Bara

The Ball 6



The Ball 6

0Setelah kedatangan Bara, tidak berapa lama kemudian anggota keluarga Pradana yang lain datang secara beriringan. Mobil yang membawa Pak Angga dan Pak Bima tiba lebih dulu, selanjutnya disusul dengan mobil yang ditumpangi oleh Damar dan Kimmy. Mereka terlihat kompak dan berfoto bersama di depan pintu masuk.     
0

Pak Angga dan Pak Bima memilih untuk masuk lebih dahulu ke dalam galeri, sementara Damar dan Kimmy masih melayani para Juru Warta yang ingin mengabadikan foto keduanya. Pasangan Kakak beradik itu merupakan favorit para Juru Warta setiap kali acara tahunan MG Group diselenggarakan. Tentu saja, posisi mereka akan sedikit tergeser dengan kehadiran Bara dan Maya pada acara tahunan kali ini. Tetapi mereka masih menjadi salah satu favorit Juru Warta karena mereka selalu terlihat serasi.     

Malam ini Kimmy hadir dengan maxi crepe dress berwarna putih dengan potongan halter neck. Pada bagian depan gaunnya terdapat belahan setinggi paha yang memamerkan kaki Kimmy yang jenjang. Kimmy menambahkan aksesoris berupa ikat pinggang kecil berbahan kulit. Bagian kepala ikat pinggangnya terdapat ornamen bunga-bunga kecil yang terbuat dari kristal berwarna kekuningan.     

Rambut panjang Kimmy digelung ke atas, dan ia mengenakan drop earring dengan permata besar berbentuk pear warna biru pada untaiannya. Sedangkan Damar yang berdiri di sebelah Kimmy, hadir dengan tuxedo berwarna putih dan celana hitam. Damar mengenakan cumberbach pada bagian atas celananya dan juga dasi kupu-kupu hitam berbahan satin.     

Penampilan Damar bisa dibilang sedikit melanggar pakem dalam pemakaian tuxedo. Namun, jika menengok belakang, sudah banyak designer yang melanggar pakem tersebut dengan menciptakan setelan tuxedo dengan warna yang berbeda antara tuxedo dan celana yang dikenakan. Hal itu menjadi semacam penyegaran dalam dunia fashion pria, dan membuat setelan tuxedo tidak tampak membosankan.     

Selesai berfoto, Damar dan Kimmy masuk ke dalam galeri. Keduanya langsung berpisah di dalam galeri, karena mereka punya agenda tersendiri malam ini. Kimmy segera menghampiri para panitia acara tahunan yang sedang bersiaga di ruang kontrol. Mereka memperhatikan jalannya acara melalui ruang kontrol tersebut.     

"Gimana, lancar?" tanya Kimmy.     

"Sejauh ini aman, Mbak. Cuma masalah sedikit waktu Mas Bara datang, petugas keamanan hampir kewalahan," sahut salah seorang panitia acara.     

"Oh, It's okay. Terus awasin, jangan sampai ada yang kelewat," ujar Kimmy.     

"Siap, Mbak."     

"Oh, ya. Satu orang tolong ikut gue," pinta Kimmy.     

Kimmy berjalan keluar dari ruang kontrol. Satu orang panitia ikut berjalan mengikutinya.     

Damar berjalan sambil mencari sosok Arga. Malam ini tugas Arga sangat krusial. Ia kemudian melihat Arga sedang berdiri di belakang panggung acara. Arga yang melihat Damar sedang mengarah padanya segera berbalik arah. Damar menyelinap ke belakang panggung untuk mengikuti Arga.     

Damar mengikuti Arga sampai ke sebuah ruangan yang menyimpan cinderamata untuk para tamu undangan.     

"Semua siap?" tanya Damar.     

Arga mengangkat satu botol wine dari tas berisi cinderamata yang ada di dekatnya. Ia menunjukkan bagian pantat botol tersebut pada Damar.     

"Aman," seru Arga.     

"Bagus kalau begitu. Lu udah hafalin posisi duduk orang-orang yang nanti kita kasih bingkisan spesial?"     

"Udah."     

"Good."     

"Kata Bara ada satu orang lagi yang bantuin tugas gue, tapi daritadi gue tunggu di sini, orangnya ngga dateng-dateng."     

"Oh, itu. Mungkin sebentar lagi dia dateng. Tadi gue liat dia masih keliling," terang Damar.     

----     

Tiba-tiba pintu ruang penyimpanan souvenir terbuka. Bang Jali masuk dengan sedikit tergesa. Ia sedikit terkejut begitu melihat Damar dan seorang pria sudah ada di dalam sana.     

"Nah, ini orang yang dibilang Bara," ujar Damar pada Arga.     

Bang Jali melambaikan tangannya.     

Arga memperhatikan Bang Jali yang mengenakan seragam pramusaji.     

"Tugas gue malam ini, nandain meja mana aja yang harus lu datengin. Makanya Bara masukin gue sebagai pengantar minuman," tutur Bang Jali sebelum Arga bertanya lebih lanjut.     

"Oh, begitu," sahut Arga. "Terus apa tandanya?"     

"Bunga mawar merah. Bagian belakang kursinya gue selipin mawar merah."     

"Oh oke," timpal Arga.     

"Ya udah, kalau gitu gue balik lagi. Nanti kalau lu bingung, cari gue. Gue berkeliaran di dalam," seru Bang Jali sebelum ia kembali keluar dari ruang penyimpanan tersebut.     

Begitu Bang Jali keluar dari ruang penyimpanan, Arga menatap Damar dengan sedikit kebingungan. "Kenapa harus mawar merah?"     

Damar terkekeh pelan. "Tanda cinta."     

Arga memutar bola matanya mendengar jawaban yang diberika Damar. Tawa Damar semakin kencang melihat respon yang diberikan Arga.     

"Ya udah. Gue mau lanjut masuk ke dalam," seru Damar seraya menepuk bahu Arga. Ia kemudian keluar dari ruang penyimpanan souvenir dan meninggalkan Arga sendiri di sana untuk menyiapkan souvenir spesial untuk orang-orang yang sudah ditandai oleh Bara dan Damar.     

----     

Bara duduk di kursi yang sudah disiapkan untuknya. Ia duduk satu meja dengan Pak Angga, Pak Bima, Kimmy dan Damar. Awalnya Maya mengajaknya untuk berkenalan dengan para pesohor kenalannya. Setelah berkenalan dengan beberapa orang, Bara memutuskan untuk kembali ke tempat duduknya. Selama ia duduk pun, banyak orang yang datang ke mejanya. Mereka menyalami dan mengajaknya berkenalan.     

Pak Angga dan Pak Bima memperhatikan orang-orang yang datang ke meja mereka. Sosok yang sangat ditunggu Pak Angga akhirnya datang. Sosok itu datang menghampiri meja mereka dan langsung menyalami Bara.     

"Akhirnya, saya punya kesempatan untuk bertemu kamu," tutur sosok tersebut.     

Bara memperhatikan sosok pria tua yang mungkin usianya tidak berbeda jauh dengan Pak Haryo, namun ia masih tetap gagah dengan tubuh yang tampak tegap. Sosok itu mengulurkan tangannya pada Bara.     

"Senang bertemu dengan kamu, Bara. Saya Hanggono."     

Bara sudah tahu siapa sosok yang berdiri di depannya ketika ia melihat foto kesatuan milik Dirga. Tidak disangka ia akan bertatap muka langsung dengan Hanggono. Tangan kanan Bara menyambut jabat tangan Hanggono, sedangkan tangan kirinya sedikit mengepal menahan amarahnya pada Hanggono. Orang yang merupakan dalang dari seluruh kejadian malang yang terjadi dalam hidupnya.     

"Senang bisa bertemu dengan Bapak," sahut Bara seraya tersenyum pada Hanggono.     

Pak Angga sedikit menyenggol lengan Pak Bima ketika Bara dan Hanggono berhadap-hadapan.     

"Bima, menurut kamu, kira-kira, siapa yang akan diburu dan siapa yang akan menjadi pemburu?" bisik Pak Angga.     

"Saya tidak mau menebak. Biar waktu yang akan menjawabnya. Saya cuma mau jadi penonton saat ini," jawab Pak Bima.     

Hanggono kemudian duduk di bangku kosong yang ada di sebelah Bara. "Bagaimana keadaan Pak Haryo?"     

"Kondisi Eyang sudah lebih membaik," jawab Bara seraya tersenyum.     

"Ngomong-ngomong selama ini kamu kemana? Kenapa kamu baru muncul sekarang?"     

Bara berpikir sejenak sebelum menjawab pertanyaan yang diajukan Hanggono. Ia lalu menatap tajam Hanggono dan berdecak pelan. "Saya belajar bagaimana caranya untuk bertahan hidup. Kalau Bapak belajar bertahun-tahun di Akademi Militer, saya belajar bertahun-tahun dari orang-orang yang hidup di jalanan."     

Mata Hanggono membulat penasaran mendengar jawaban Bara. Keduanya saling menatap tajam. Suasana riuh yang ada di dalam galeri pun nampaknya tidak mempengaruhi Bara dan Hanggono. Bara mencondongkan sedikit tubuhnya ke arah Hanggono dan berbisik pelan. "Jangan sekali-kali meremehkan orang yang hidup di jalan." Bara kemudian kembali menjauhkan tubuhnya dari Hanggono.     

Hanggono tersenyum puas mendengar apa yang baru Bara bisikkan di telinganya. Matanya berbinar. "Saya senang sekali bertemu anak muda seperti kamu. Saya seperti berkaca pada masa lalu saya. Muda, ambisius dan tidak kenal takut."     

Bara balas tertawa. "Siapa bilang saya tidak punya takut?" Bara kembali menatap tajam Hanggono. "Kalau saya sama sekali tidak memiliki rasa takut, saya tidak akan punya keinginan untuk melindungi orang-orang yang ada di sekitar saya."     

"Ah, saya paham," sahut Hanggono.     

"Permisi," sela Maya yang sudah berdiri di samping tempat duduk yang diduduki Hanggono.     

Hanggono menoleh pada Maya.     

"Saya mau duduk, itu--" Maya menunjuk pada kursi yang sedang di duduki Hanggono.     

"Oh, maaf." Hanggono segera bangkit berdiri. "Silahkan."     

"Terima kasih," ujar Maya seraya duduk di kursinya.     

"Wah, kamu beruntung memiliki wanita secantik ini," ujar Hanggono sambil melirik kepada Bara dan Maya bergantian.     

Bara mengangguk pelan.     

"Saya permisi dulu, senang bisa mengobrol sebentar dengan kamu." Hanggono kembali mengulurkan tangannya pada Bara.     

Bara menyambut jabat tangan Hanggono. "Saya juga senang. Semoga kita bisa sering-sering bertemu."     

Hanggono mengangguk lalu melepaskan jabat tangannya. Ia kemudian pergi meninggalkan meja Bara.     

Maya memandangi Bara yang sedang memperhatikan kepergian Hanggono. Ia menepuk-nepuk paha Bara pelan. Bara menggenggam erat lengan Maya sambil menghela napasnya.     

****     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.