Bara

Getting Close 5



Getting Close 5

0Maya kembali masuk ke dalam kediamannya begitu mobil yang ditumpangi Bara pergi mengantar Bara pulang. Ibu Ratna sudah menunggu Maya di ruang keluarganya.     
0

"Sini kamu," seru Ibu Ratna yang meminta Maya untuk mendekat padanya.     

"Kenapa Eyang?"     

"Sini, Eyang mau tanya sesuatu sama kamu."     

Maya segera berjalan menghampiri Ibu Ratna dan duduk di sebelahnya.     

"Kamu sama Bara bagaimana?"     

"Bagiamana apanya?"     

"Kamu jangan pura-pura polos. Ya, hubungan kamu sama Bara bagaimana?"     

"Ya, Eyang tadi lihatnya bagaimana?"     

"Sepertinya kalian sudah semakin dekat."     

Maya terkekeh seraya mengerling pada Ibu Ratna.     

"Benar?"     

Maya mengangguk sambil tersenyum lebar. "Ternyata ada hikmahnya juga kejadian kemarin."     

Ibu Ratna kemudian memperhatikan wajah Maya. "Tumben kamu ngga pakai lipstick."     

Maya menyentuh bibirnya. Ia tersenyum mengingat ciumannya dengan Bara tadi. "Lipsticknya habis," sahut Maya.     

"Bukannya lipstick kamu banyak."     

"Yang ini habis gara-gara Bara." Maya tersenyum jahil pada Ibu Ratna.     

"Kalian udah?"     

Maya mengangguk. "He's the best," bisik Maya.     

Ibu Ratna menatap Maya tidak percaya. "Ternyata kalian sudah sedekat itu."     

Maya kemudian memeluk Ibu Ratna. Wajahnya berseri-seri. "Thank you Mak comblangku."     

"Kamu sepertinya sangat senang? Apa kali ini kamu mau serius sama Bara?"     

Maya mengangkat bahunya. "I don't know, aku cuma merasa Bara sedikit berbeda dengan cowok-cowok yang pernah dekat sama aku."     

"Ya jelas berbeda, pilihan Eyang tidak mungkin salah."     

"Iya, deh." Maya kembali memeluk erat Ibu Ratna. "Aku bahagia banget sekarang."     

Ibu Ratna menempelkan kepalanya pada kepala Maya. Lengannya membelai lembut lengan Maya. "Kalau kamu bahagia, Eyang juga bahagia. Semoga kali ini kamu bisa benar-benar bahagia bersama Bara."     

----     

Rania menceritakan kemana dirinya selama sepuluh terakhir kepada Pak Agus. Berulang kali Pak Agus mengerjap tidak percaya. Ternyata Rania tidak pergi jauh seperti dugaannya sebelumnya. Pak Agus tidak menyangka bahwa Rania bersembunyi di kediaman Pak Ketut. Selama sepuluh tahun terakhir, Pak Agus berkunjung ke kediaman Pak Ketut, ia sama sekali tidak menemukan kecurigaan bahwa Rania ada di sana.     

"Sebenarnya saya juga hadir pada saat pembukaan pameran Pak Ketut," aku Rania.     

"Maksud kamu, pembukaan pameran yang diadakan di galeri milik kamu itu?" tanya Pak Agus tidak percaya.     

Rania mengangguk seraya tersenyum.     

Pak Agus hanya bisa geleng-geleng kepala. "Diantara banyak orang yang hadir, tidak ada satu pun yang mengenali kamu? Luar biasa sekali penyamaran kamu."     

"Bukan penyamaran saya yang luar biasa. Itu, karena semua mengira saya sudah meninggal."     

"Bicara soal itu, lalu jasad siapa yang ditemukan bersama jasad Mahesa?"     

"Soal itu, Mahesa yang sudah menyiapkannya. Dia mengubungi salah satu kenalannya yang bekerja di fakultas kedokteran."     

"Maksud kamu, Mahesa sampai berbuat seperti itu untuk melindungi kalian?"     

Rania menganggukkan kepalanya. "Mahesa memang sudah menyiapkan semuanya dengan cukup matang. Tadinya saya pikir, orang-orang Mahesa yang berkhianat. Tapi, kalau mendengar dari cerita Bapak, sepertinya bukan seperti itu kejadiannya."     

"Maaf kalau saya boleh menyela," seru Kimmy tiba-tiba. Sedari tadi ia hanya mendengarkan cerita antara Pak Agus dan Rania dan tidak banyak berkomentar. Namun setelah mendengar cerita Pak Agus tentang orang yang bernama Ojal, Kimmu jadi sedikit penasaran tentang sesuatu.     

"Ada apa, Kim?" tanya Pak Agus.     

"Saya sedikit penasaran, apakah Papa juga punya andil dalam kecelakaan itu?" tanya Kimmy ragu-ragu.     

"Untuk itu, saya belum bisa memastikannya. Ojal hanya mengatakan bahwa eyangmu yang menjadi perantara antara Ojal dan orang menyuruhnya melakukan tugas itu," terang Pak Agus.     

"Apa aku perlu tanya langsung ke Papa? Mungkin Papa mau cerita tentang itu. Papa sempat bercerita tentang rumor yang menyebar antara Mama dan Om Mahesa."     

"Bima sudah bercerita tentang itu sama kamu?" tanya Rania.     

Kimmy mengangguk. "Hubungan kita berdua sudah cukup baik saat ini. Mungkin Papa mau bercerita lebih lanjut tentang kejadian itu."     

"Kalau kamu bisa mencari tahu langsung dari papamu, itu akan sangat membantu, Kim. Bagaimanapun juga, dia yang selalu ada di sisi eyangmu. Dia pasti tahu banyak tentang rahasia yang disembunyikan eyangmu," terang Pak Agus.     

"Dulu Grace sebenarnya sudah memperingatkan Mahesa tentang bahaya yang mungkin akan dihadapinya, tetapi Mahesa keras kepala karena dia tidak mau MG jatuh ke tangan orang yang rela mengkhianati keluarganya sendiri," aku Rania.     

Rania kemudian menoleh pada Kimmy dan menggenggam tangannya. "Kalian sebagai penerus MG group, tidak boleh terjebak di situasi seperti orang tua kalian. Kalian bertiga harus kompak melawan dan mengembalikan semuanya seperti sedia kala."     

Kimmy balas menggenggam tangan Rania. "Tante tenang saja, tidak akan ada lagi yang terluka karena keserakahan Eyang. Papa bahkan sudah lelah dengan apa yang selama ini Eyang lakukan dan memilih untuk mundur."     

"Ya, Tante tahu itu."     

"Wah, saya semakin tidak sabar untuk melihat bagaimana ekspresi orang-orang yang pernah mencoba untuk menghabisi kamu," seru Pak Agus seraya menoleh pada Rania.     

"Saya juga tidak sabar," sahut Rania.     

"Sudah malam, sebaiknya saya pamit. Mungkin Bara juga sudah pulang," ujar Pak Agus.     

"Berbicara mengenai Bara, apa ingatannya sudah kembali?" tanya Rania.     

Pak Agus berdecak pelan. "Saya tidak yakin. Kemarin ketika dia berusaha mengingat kembali peristiwa itu, dia hampir tidak sadarkan diri. Mungkin dengan kembalinya kamu di sisinya, ingatannya yang hilang perlahan-lahan akan ikut kembali."     

"Semoga saja." Rania sangat berharap Bara akan kembali mengingatnya.     

"Saya permisi," ujar Pak Agus seraya bangkit berdiri. Rania ikut berdiri dan mengantar Pak Agus hingga ke pintu kamar hotelnya.     

Pak Agus tersenyum lembut pada Rania. "Sampai jumpa di acara tahunan nanti."     

Rania menganggukkan kepalanya. "Terima kasih, Pak."     

Pak Agus berjalan keluar dari kamar hotel Rania. Rania memandangi punggung Pak Agus yang berjalan hingga akhirnya berbelok di lorong. Setelah itu, Rania kembali masuk ke dalam kamar hotelnya.     

Sembari berjalan menuju lift, Pak Agus segera menghubungi Pak Haryo.     

"Saya sudah memastikannya, Rania memang masih hidup," ujar Pak Agus ketika Pak Haryo menjawab telponnya.     

"Tapi, ternyata Kimmy sudah lebih dulu tahu tentang keberadaan Rania," aku Pak Agus.     

"Kimmy?" seru Pak Haryo tidak percaya.     

"Kimmy bahkan sudah merencanakan kehadiran Rania di acara tahunan nanti."     

"Benar-benar tidak terduga. Selain kamu dan Kimmy, siapa lagi yang mengetahuinya?"     

"Ketut."     

"Ketut?"     

"Menurut kamu, di mana selama ini Rania bersembunyi? Dia bersembunyi di rumah Ketut. Dia tahu kabar tentang Bara, semua karena kamu sering bercerita pada Ketut."     

Mendengar penjelasan Pak Agus membuat Pak Haryo tidak bisa menahan tawanya. Tentu saja Rania memilih untuk bersembunyi di rumah Pak Ketut. Hanya Pak Ketut satu-satunya orang ia miliki dan pasti akan selalu membantunya.     

"Setelah acara tahunan, kamu harus segera bawa Rania ke tempat saya. Terlalu berbahaya kalau kita biarkan Rania bertindak seorang diri," pinta Pak Haryo.     

"Baik."     

"Angga pasti kalang kabut mengetahui Rania masih hidup," ucap Pak Haryo yang diiringi dengan sebuah tawa pelan.     

"Kita pasti bisa menghancurkannya sekarang."     

"Selama ini saya sudah bersikap terlalu lunak padanya. Kamu persiapkan Bara sebaik mungkin."     

"Kamu tenang saja, saya akan persiapkan Bara sebaik mungkin."     

"Saya percaya sama kamu," sahut Pak Haryo.     

----     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.