Bara

Fried Rice Story 2



Fried Rice Story 2

0Selesai memakan nasi gorengnya, Bara dan Raya kembali melanjutkan pembicaraan mereka tentang penyelidikan yang Raya lakukan diam-diam.     
0

"Lu udah terima laporan dari audit eksternal, kan?" tanya Raya.     

"Iya, gue udah baca laporan-laporan dari audit eksternal," jawab Bara.     

"Kalo gitu, lu bisa jadiin hasil penyelidikan gue sebagai pembanding." Raya segera mengeluarkan sebuah diska lepas dari tasnya dan memberikannya pada Bara. "Ini hasil penyelidikan gue hari ini. Sisanya ada di hardisk eksternal gue di kostan. Nanti bakal gue kasih ke lu juga."     

Bara menerima diska lepas pemberian Raya dan menimbang-nimbangnya sesaat. Ia lalu melirik Raya.     

"Kenapa?" Raya keherenan dengan tatapan yang diberikan Bara padanya.     

Sejenak kemudian Bara tersenyum dan mengembalikan diska lepas yang diberikan Raya.     

"Ada apa? Lu ngga mau tahu hasil penyelidikan gue?" Tanya Raya keheranan.     

Bara menggeleng sambil tersenyum. "Bukan itu."     

"Terus?"     

Bara menghela napasnya sebelum mulai menjawab pertanyaan Raya. "Berhubung lu udah menyelidiki ini, gue mau lu buat terus nyelidikin ini dan laporin hasilnya ke gue seminggu sekali. Setiap jumat sore, kita ketemu di lobi apartemen gue. Karena kalau di kantor, rasanya bakalan ngga aman buat lu."     

Raya mengerjap-ngerjapkan matanya. Mulutnya sedikit membuka mendengar apa yang baru saja Bara ucapkan. "Gue ngga salah denger?"     

"Ngga. Lu udah terlanjur masuk ke dalam masalah ini. Sekalian aja lu menyelam buat terus cari tahu. Toh, meskipun gue udah larang, lu tetap diam-diam nyelidikin. Jadi, mending gue izinin, biar lu leluasa. Tapi, gue punya syarat buat lu."     

"Syarat apa?"     

"Kalau sampai gue suruh lu untuk berhenti, itu tandanya lu harus benar-benar berhenti. Lu ngga boleh diam-diam lanjutin penyelidikan lu."     

"Oke, I got it."     

"Satu lagi."     

"Apa lagi?"     

"Hati-hati sama Axel."     

"Axel?" Raya keheranan karena Bara tiba-tiba menyebut nama Axel. "Emangnya kenapa sama Axel?"     

"Gue dapat laporan, dia sering lembur pakai komputer lu. Lu tahu?"     

Raya terperangah dengan apa yang baru saja Bara ucapkan. "Belakangan ini, gue emang sering minta tolong sama Axel. Tapi, gue ngga tahu kalau dia sampai lembur pakai komputer gue. Karena, seinget gue, gue selalu matiin komputer sebelum pulang."     

"Nah, mulai sekarang, lu harus waspada sama Axel."     

"Oke, nanti gue bakal ganti password komputer gue."     

Bara mengangguk pelan. "Jangan sampai lu lupa syarat dari gue."     

"Siap, Bos," sahut Raya cepat.     

Bara terkekeh pelan. "Apaan, sih. Pake Bos segala segala." Bara lalu menyeruput es teh manis miliknya. Agak aneh mendengar Raya memanggilnya dengan sebutan Bos.     

Ponsel Bara kembali bergetar dan ia segera menghentikan minumnya lalu kembali mengeluarkan ponsel dari dalam sakunya.     

"Ya, May."     

Raya kembali tergelak karena Bara menyebut nama Maya.     

Bara kemudian terlihat seperti sedang mencari-cari sesuatu. Ia menegakkan tubuhnya dan mengedarkan pandangannya pada seluruh bagian warung nasi goreng tempat mereka berada saat ini. Tidak lama kemudian, Bara melambaikan tangannya. Raya menoleh dan melihat Maya sedang berjalan ke arah mereka. Bara lalu meletakkan kembali ponselnya.     

"Lu ajak Maya juga?" bisik Raya.     

Bara menoleh. "Dia bilang dia ada di sekitar sini, jadi sekalian gue ajak dia kesini."     

"Dia mau makan di tempat kaya gini? terus ini, kan nasi goreng. Gue pikir orang kaya Maya ngga bakal makan nasi goreng yang porsinya banyak begini."     

Bara tersenyum memanggapi ucapan Raya. "Lu belum tahu, sebanyak apa makannya dia."     

Raya membuka mulutnya hingga membentuk huruf O. Kata-kata yang baru saja diucapkan Bara seperti sebuah tanda baginya, bahwa hubungan Bara dan Maya memang cukup dekat, hingga Bara bisa berkata demikian.     

"Kalian lagi ngomongin gue, ya" seru Maya begitu ia tiba di meja makan tempat Bara dan Raya duduk. Maya kemudian segera duduk di kursi kosong yang ada di sebelah Bara.     

"Kita lagi ngomongin kerjaan," sahut Bara.     

"Oh, kerjaan." Maya kemudian melirik Raya yang duduk di depan Bara. "Eh, bukannya kita pernah ketemu?"     

Raya tersenyum pada Maya. "Hai, ketemu lagi."     

"Hai," balas Maya. "Kalian udah selesai makan?"     

"Udah, lu mau makan apa?" tanya Bara.     

"Gue mau nasi goreng seafood, tapi, seperti biasa ya. Lusa gue ada pemotretan, jadi ngga bisa makan banyak dulu," terang Maya.     

"Iya," sahut Bara.     

Bara mengerti maksud Maya. Itu artinya ia akan makan dua porsi nasi goreng karena Maya pasti hanya akan sedikit memakannya dan selanjutnya ia yang akan menghabiskan sisanya. Bara segera memanggil Pramusaji dan memesankan nasi goreng seafood untuk Maya.     

"Kalian kayanya cukup dekat, ya?" Maya tiba-tiba bertanya pada Raya.     

"Ah ngga, biasa aja." jawab Raya.     

Maya mengerling penuh selidik pada Raya. "Yakin, biasa aja?"     

Raya tertawa pelan melihat Maya yang sepertinya curiga dengan hubungannya dengan Bara. "Tenang aja. Gue sama Bara bener-bener cuma temenan aja."     

"Oke, I trust you." Maya balas tersenyum pada Raya.     

Maya kemudian beralih pada Bara. Ia menepuk pelan paha Bara. "Eyang titip salam. Dia bilang terima kasih udah jagain cucunya yang bandel ini."     

Bara menoleh pada Maya dan tersenyum padanya. "Iya, sama-sama. Gue juga harus bilang terima kasih sama Ibu Ratna." Bara kemudian menyentil dahi Maya. "Gara-gara cucunya yang bandel gue jadi bahan gosip lagi."     

"Aw." Maya menggosok-gosok dahinya yang baru saja disentil Bara. Sedetik kemudian Maya memasang senyum jahilnya untuk Bara.     

Raya kembali menyeruput es teh manis miliknya sambil memperhatikan Bara dan Maya. "Ngomong-ngomong, yang di video tadi pagi itu beneran?" sela Raya.     

Bara dan Maya seketika menoleh pada Raya.     

"Ya, begitulah," sahut Maya. "Kalau ngga ada Bara, gue ngga tahu, deh, si Abdi itu bakal ngapain. Di video itu cuma nampilin setengah dari kejadian itu," Maya kembali bergidik mengingat kejadian itu.     

"Itu Abdi yang pembalap itu, kan? Dia juga kalau ngga salah dapat sponsor dari MG Group." Raya menoleh pada Bara.     

"Wah, berarti sekarang dia ada di ujung tanduk," timpal Maya sambil melirik ke arah Bara. "Dia udah berani sama salah satu bosnya."     

"Dia belum tahu gue siapa," sahut Bara sembari mengambil es teh manisnya lalu meminumnya.     

"Mungkin sekarang dia udah tahu. Karena hari ini banyak yang bahas tentang lu," Raya kembali menimpali.     

"Lu makin terkenal aja, Bar," ujar Maya.     

Bara sedikit menyeringai mendengar ucapan Maya. "Iya, gara-gara lu." Ia kembali menyentil pelan dahi Maya.     

Maya melirik sebal pada Bara yang kembali menyentil dahinya. Namun, ia tidak bisa kesal terlalu lama, karena nasi goreng seafood pesanannya tiba. Mata Maya berbinar melihat porsi nasi goreng yang menggunung dengan isian seafood yang melimpah. Ia segera mengambil sendok untuk mulai menyantap nasi gorengnya.     

"Hati-hati masih panas," pesan Bara sebelum Maya mulai menyuapkan nasi goreng tersebut ke dalam mulutnya.     

Maya mengangguk sambil meniup nasi gorengnya yang masih mengeluarkan asap ketika ia akan memakannya. Setelah beberapa kali tiupan, Maya mulai menyuapkan nasi goreng itu ke dalam mulutnya.     

Bara tersenyum melihat Maya yang makan cukup lahap. Ia kemudian kembali beralih pada Raya dan melanjutkan obrolan mereka sementara Maya memakan nasi gorengnya.     

----     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.