Bara

Crack 2



Crack 2

Bara berjanji untuk makan siang bersama dengan Maya siang ini. Tanpa disangka Maya datang menjemput Bara di kantornya.     

"I come to pick up my man," ujar Maya dari balik pintu ruang kerja Bara sambil tersenyum lebar.     

Bara tersenyum dari tempat duduknya. Ia sedang berbicara dengan seseorang di telpon dan memberikan isyarat pada Maya untuk datang ke arahnya. Tanpa Bara minta pun, Maya sudah berjalan menghampiri Bara di tempat duduknya.     

Sementara Bara masih menelpon, Maya duduk bersandar pada meja kerja Bara dan memandangi Bara yang terlihat sedang serius membicarakan sesuatu. Tidak lama kemudian, Bara selesai berbicara di telpon dan segera menyapa Maya dengan berdiri dan mengecup pipinya.     

"Makan sekarang?" tanya Bara.     

"Whenever you ready," jawab Maya.     

Bara kemudian menyambar jasnya dan kembali mengenakannya.     

"Kaki lu udah ngga apa-apa? Katanya kemarin abis kena pecahan kaca?" tanya Maya.     

"Udah ngga apa-apa, kok," sahut Bara.     

Ia lalu menggandeng tangan Maya dan berjalan meninggalkan ruang kerjanya.     

"Kita mau makan apa?" tanya Bara sembari berjalan meninggalkan ruang kerjanya.     

Maya berpikir sejenak lalu mengangkat bahunya. "Ngga tahu, niat gue bukan mau makan siang. Tapi mau ketemu sama lu."     

"Kalo gitu, gue yang pilih restorannya," sahut Bara     

"Yep," timpal Maya singkat.     

Bara menatap Maya yang berjalan di sebelahnya, lalu tertawa pelan.     

Maya yang menyadari Bara tertawa pelan, melirik padanya. "Kenapa? Ada yang aneh?"     

Bara segera menggeleng.     

"Terus kenapa tadi ketawa begitu?"     

"Ngga ada apa-apa, sumpah," sahut Bara.     

Maya masih menatap Bara tidak percaya.     

Bara tertawa melihat Maya yang sudah mulai terlihat sedikit merajuk. "Udah, nanti gue kasih tau." Bara kemudian menarik Maya agar berjalan semakin dekat padanya.     

"Stay close to me," bisik Bara yang berhasil membuat Maya tersipu.     

Maya lalu melepaskan tangan Bara dan beralih mengalungkan tangannya pada lengan Bara. "Kalau begini, jadi lebih dekat, kan?"     

Bara tersenyum sambil menepuk-nepuk lengan Maya yang dikalungkan pada lengannya.     

Mereka berjalan melewati ruangan yang ada di kantor pusat MG Group seolah sedang berjalan diatas runway peragaan busana. Banyak mata yang mengawasi mereka dan membicarakan mereka. Keduanya sudah memberikan asupan bahan pembicaraan yang bisa dibahas pada saat orang-orang itu menikmati makan siangnya.     

Pada saat melewati ruang kerja Raya, Maya tanpa sengaja melihat Raya yang kebetulan juga sedang melihat ke arah mereka. Ia melambai pelan pada Raya sambil tersenyum. Raya membalas lambaian tangan Maya sembari tersenyum padanya.     

----     

Bara akhirnya memutuskan untuk makan di restoran steik kesukaannya yang ada di dalam gedung MG Group. Pada saat mereka memasuki restoran tersebut, Bara sekilas melihat wanita yang mirip dengan foto yang dikirimkan Reno pada Ben. Wanita itu sedang duduk sendiri, seolah sedang menunggu seseorang.     

"Liatin siapa?" tanya Maya sambil menggoyang lengan Bara.     

"Cewek yang disitu," jawab Bara.     

Maya mengikuti arah tatapan mata Bara. "Ya, harus diakui selera cewek lu memang bagus."     

Bara serta merta menoleh pada Maya. Ia tertawa pelan melihat wajah Maya yang kini terlihat sedikit kesal. "Yang bagus banyak, tapi yang langka seperti ini cuma satu."     

Maya menoleh pada Bara. "Dasar. Sejak kapan, sih, lu jadi sering ngegombal begitu." Pipinya bersemu merah.     

"Gue ngga gombal, kok. Emang kenyataannya begitu."     

Maya memonyongkan bibirnya pada Bara.     

"Jangan mancing gue disini," goda Bara.     

Mendengar ucapan Bara, Maya serta merta menjulurkan lidahnya lalu tersenyum jahil. Bara balas tersenyum padanya. Mereka akhirnya tiba di sebuah meja kosong yang ada di sudut ruangan. Bara segera menggeser tempat duduk untuk Maya.     

"Thank you," ujar Maya sambil duduk di kursi yang digeserkan Bara untuknya.     

Setelah Maya duduk, Bara lalu mengambil tempat duduk yang ada di hadapan Maya. Beberapa saat kemudian Pegawai restoran datang dengan membawakan buku menu untuk mereka berdua. Setelah keduanya memesan makanan, Pegawai restoran itu kembali meninggalkan keduanya.     

----     

Raya membaca pesan yang dikirimkan Bara padanya. Ia yang kebetulan memang sedang dalam perjalanan untuk mencari makan siang, akhirnya memutuskan untuk mengubah tujuannya.     

"Loh, Ray, katanya kita mau makan di kantin bawah," protes Axel karena Raya tiba-tiba mengubah tujuannya.     

"Mendadak gue mau makan steik," sahut Raya. "Gue traktir, deh."     

"Mendadak banget. Steik disini, kan, mahal."     

"Ngga apa-apa. Lagian, kan, gue baru dapat uang kiriman dari lu. Anggap aja ini untuk merayakan kerjasama kita yang pertaman." Raya memainkan alisnya untuk mencoba membujuk Axel.     

Axel kemudian menatap Raya. "Tapi, gue boleh bebas pilih menu apa aja, ya."     

Raya menganggukkan kepalanya. "Iya, lu bebas mau makan apa aja. Mau makan steik yang 500 Gr juga ngga apa-apa."     

"Oke, kalo gitu." Axel akhirnya menuruti kemauan Raya untuk makan di restoran steik yang ada di dalam gedung MG Group.     

Raya tersenyum ceria melihat Axel yang akhirnya menyetujui ajakannya. Mereka akhirnya berjalan menuju restoran steik tersebut.     

----     

"Eh, Bar. Itu Raya, kan. Gue panggil, ah," ujar Maya seraya mengangkat tangannya untuk memanggil Raya.     

Bara seketika langsung menurunkan tangan Maya. "Jangan."     

"Loh, kenapa? Sekalian aja biar gabung disini," sahut Maya.     

Bara menggeleng. "Dia lagi ada misi rahasia."     

Maya langsung mengernyitkan dahinya. "Misi rahasia?"     

Bara segera mengangguk. "Lu lihat cowok yang datang sama Raya?"     

Maya mengangguk lalu mengarahkan perhatiannya pada pria yang datang bersama Raya.     

"Lu juga perhatiin, cewek yang tadi gue lihat pas kita masuk."     

Maya kembali mengikuti perkataan Bara dan melirik pada wanita yang sedang duduk seorang diri. "Apa hubungannya?"     

Bara tersenyum antusias pada Maya. "Both of them is Hanggono's grandchildren."     

Maya menatap Bara tidak percaya. "Really?"     

Bara menghela napasnya. "Setidaknya itu menurut informasi yang gue dapat dari Ben."     

Maya kembali menatap pria yang datang bersama dengan Raya dan wanita yang tadi dilihat Bara secara bergantian. "Kalau mereka saudara, kenapa yang cowok keliatan ngga seneng begitu. Lihat, tuh, cewek yang tadi lu liatin datengin mereka berdua. Yang cowok keliatan kesel begitu mukanya."     

"Nah, itu. Yang masih jadi pertanyaan gue. Ada apa sampai si Axel keliatan kesel banget. Btw menurut info mereka itu Kakak Adik."     

"Itu makin aneh lagi," sahut Maya.     

----     

"Hi, boleh gabung?" sapa seorang wanita yang tiba-tiba mendatangi meja tempat Raya dan Axel duduk.     

Raya masih mengingat wajah wanita tersebut. Dia adalah wanita yang kemarin mencari Axel di kantor.     

"Oh, boleh. Silahkan," sahut Raya ramah.     

"Masih banyak meja yang lain kali," timpal Axel ketus.     

"Kebetulan banget bisa ketemu disini, saya kakaknya Axel. Kinar." Wanita yang bergabung di meja mereka memperkenalkan dirinya pada Raya.     

Mulut Raya tanpa sadar melongo begitu, wanita itu memperkenalkan dirinya. Raya kemudian menyambut jabat tangannya. "Saya Raya, teman sekantornya Axel."     

Axel mendengus kesal melihat kakak perempuannya yang akhirnya memperkenalkan diri pada Raya.     

"Kok, lu, ngga cerita kalau yang kemarin datang ke kantor itu kakak lu?" tanya Raya sambil menyikut lengan Axel.     

Axel melirik kesal pada Raya. Ia kemudian bangkit berdiri. "Gue makan di kantin aja."     

Raya dengan cepat menarik lengan Axel untuk kembali duduk. "Kenapa lu jadi kesel begitu? Bukannya bagus, bisa makan bareng sama Kakak lu disini."     

Axel berdecak pelan. "Nafsu makan gue udah hilang."     

"Nanti juga nafsu makan lu balik, kalo udah liat steik," goda Raya.     

Raya dengan cepat memanggil Pegawai restoran untuk memesan makanan agar Axel tidak pergi kemanapun.     

****     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.