Bara

Midnight 3



Midnight 3

0"Woi bangun!" Rico membangunkan Arga, Reno dan Ben yang masih tertidur di sofa tempat mereka bersenang-senang semalam.     
0

Arga yang pertama membuka matanya. Ia terkejut dan menyipitkan matanya melihat pemandangan yang ada di sekitarnya. Arga kemudian menepuk-nepuk Reno yang tertidur di sebelahnya. Setelah itu, ia kembali beralih pada Rico. "Bara sama Damar ke mana?"     

"Bara dijemput Maya, Damar dijemput Kimmy," jawab Rico.     

"Oh," sahut Arga sambil mengucek-ngucek matanya.     

"Sekarang jam berapa?" Arga kembali bertanya.     

Rico melirik jam tangannya. "Hampir jam sepuluh."     

Arga langsung terbelalak. "Ren, buruan bangun." Ia kembali menepuk Reno untuk membangunkannya. Kemudian ia beralih pada Ben yang tertidur di samping Reno. "Ben, bangun, Ben. Hari ini kita mulai kerja."     

Ben dan Reno mengerjap-ngerjapkan matanya. Keduanya kompak merenggangkan badannya sambil menguap lebar.     

Rico menggelengkan kepalanya melihat keduanya yang sangat kompak. Ia lalu melemparkan sebuah kunci pada Arga. "Kalau mau mandi, kalian bisa pakai ruangan gue di atas. Itu kuncinya."     

Arga menangkap kunci yang dilemparkan Rico.     

"Gue juga udah beliin sarapan buat kalian di atas."     

"Thanks, Ric," ujar Arga.     

Rico hanya menganggukkan kepalanya kemudian berlalu dari hadapan Arga.     

Arga bangkit berdiri seraya kembali menepuk Reno dan Ben. Keduanya ikut berdiri dan berjalan terhuyung-huyung mengikuti Arga yang naik ke lantai atas bar Millennium.     

----     

Maya menikmati sarapan yang disajikan Mbok Inah sambil menatap pemandangan gedung-gedung bertingkat dari jendela apartemen Bara.     

Pagi tadi, Mbok Inah terkejut begitu masuk ke dalam apartemen Bara dan mendapati Maya yang tertidur di sofa ruang keluarga. Awalnya Mbok Inah mengira yang tertidur di sofa adalah pencuri. Ia hendak memukul Maya dengan sebilah kemoceng. Namun, begitu ia mendekat, ternyata sosok yang tertidur di sofa adalah Maya.     

Begitu pun dengan Maya yang sama terkejutnya ketika melihat Mbok Inah yang sedang memandanginya dari dekat sambil membawa kemoceng.     

"Mbak Maya, kok, tidur di sini?" tanya Mbok Inah keheranan.     

"Mbok ternyata, saya kira siapa," sahut Maya sembari beringsut duduk di sofa. "Semalem saya habis nganter Bara pulang, kayanya saya ketiduran abis bersihin muntahannya Bara."     

"Oawalah, Mbak Maya. Kenapa sampai repot-repot bersihin segala."     

"Kalau dibiarin nanti malah bau, Mbok."     

"Tapi, Mbak Maya jadi sampai ketiduran di sini."     

"Ah, ngga apa-apa, Mbok. Saya juga bisa bersihin rumah. Cuma baju saya sama baju Bara yang kena muntahan belum sempat saya bersihin. Jadi, tolong cuciin ya, Mbok."     

"Oh, tenang aja kalau itu. Kalau Mbak Maya masih ngantuk, pindah saja ke kamar Mas Bara. Saya mau bersih-bersih."     

Maya mengangguk. Ia memang masih mengantuk dan masih ingin melanjutkan tidurnya.     

"Mbak Maya mau dibikinin sarapan apa?" Mbok Inah bertanya sebelum Maya beranjak pergi ke kamar Bara.     

"Apa aja yang biasa di makan Bara," jawab Maya. "Saya ke kamar Bara, ya, Mbok."     

Mbok Inah mengangguk. "Iya, Mbak." Ia memperhatikan Maya yang berjalan masuk ke dalam kamar Bara. Mbok Inah tidak menyangka orang seperti Maya masih mau membersihkan rumah. Padahal bisa saja Maya hanya menutupi muntahan dengan kain dan membiarkan Mbok Inah membersihkan keesokannya. Namun, Maya memilih untuk langsung membersihkannya sendiri pada saat itu juga.     

"Gimana? Nasi goreng Mbok Inah enak, kan?" tanya Bara yang menyadarkan Maya dari lamunannya.     

"Enak. Jadi, ini makanan yang biasa lu makan buat sarapan?"     

Bara mengangguk seraya duduk di sebelah Maya. "Kok lu tahu?"     

"Soalnya tadi pas Mbok Inah nanya gue mau sarapan apa, gue cuma jawab apa aja yang biasa dimakan sama lu. Dan ternyata dia bikinin nasi goreng ini."     

"Ya, tapi ngga setiap hari juga gue makan ini buat sarapan." Bara menyendokkan nasi goreng ke dalam piringnya. "Ini dibilang sarapan kesiangan, tapi dibilang makan siang juga kecepetan."     

"Brunch," sahut Maya.     

Maya kemudian memperhatikan penampilan Bara yang terlihat santai hanya dengan mengenakan kaus dan celana pendek. "Lu ngga ke kantor?"     

Bara menggeleng sembari menyuapkan sesendok penuh nasi goreng ke dalam mulutnya.     

"Anda mulai menyalahgunakan kekuasaan, ya," goda Maya.     

Bara tertawa pelan. "Bukan begitu, hari ini emang gue ngga ada jadwal buat ke kantor."     

"Emangnya lu mau ke mana?"     

Bara mengerling jahil pada Maya. "Mau nemenin gue hari ini?"     

Maya berpikir sejenak sebelum mengiyakan ajakan Bara. "Boleh, sih. Tapi, nanti sore gue ada jadwal buat syuting iklan."     

"Bilang ke Manager lu, nanti gue yang anter lu ke tempat syuting, lu ketemu dia di sana aja."     

"Lu mau nganterin gue ke tempat syuting?"     

"Sekali-sekali boleh, dong, gue nemenin pasangan gue ke tempat kerjanya."     

"Bilang aja buat bales budi karena udah ngerepotin gue," timpal Maya.     

"Ya, sekalian," sahut Bara.     

"Oke, nanti gue kasih tahu ke Manager gue. Tapi, sebelumnya gue harus cari baju dulu. Ngga mungkin, kan, gue pergi pake kaus punya lu."     

"Tapi, gue suka, liat lu pakai baju punya gue."     

Maya tertawa pelan mendengarnya. "Atau mungkin ada baju lu yang bisa gue pakai buat keluar."     

"Pilih aja yang mau lu pakai."     

Maya meneguk air putihnya. "Gue boleh pilih sesuka gue?"     

"I give you access to my closet."     

"Oke, kalau gitu, gue mau milih-milih dulu." Maya segera beranjak dari meja makan dan kembali melangkah menuju kamar Bara. Sementara Bara melanjutkan makan paginya yang kesiangan.     

----     

Bara terpana begitu melihat Maya mengenakan kemejanya yang nampak kebesaran di tubuh Maya.     

"How?" tanya Maya. "Gue suka kemeja ini." Maya memamerkan dirinya yang tengah mengenakan kemeja hitam milik Bara.     

Bara segera berjalan menghampiri Maya. Setelah itu ia mengangkat tubuh Maya dan mendudukannya dia atas meja buffet yang ada di tengah ruang gantinya. "Kayanya gue ngga bakal kemana-mana sampai nanti sore." Bara menengadahkan kepalanya dan memandangi Maya.     

Maya menundukkan kepalanya dan menatap Bara. Ia tertawa mendengar ucapan Bara. "Gue udah bangunin singa tertidur rupanya."     

Bara mendekatkan wajahnya pada leher Maya dan mulai mencumbuinya. Maya mengangkat kepalanya hingga memberi Bara keleluasaan untuk bergerilya di lehernya.     

"Jangan sampai berbekas," bisik Maya.     

Bara menjawabnya dengan gumaman pelan. Ia sudah terlena dengan pesona Maya yang semakin hari semakin membuatnya mabuk dan hari ini ia akan memuaskan dahaganya akan keindahan Maya.     

Selesai mencumbui leher Maya, Bara beralih pada bibir Maya. Ia mengulum bibir Maya sembari memainkan lidahnya di mulut Maya. Maya terhanyut dan meremas rambut Bara. Ia merasa seluruh sarafnya menegang tidak sabar menunggu apa yang akan dilakukan Bara selanjutnya.     

Sembari bibirnya menciumi bibir Maya, tangan Bara bermain dan mulai membuka kancing atas kemejanya yang sedang dipakai Maya. Begitu ia sudah membuka tiga kancing teratasnya, Bara memelorotkan kemejanya hingga memperlihatkan bagian atas tubuh Maya.     

Bara menghentikan ciumannya. "Ternyata lu udah siap," ujar Bara sambil tersenyum nakal memandang Maya.     

"Kan, tadi gue udah bilang, baju gue lagi di cuci. But, I always ready for this." Maya balas mengerling nakal pada Bara.     

Bara kembali mencium bibir Maya. Ciumannya kali ini ganas dan semakin lama semakin turun hingga ke bahu Maya.     

"Hmpf," desah Maya begitu ciuman Bara mulai turun ke sekitar dadanya.     

Bara segera menggendong Maya dan membawanya ke ranjang. Ia menjatuhkan tubuh Maya di ranjangnya lalu memandangi Maya yang ada di bawahnya. "You are mine now."     

****     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.