Takdir Cinta Tuan Muda dan Seorang Janda

Suamimu ini tidak akan merasa cukup, bila hanya melakukanya sekali denganmu



Suamimu ini tidak akan merasa cukup, bila hanya melakukanya sekali denganmu

0  Tania tersenyum mendengar sindiran suaminya tersebut, "Kalau tidak salah, harusnya ya... aku memang masih berstatus istrimu saat ini, bukan begitu Tuan Park?" Seru Tania seraya menatap Hyeon Sik yang terlihat frustasi saat itu, "Lagipula, untuk apa kau bertanya seperti padaku?"     
0

  Hyeon Sik rasanya ingin menjedotkan kepalanya di dinding mendengar pertanyaan Tania barusan, "Untuk apa katamu???" kembali Hyeon Sik membuang napas kasar entah untuk keberapa kalinya dalam pembicaraanya dengan Tania kali ini,     

  "Oh Astaga Tania Andarini..., mana ada istri yang tidak marah ketika suaminya berkata ia baru saja disentuh oleh wanita lain," kali ini Hyeon Sik menyugar rambutnya dengan kasar, "Aku jadi berpikir, apakah sebenarnya kau tidak mencintaiku, hingga kau bersikap biasa saja seperti saat ini," serunya sambil memandang tajam Tania,     

  "Kata siapa aku tidak marah?" Lirih Tania dengan lembut, Tania pun memandang cekalan tangan Hyeon Sik yang mulai terasa semakin erat ditanganya, dan Hyeon Sik pun yang menyadari hal tersebut langsung melepaskan cekalan tangannya, karna tanpa sengaja lelaki itu sudah menyakiti Tania,     

  "Mana ada orang yang marah masih berkata lembut seperti ini?" jawab Hyeon Sik pada istrinya,     

  Tania pun kembali tersenyum melihat wajah Hyeon Sik yang tampak menggemaskan, saat sedang menahan amarahnya, jujur selama setahun menikah dengan Hyeon Sik, Tania dapat merasakan perubahan sikap Hyeon Sik yang sudah tidak meledak-ledak seperti saat mereka pacaran dulu,     

  "Apakah aku harus berteriak histeris jika marah? atau... apa aku harus memukul kepalamu dengan stick golfmu itu? agar kau tahu bahwa aku benar-benar marah?walaupun kuyakin nenekmu pasti sudah berada di Seoul besok, jika aku benar-benar memukul kepala cucu kesayangannya dengan benda itu," ucap Tania yang masih sempat berkelakar pada suaminya,     

  Tania pun meletakan Jas dan kemeja Hyeon Sik diatas nakas yang berada didekat ranjang mereka, wanita mungil itu kemudian membingkai wajah suaminya, walaupun ia agak kesulitan karna harus menjangkau wajah tampan suaminya yang jangkung itu,     

  "Aku tentu saja marah jika ada wanita lain yang berani menyentuh tubuh suamiku, selain diriku" lirihnya dengan lembut seraya menatap Hyeon Sik dengan nanar, "Tapi ketika kau berkata jujur padaku, saat itu aku tahu, bahwa suamiku yang tampan ini masih menghargaiku, dan tentunya juga mencintaiku, padahal bisa saja kau menyembunyikannya dariku, seperti yang dilakukan oleh mantan suamiku dulu, itulah alasannya aku tidak sedikitpun terkejut saat kau berkata jujur padaku tentang wanita itu,"     

  "Kau ingat bukan janjiku dulu di awal pernikahan kita, untuk menghormatimu? itulah yang sedang kulakukan saat ini, prinsipku tetap sama, yaitu dengan memberi kebebasan untukmu, kenapa? sejatinya...walaupun kita sudah berumah tangga, kita tetaplah membutuhkan sebuah privasi tentunya, dengan catatan selama kau masih tahu batasannya, kuncinya hanya satu yaitu saling percaya, karna itulah modal utamaku menjalin hubungan denganmu dari saat kita pacaran dulu hingga kini kita telah berumah tangga,"     

  Tania sengaja memberikan penekanan pada setiap kata-katanya, agar Hyeon Sik tahu, walaupun semuanya itu diucapkan Tania dengan lembut, namun semua ucapan istrinya itu tentu tidaklah main-main.     

  "Jadi setelah penjelasanku tadi, apakah masih pantas aku marah ataupun cemburu pada suamiku? walaupun jujur aku tidak terima wanita itu menyentuh tubuhmu seenaknya, tapi semakin bertambahnya usia, aku pun semakin sadar, berdamai dengan diri sendiri perlu dipelajari benar caranya bagaimana?"     

  "Berbekal pengalaman kecewa yang bukan hanya sekali, sekarang aku pun makin bisa untuk berkata, 'ya sudah mau bagaimana lagi', juga berbekal doa yang tidak selalu langsung mendapat jawabanya, jadi sekarang pun aku jadi bisa untuk menerima, 'ya sudah, mungkin memang belum rezekinya."     

  Tania pun kemudian mengelus lembut pipi putih suaminya, "Aku hanya belajar untuk menghadapi dan menerima, karena semua keinginan tidak harus dimiliki dalam waktu yang bersamaan, semesta bukan jahat, tapi kitalah yang harus lebih kuat, semesta juga bukan pilih kasih, tapi kitalah yang harus lebih banyak mengerti."     

  Hyeon Sik pun melapisi tangan mungil Tania yang masih membingkai wajahnya, "Aku benar-benar malu padamu sayang" ucap Hyeon Sik kemudian mengambil tangan kanan Tania yang kemudian ia kecup,     

  "Aku masih terlalu kekanak-kanakan, hingga harus marah tak jelas seperti ini padamu, hanya karna kau yang merasa tidak cemburu sama sekali saat aku berkata ada wanita lain yang sengaja menyentuhku, maafkan aku" Hyeon Sik pun mendekap erat Tania setelah itu,     

  "Tapi sungguh aku begitu penasaran, bagaimana wajahmu nanti ketika marah karna cemburu padaku setelah kita menikah, kalau aku ingat-ingat terakhir kau cemburu padaku, saat kita pacaran dulu, yaitu pada saat aku mengajakmu ke kanal, dan saat kau tahu jika Song Min Ah yang masuk menjadi anggota direksi Art Group saat itu" seru Hyeon Sik sambil menaik turunkan kedua alisnya, setelah melepas dekapannya pada Tania,     

  "Cobalah jika kau penasaran," Kali ini Tania menatap tajam Hyeon Sik, "Akan kupastikan stick golf itu benar-benar akan melubangi kepalamu hingga bocor, akupun tak peduli jika nanti nenekmu melaporkanku kepengadilan karna melakukan KDRT pada cucunya"     

  "Wah-wah jadi ini bayangan murkanya Nyonya Park ketika sedang cemburu?" Goda Hyeon Sik pada Tania, kemudian tawa tercetus dari bibir pria itu, yang membuat Tania memberengut hingga tampak menggemaskan dimata Hyeon Sik,     

  "Mandilah ini sudah sangat larut, aku akan menyiapkan airnya untukmu," Tania pun kembali mengambil pakaian Hyeon Sik yang diletakannya diatas nakas dan berjalan menuju keranjang pakaian kotor, baru ia melangkah menuju kamar mandi menuju bath up untuk mengisi air mandi sang suami.     

  Namun tak berselang lama lingkaran tangan Hyeon Sik di perutnya membuat Tania berjengkit kaget, di tambah lelaki itu tampak mengendus lehernya, "Temani aku mandi ya?" ucap Hyeon Sik dengan sensual ditelinga Tania, tanpa menghentikan aktivitasnya yang membuat Tania meremang saat itu,     

  "Oh Ayolah Hyeon Sik, aku sudah mandi tadi" Jawab Tania, "Lagipula mandi yang kau maksud itu bukan hanya sekedar mandi saja, kau belum akan berhenti mengeksplor tubuhku sebelum kau puas, bagaimana jika kita melakukanya setelah kau mandi saja?" tawar Tania pada suami yang tingkat mesumnya sangat tinggi itu, untung hanya pada Tania lelaki itu bersikap mesum seperti itu,     

  Hyeon Sik pun menyeringai dan mulai menurukan tali spagetti dipundak Tania, karna memang istrinya itu hanya memakai baju tidur yang berbentuk seperti lingerie, namun cukup sopan jika dikatakan lingerie, "Kau tahu bukan Nyonya Park, jika suamimu ini tidak akan merasa cukup bila hanya melakukanya sekali denganmu,"     

  Lelaki itupun benar-benar membuat Tania polos di kamar mandi, baru setelahnya ia membuka pakaiannya dan membuat dirinya juga tanpa sehelai benangpun, "Kita akan bereksplor banyak gaya disini, baru kemudian kita melanjutkan ronde selanjutnya di ranjang," bisiknya sambil mengecup telinga Tania, yang memang sadar saat ini, bahwa ia sudah tidak bisa menghindar dari suami mesumnya ini, yang sialnya memang tampan dan pesonanya tidak dapat ditolak.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.