Hembusan Hasrat

Akhir Pekan Pengubah Takdir



Akhir Pekan Pengubah Takdir

0  Hari itu adalah Hari Sabtu.... Biasanya akhir pekan adalah hari yang paling aku nanti – nanti kan. Karena pada hari itu biasanya aku akan pergi berkencan dengan cewekku dan kami akan menghabiskan waktu yang bersama dengan penuh cinta dari pagi sampai sore.     
0

  Tapi hari ini berbeda. Aku membatalkan kencanku dengannya akhir pekan ini. Untungnya dia tidak protes. Sejak awal hubungan kami dia memang selalu mengikuti apapun keinginanku. Kadang aku berpikir, ingin membuatnya lebih bahagia lagi. Tapi setiap kali kutanyakan apa maunya, dia hanya tersenyum manis sambil berkata, "Asalkan kita bisa selalu bersama, aku tidak punya keinginan apa – apa lagi."    

  Aku sungguh tak percaya, masih ada gadis cantik sesuci dan sepolos itu di dunia yang kian hari kian membusuk ini. Karena itu lah aku pun rela untuk melakukan segakanya demi melindungi dia dari rasa malu jika skandal ini merebak. Termasuk menyerahkan diriku untuk menjadi mainan lelaki itu.    

  Ya, aku yakin sekali. Mengajak seorang gadis ke rumahnya di akhir pekan. Pikir pakai jempol kakiku pun aku tahu permainan macam apa yang akan kami mainkan. Tapi aku sudah siap untuk menanggung segala resikonya. Semuanya demi melindungi dirinya dan hubungan cinta kita.    

  Maka aku pun berangkat menemuinya di taman kota. Kami janji akan bertemu pada pukul 9 pagi. Sesampainya disana, aku melihat dia sudah menungguku di pojokan taman yang sudah kami janjikan. Hm, padahal aku sudah tiba 5 menit lebih cepat dari jadwal.     

  Ternyata dia cukup disiplin juga. Seandainya saja hatiku ini belum diambil oleh cewekku sekarang dan dia menembakku duluan sebelum aku mendapat seorang pacar, mungkin aku akan mau menerima lamarannya, paling tidak sampai aku mendapatkan seorang gadis sebagai pacarku.     

  Wiradhi itu lumayan ganteng, dan aku pun tidak pernah melihat dia ikut kumpul – kumpul bersama binatang mesum lainnya. Andai aku tidak mendapat surat kaleng darinya, aku mungkin akan tertipu dan mengira kalau dia itu pria baik – baik. Tapi ternyata, dia juga sama saja dengan lelaki lainnya. Tidak. Dia lebih parah lagi dari lelaki lainnya.    

  Anyway, setelah kami bertemu, kami pun berjalan bersama menuju rumahnya. Rumah Wiradhi ternyata tidak jauh dari Taman Kota, hanya 10 menit jalan kaki. Tidak.... Tidak hanya Taman Kota, rumahnya ternyata juga tidak jauh dari rumah kekasih hatiku. Hanya berbeda jalan saja tapi cuma berjarak sekitar 100 meter.    

  Hatiku pun jadi merasa was – was dan curiga. Tapi aku pikir sekarang aku tahu bagaimana cara Wiradhi mendapatkan foto – foto itu. Dia pasti membuntuti kami setelah menguntit kekasih hatiku.     

  Bajingan, sedari awal dia pasti sudah mengincar cewekku. Tapi setelah melihat kalau ternyata pacarnya adalah aku, dia beralih haluan dan memilih diriku sebagai targetnya?     

  Awalnya aku sedikit takut kalau – kalau ternyata pacarku juga ikut diancam olehnya. Tapi setelah kami sampai di rumahnya yang ternyata sepi (seperti yang kuduga, anggota keluarganya pasti pada keluar semuanya). Pacarku pun tidak ada disana.     

  Syukurlah, jika pacarku ternyata juga ikut diancam olehnya, bahkan aku sendiri pun tidak tahu lagi apa yang akan aku lakukan padanya.    

  "Sudah puas liat – liatnya? Mencari sesuatu yang menarik?" Suara Wiradhi membawaku kembali dari alam pikiranku.    

  "Hmph. Sendirian saja kamu di rumah? Keluargamu sedang keluar semua? Pas sekali timing-nya." Aku bertanya padanya sambil mencoba untuk mengalihkan pembicaraan.    

  "Dari awal, aku memang cuma tinggal sendirian saja di rumah ini. Kalau kamu mau, kamu boleh melihat – lihat isi rumah ini kok." Jawab Wiradhi enteng.    

  "Hah!? Kamu cuma tinggal sendirian? Di rumah sebesar ini?" Aku balik bertanya. Rumah Wiradhi lumayan besar, cukup untuk ditinggali 10 orang dengan nyaman. Apa dia tidak buang – buang uang tinggal di rumah sebesar itu sendirian?     

  Sarah dan Wiradhi duduk saling berhadapan di ruang keluarga yang cukup luas, duduk di sofa yang nyaman, Sarah menyilangkan kakinya yang indah dan mulai bertanya pada Wiradhi.    

  "Jadi, Game macam apa yang akan kita mainkan sekarang?"    

  "Oh.... Sabar lah, kita masih punya banyak waktu kok. Kita bisa menikmati waktu kita sepuasnya disini," Kata Wiradhi sambil tersenyum nakal.     

  Sarah menggulirkan matanya sambil menggerutu "Hmph, kalau bisa, aku ingin ini cepat selesai."    

  "Oh, sudah tidak sabar untuk mulai...?" Wiradhi bertanya dengan nada mesum sambil menjilati bibirnya seperti seorang penjahat. Sarah pun langsung merinding melihatnya.    

  "Baiklah...., tanpa basa – basi lagi, mari kita mulai saja Permainannya. Hue huehue hue hue."


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.