski gue masih ngerasa aneh."     

"Ini aja udah cukup, May."     

****     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.