Bara

Kiss The Dream 1



Kiss The Dream 1

0Bara membuka matanya. Ia mengawasi sekitarnya. Ia berada di ruangan yang sepenuhnya berwarna putih. Bara mengangkat tangannya. Ia memperhatikan kulitnya yang berkilau ditembus cahaya.     
0

"Gue ada dimana?"     

Bara lalu terduduk di ranjanganya dan memutuskan untuk turun dari ranjangnya. Ia melangkah ke sekeliling ruangan putih tersebut.     

"Halo, ada orang?"     

Tidak ada yang menjawabnya. Hanya gema suaranya sendiri yang menyahut pertanyaanya. Bara berhenti melangkah. "Apa gue sekarang udah mati?"     

Bara menggelengkan kepalanya. "No, gue ngga boleh mati sekarang. Gue harus cara jalan keluar dari sini."     

Bara berlari mengitari ruang putih tersebut yang seakan tidak ada habisnya. Ia terus berlari hingga ia mulai merasa lelah karena ruangan ini seperti mengurungnya dan tidak mengizinkannya untuk keluar. Bara membungkukkan tubuhnya untuk mengatur kembali napasnya. Ia memicingkan matanya begitu ia melihat sebuah lubang hitam kecil di ujung ruangan. Segera Bara berlari menuju lubang hitam tersebut.     

Bara tiba di tepi lubang hitam tersebut. Ia memperhatikan lubang hitam yang berputar tersebut. Tidak terlihat apa pun di dalamnya. Bara kembali meragu. Haruskah ia masuk ke dalam sana, atau membiarkan dirinya terjebak di ruang putih ini selamanya. Bara menghela napas panjang sebelum memutuskan untuk masuk ke dalam lubang hitam tersebut.     

Sambil memejamkan matanya, Bara akhirnya melangkah masuk ke dalam lubang hitam tersebut. Pada langkah pertamanya, Bara merasa tidak ada sesuatu yang bisa dipakainya untuk berpijak. Akan tetapi ia tetap melangkah masuk dan begitu masuk ke dalam lubang hitam tersebut, tubuhnya seketika terjun bebas ke bawah.     

Tubuhnya terus turun ke bawah tanpa ia ketahui kapan ia akan mencapai dasar lubang tersebut. Tiba-tiba, kecepatannya melambat. Kini ia merasa seperti sedang melayang-layang di ruang hampa. Bara membuka matanya. Ia melihat ke bawah kakinya, ia benar-benar melayang sekarang.     

"What is this?" gumam Bara.     

Tiba-tiba saja ruang gelap itu berubah. Ia seperti tengah menyaksikan pertunjukkan bintang yang ditampilkan di Planetarium. Tetapi anehnya bintang-bintang tersebut seperti sedang bergerak merangkai sebuah cerita. Bintang-bintang itu membentuk rasi yang menyerupai siluet tubuh manusia. Bara memperhatikan siluet pria, wanita dan seorang anak kecil yang terbentuk dari bintang-bintang tersebut. Mereka bergandengan tangan dan berjalan-jalan mengitarinya.     

Ketiga rasi bintang itu semakin mendekat ke arahnya dan terus mengitarinya. Bintang yang membentuk rasi menyerupai tubuh seorang anak kecil mengulurkan tangannya pada Bara. Bara ragu-ragu menyambut uluran tangan tersebut. Entah apa yang akan terjadi selanjutnya jika ia menyambut uluran tangan tersebut. Melihat Bara yang meragu, rasi berbentuk anak kecil itu justru semakin mendekat dan segera menarik lengan Bara.     

Bintang di hadapannya meledak. Ledakan bintang itu menghasilkan kabut. Perlahan kabut itu tersingkap dan ia seperti berada di sebuah ruang kontrol yang besar. Puluhan, ratusan bahkan berjuta-juta video ditampilkan pada ruang kontrol tersebut.     

Bara mendekat dan menonton salah satu video yang sedang berputar di ruangan tersebut. Video itu menampilkan seorang anak laki-laki yang kegirangan setelah mendapat hadiah seekor kucing persia berwarna abu-abu pemberian orang tuanya. Bara terkejut melihat video tersebut. Ia kemudian beralih pada video lain yang ada di ruangan tersebut.     

Video selanjutnya ia tonton adalah video tiga orang anak kecil, dua orang anak kecil laki-laki dan satu orang anak kecil perempuan. Mereka berlarian dengan gembira di halaman rumah yang luas. Seorang pria paruh baya muncul dan memanggil ketiganya dengan membawa baki berisi minuman dan kue kering. Bara memperhatikan wajah pria paruh baya itu yang nampak tidak asing.     

"Pak Agus?" gumam Bara pelan. Bara dapat mengenali wajah itu meskipun wajah pada video itu terlihat lebih muda daripada wajah Pak Agus saat ini.     

Bara memundurkan tubuhnya dari video tersebut. Ia menatap nanar ruang penuh video itu. "Ini ngga mungkin." Ia lalu beralih pada video-video lain yang ada di ruangan tersebut. Berulangkali ia berdecak tidak percaya dengan apa dilihatnya. Hingga akhirnya ia melihat video yang persis sama dengan mimpi buruknya selama ini. Bara menggelengkan kepalanya. Tidak percaya bahwa semua video ini mungkin adalah kepingan ingatannya yang hilang.     

Bara kembali melihat video lain untuk memastikannya. Ia lalu melihat sebuah video dimana anak kecil tersebut sedang digendong dalam pelukan seorang pria dewasa. Pada saat Bara memperhatikan wajah pria dewasa tersebut, pria itu seolah sedang menatap ke arahnya. Sambil menggendong anak lelakinya, pria itu tersenyum pada Bara.     

"This is you, Bara," ujar pria yang ada di dalam video tersebut seraya mengangguk pelan pada Bara.     

Belum selesai keterkejutan Bara setelah mendengar ucapan pria tersebut, video-video yang ada di ruangan itu tiba-tiba mati satu per satu.     

"Tunggu, tunggu," pekik Bara panik begitu melihat video-video itu mati.     

Video-video yang ada di ruangan itu tetap mati satu per satu tanpa bisa Bara cegah dan akhirnya ruangan itu kembali gelap. Setelah semua video yang ada di ruangan itu mati, tiba-tiba Bara kembali tertarik ke bawah lubang hitam tersebut.     

"Aw," gumam Bara pelan ketika tubuhnya terjatuh di dasar lubang hitam dengan cukup keras.     

Bara kemudian bangkit berdiri. Ia melihat sebuah cahaya di ujung ruang gelap tersebut. Bara lantas berlari menuju cahaya tersebut. Ia kembali mendapati ruang putih, tetapi kali ini ia tidak sendiri. Ada orang lain yang tengah berdiri di tengah ruangan tersebut.     

Bara mendekati orang yang tengah berdiri di tengan ruangan serba putih itu. Semakin dekat, ia semakin merasa aneh, karena ia seperti melihat dirinya sendiri. Tetapi, begitu ia tiba di sebelah orang tersebut ternyata itu bukan dirinya. Itu orang lain namun sangat mirip dengannya.     

"Papa?" tanya Bara ragu-ragu pada sosok pria yang ini berdiri di hadapannya.     

Pria itu menoleh dan menatap Bara lembut. "Akhirnya kita bertemu, Bara." Ia kemudia tersenyum pada Bara.     

Bara melangkah mendekati pria tersebut dan segera memeluknya. Entah perasaan apa yang ia rasakan kini. Rasa lega, rindu, takut, bahagia bercampur menjadi satu hingga ia tidak sanggup untuk berkata-kata selain memeluk sosok itu dengan erat.     

"You doing well, son," ujar Mahesa pelan sambil menepuk-nepuk punggung Bara.     

Bara menggeleng. "No, I'm not."     

"Yes, you are." Mahesa kemudian melepaskan pelukan Bara.     

Bara segera menyeka air matanya. "I'm not doing anything. I don't even know what would I'm doing."     

"You do," gumam Mahesa meyakinkan Bara. "Because you're my son. I know you will do everything to continue my legacy."     

Bara menatap Mahesa. "But, I'm scare."     

"Don't worry. You're surrounded by people who willing to help, no matter what."     

Mahesa kemudian mendekatkan wajahnya pada wajah Bara. Ia menempelkan dahinya ke dahi Bara. "It's time for you to go back."     

Bara menatap Mahesa dengan tatapan seakan ia tidak mau berpisah dengan Mahesa.     

Mahesa balas menatap lembut Bara. "Send my love to your mom." Mahesa kemudian tersenyum sembari memejamkan matanya.     

Bara ikut memejamkan matanya.     

----     

"He's back," ujar Dokter yang sedang menangani Bara ketika melihat layar monitor kembali menunjukkan detak jantung Bara. Dokter itu menghela napas lega dan segera menghentikan CPR yang sedang ia lakukan. Ia menyeka keringat yang membasahi keningnya. Para perawat yang lain juga merasa lega. Usaha yang mereka lakukan tidak sia-sia.     

Pak Agus tidak bisa menyembunyikan perasaan leganya ketika melihat monitor tersebut kembali berdetak. Ia menutupi wajahnya yang hampir menangis. Maya yang sudah berdiri di sebelah Pak Agus memejamkan matanya. Maya menutup mulutnya untuk menyembunyikan isak tangisnya yang hampir pecah ketika melihat Bara yang hampir mati dihadapannya. Arga menghela napas lega, ia menengadahkan kepalanya untuk mencegah air mata yang hampir membasahi pipinya.     

****     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.