Hembusan Hasrat

Titik Balik



Titik Balik

0  "Ho ho, hebat sekali kamu, Sarah. Kelihatannya sekarang kamu sudah mengerti bagaimana cara melayani dan memuaskan laki – laki yah..."    
0

  Wiradhi memuji Sarah sambil memeluk tubuh indah nan lembutnya yang kini sedang meniduri badannya dari atas.    

  Dibelainya rambut sang wanita dengan lembut dan penuh kasih sayang.    

  Belaian yang membuat sang gadis merasa nyaman seakan melayang ke surga kapuk.    

  "Wiradhi...., ayo dong... masukin lagi.... tancap yang dalam...."    

  Dengan tatapan maat yang membara penuh terbakar nafsu, Sarah berbisik lirih di hadapan wajah Wiradhi.    

  Nafasnya yang terengah – engah menggebu – gebu bercampur dengan paras cantiknya yang telah merona merah diwarnai oleh aliran darah penuh hasrat yang mengalir di seluruh pembuluh darahnya itu sungguh sangat menggoda.    

  Tanpa basa – basi lagi, sang lelaki pun mulai memompa penisnya dari bawah menghujam ke atas menembus vagina sang wanita hingga kembali menggedor – gedor pintu rahimnya yang telah penuh terisi lahar putih sang lelaki dan cairan cinta yang dihasilkan oleh dirinya sendiri.    

  Sarah pun kembali menciumi dan mengulum lidah dan mulut sang lelaki sambil mengeluarkan desahan – desahan dan erangan penuh nikmat sembari menggoyangkan pantat dan pinggulnya tanpa henti.    

  "Enaakkk.... enaakkk.... Aaahhhhh..... Akkkkhhh.... aaahhh..... Wiradhi.... ini enak banget...."    

  "Nakal sekali suara eranganmu itu, Sarah." Bisik Wiradhi dengan penuh nakal menggoda sang wanita.    

  "Biarin.... Seks.... Seks ternyata rasanya seenak ini.... Aaahhhhh..... Akkkkhhh.... Penismu itu.... Akkkkhhh.... Rasanya enak banget.... Akkkkhhh.... Sampai – sampai aku rasanya mau.... Akkkkhhh.... Meleleh...!!!"    

  "Bagus, bagus, teruslah begitu, Sarah.... Ekspresi wajahmu itu terlihat sangat bagus sekali...! Benar – benar Menggairahkan...!"    

  ("Akkkkhhh.... Kalau tahu rasanya akan luarrr biasa nikmat seperti begini.... Akkkkhhh.... Lama – lama ini pasti akan jadi kebiasaan.... Akkkkhhh....!!! Aku sudah tidak bisa lagi hidup tanpa penis ini...!!!! Akkkkhhh....")    

  "Wiradhi... Akkkkhhh.... Aku mohon.... Akkkkhhh.... Terus...., terus genjot lah tubuhku ini...! Akkkkhhh...! Mainkan lah sepuas hatimu....!!! Akkkkhhh....!!! Aku suka banget dengan kenikmatan ini.... Akkkkhhh.... Suka... Akkkkhhh.... Suka... Akkkkhhh...! Seks ternyata rasanya enak banget... Akkkkhhh...!!! Aaaaaahhh.!!! Akkkkhhh!!!!"    

  Bersamaan dengan pengakuan cabulnya tersebut, erangan nakal nan mesum yang keluar dari mulut Sarah melengking semakin tinggi hingga berubah menjadi raungan penuh nikmat tatkala dirinya kembali mengalami klimaks bersama – sama dengan lelaki yang sedang ditunggangi olehnya.    

  Tubuh Sarah mendongak ke atas bagaikan pimpinan serigala liar yang melolong di malam bulan purnama.    

  Seluruh tubuhnya panas mengejang, vaginanya yang masih rapat dengan kuat memeras penis Wiradhi yang tertancap di dalamnya dengan sepenuh tenaga, seolah ingin menguras habis isi muatan misil iskandar sang lelaki.    

  Kenikmatan yang sangat besar kembali mengguyur jiwa dan raga kedua insan yang sedang bersatu tubuh tersebut.    

  Wiradhi menatap setiap momen indah ketika Sarah mengalami orgasmenya dengan penuh glamor.    

  Ekspresi wajah sang wanita yang penuh dengan hasrat birahi dan perasaan bahagia, kedua belah dadanya yang besar dan ranum menggoda membusung dengan penuh kebanggaan, memamerkan puncaknya yang bagaikan mutiara merah muda yang bertahta di puncak gunung yang seputih salju, serta selangkangannya yang dengan kuat beradu dengan selangkangan sang lelaki, saling memadu kelamin dengan penuh kenikmatan.    

  Semua itu bercampur baur menjadi satu, menciptakan sebuah pemandangan surgawi yang tidak kalah dengan syurrga tempat 72 bidadari berada.    

  Cukup lama Sarah melolong dengan penuh kenikmatan, sebelum akhirnya tubuhnya yang panas dan basah bersimbah keringat jatuh roboh di atas pelukan sang lelaki.    

  Wiradhi mendekap Sarah di dadanya, membelai rambut di kepalanya hingga turun ke punggung dengan penuh kelembutan.    

  Tubuh indah Sarah tak berhenti bergetar dan berkedut penuh kenikmatan.    

  Namun sang wanita sendiri sudah benar – benar tidak punya tenaga lagi.    

  Peraduan kelamin yang telah mereka berdua lakukan seharian penuh telah menguras seluruh tenaga yang dia miliki hingga habis.    

  Tak ada lagi yang bisa dia lakukan selain merilekskan diri, mengendorkan seluruh otot – otot yang masing bergetar dan menegang di sekujur tubuhnya.    

  Dengan menyerahkan sepenuh hati tubuh dan jiwa nya dalam dekapan dan belaian lembut sang lelaki, sang wanita pun perlahan menutup matanya sambil menikmati setiap tetes – tetes kenikmatan yang tersisa.    

  Vaginanya yang kencang dengan perlahan mengendor dan melepaskan cengkramannya terhadap tongkat pusaka yang tadi digenggamnya kuat – kuat.    

  Namun meski vaginanya telah mengendor, seluruh otot – otot yang berada di sepanjang dinding vaginanya tetap konsisten berkedut – kedut dengan penuh nikmat memijiti setiap bagian dari organ sang lelaki yang telah mengacak – acak seisi rahim dan liang cinta sang wanita dan memberi dirinya kenikmatan yang begitu luarr biasa.    

  Tak lama berselang dengan mengendornya vagina Sarah, bagaikan keran yang katupnya telah bocor, maka menyeruak lah keluar seluruh cairan yang sedari tadi telah memenuhi seisi rahim dan vaginanya hingga ke ujung.    

  Madu putih Wiradhi dan nektar cinta Sarah yang telah bercampur menjadi satu pun merembes keluar membanjir, berserakan dan berceceran di matras dan lantai, serta membuat becek selangkangan mereka berdua yang masih saling menempel satu sama lain....    

  ....    

  Entah berapa lama kedua insan yang masih saling berpelukan tersebut menikmati pancaran dan vibrasi kenikmatan seksual yang sedang mereka alami....    

  ....    

  Ketika Sarah membuka matanya kembali, kesadarannya pun telah pulih dan sepenuhnya kembali.    

  Ketika dirinya mendongakkan kepalanya ke atas, kedua matanya yang indah bagaikan permata tersebut saling bertemu dengan tatapan mata Wiradhi yang terasa panas seolah ingin memanggang sang wanita kembali dalam kobaran api hasrat.    

  Wajah Sarah sontak memerah dan kepalanya dengan segera tertunduk penuh malu untuk menghindari tatapan Wiradhi yang begitu membara.    

  Kedua tangannya yang mengepal dihimpit oleh dada mereka berdua yang masih saling menempel gemetar tatkala sang wanita mengingat hal – hal memalukan apa saja yang telah dilakukan oleh dirinya dengan sang lelaki.    

  Wiradhi terus membelai rambut Sarah yang tergerai dari kepala sampai ke punggungnya dengan penuh kelembutan.    

  Perpaduan warna kontras antara rambut Sarah yang hitam berkilau bagaikan benang – benang obsidian dengan kulitnya yang putih dan mulus bagaikan salju itu bagaikan sebuah lukisan tinta yang menggambarkan sungai yang mengalir di pegunungan bersalju.    

  Sungguh sebuah pemandangan indah yang tak terlukiskan oleh kata – kata.    

  Sarah perlahan kembali rileks terbuai oleh belaian lembut sang lelaki.    

  Tubuh bugilnya yang kini berada dalam pelukan hangat sang lelaki telah berhenti bergetar dan berkedut - kedut.    

  Bahkan tangannya yang tadinya mengepal pun kini telah terbuka dan menapaki dada Wiradhi, menyandarkan tubuh telanjang sang wanita dalam dekapan sang lelaki.    

  Sarah memutuskan untuk menerima saja semua yang telah terjadi hingga saat ini.    

  Toh juga dirinya sekarang yakin, mulai dari saat ini, dirinya tidak akan bisa lagi melewatkan hari – harinya tanpa kenikmatan seksual yang telah diberikan oleh sang lelaki.    

  Dirinya telah menjadi begitu ketagihan akan seks setelah sekujur tubuhnya masih perawan beberapa jam yang lalu dimainkan oleh sang lelaki dengan penuh nafsu selama seharian penuh.    

  Menerima semua kenyataan tersebut, Amelia Sarah merasakan perasaan lega yang luar biasa seolah dirinya baru saja melepaskan sebuah beban yang sangat berat.    

  Bahkan Sarah merasakan sebuah perasaan bahagia yang begitu misterius, seolah dirinya telah membuka sebuah pintu takdir menuju lembaran hidup yang baru.    

  Ya.... Mulai dari sekarang, hidupnya tidak akan pernah sama lagi....    

  Namun sekali lagi, seolah ingin mempermainkan dirinya dan kenyataan yang telah dia terima, sebelum Sarah sempat mengutarakan sepatah kata pun mengenai isi hati dan perasaannya, Wiradhi lah yang mengucapkan sepatah kata yang akan benar – benar mengubah hidup dan cara pandang Sarah terhadap dunia mulai dari saat ini hingga ke depannya nanti.....


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.