Hembusan Hasrat

Pesugihan 3



Pesugihan 3

0  Untunglah Asmadhi pun mengamati hal itu.     

  Suatu hari ia memberikan wanita itu ramuan untuk meningkatkan daya tahan dan nafsu seksualnya supaya ia bisa mengimbangi pasangan barunya itu…    

  "Minumlah…" kata Asmadhi pada Maya.    

  "Apa ini, Tuan…?" tanya Maya sambil melihat minuman berwarna kecoklatan yang disodorkan padanya.    

  "Jamu ramuanku… untuk menambah daya tahan tubuhmu dan meningkatkan birahimu…" kata Asmadhi tersenyum.    

  "Aku lihat kau agak kewalahan melayani si Wanara…" lanjutnya.    

  Maya tersipu malu. Mukanya yang putih bersemu kemerahan seperti udang rebus.     

  Ia baru sadar bahwa Asmadhi mengamati setiap aktifitasnya bersama kera itu.     

  Memang benar apa yang dikatakan oleh majikannya itu.    

  "Minumlah, tak usah ragu… Setelah kau rutin minum ramuan ini… bahkan nanti kau lah yang akan minta jatah kepada keraku itu…" jelas Asmadhi.    

  "Sekarang ini kan dialah yang selalu mendatangimu untuk minta bersetubuh… Nanti bisa terbalik…" kata iblis tua itu sambil terkekeh mesum.    

  Dalam hati Maya agak sangsi dengan kata-kata Asmadhi.     

  Benarkah bisa seperti itu?     

  Sekarang saja rasanya ia sudah sangat kewalahan melayani nafsu seks kera jantan itu.     

  Alat kelaminnya pun rasanya hampir-hampir lecet karena terus-menerus digunakan sepanjang hari…    

  "Kita lihat saja nanti kalau kau tak percaya," lanjut Asmadhi.    

  "Kalau alat kelaminmu yang terasa lecet, itu masalah biasa… karena kau selama ini tak menggunakannya secara maksimum," jelas Asmadhi seolah bisa membaca pikiran Maya.    

  "Seperti kau berolah raga, kau harus membiasakannya sedikit demi sedikit… Kemampuan tubuhmu akan beradaptasi sendiri nantinya…"    

  "Memang aku tahu, selama ini suamimu jarang memanfaatkanmu semaksimal mungkin…" goda Asmadhi.    

  Maya pun kembali tersipu malu.     

  Ia akhirnya bisa menerima penjelasan Asmadhi.     

  Lagipula apa salahnya ia mencoba ramuan itu.     

  Jika benar apa yang dikatakan iblis tua itu, bukankah manfaatnya juga bagi dirinya sendiri.     

  Karena itu ia pun memutuskan meminumnya tanpa banyak pikir lagi.    

  Rasanya bercampur antara pahit dan pedas.     

  Terasa hangat di tenggorokan seperti arak.    

  "Minumlah ramuan itu tiap hari. Cukup sekali saja sehari. Nanti kutunjukkan tempat penyimpanannya," kata Asmadhi setelah wanita itu menghabiskan isi gelasnya.    

  Maya hanya mengangguk sambil tersenyum berterima kasih.    

  Baru saja Maya meletakkan kembali gelasnya di atas meja, tiba-tiba terdengar bunyi pintu dibuka dengan keras.     

  Ternyata Wanara telah berdiri di muka pintu dengan wajah yang beringas menahan nafsu…     

  Maya tersenyum melihat kekasih barunya itu…     

  Ia tahu kalau kera itu bermaksud meminta jatah padanya.    

  "Maaf, Tuan Asmadhi… Saya permisi dulu," katanya meminta izin pada iblis tua itu sambil tersenyum geli melihat raut wajah kera itu yang tampaknya sudah tak kuat lagi membendung nafsunya….    

  "Waah, panjang umur… baru saja kau minum ramuanku, ternyata sekarang kau bisa praktekkan langsung… Baiklah, selamat bersenang-senang…." jawab Asmadhi yang penuh pengertian.    

  Wanara bergegas melompat mendekati gendaknya. Tangannya yang panjang kekar dan berbulu menggapai ke atas menyentuh punggung Maya yang telanjang lalu mendorongnya.    

  Maya yang sudah mengerti segera mengubah posisinya dari berdiri jadi menyentuh lantai dengan kedua lutut dan tangannya sambil membelakangi kera itu.    

  Wanita itu mengambil posisi untuk disebadani oleh Wanara dari belakang, sebagaimana layaknya sepasang hewan yang akan kawin.    

  Maya memang selalu siap untuk disetubuhi setiap saat karena selama tinggal di kediaman Asmadhi, ia tak pernah mengenakan pakaian sehelai pun, alias senantiasa bugil…    

  Satu-satunya aksesori yang menempel di tubuhnya adalah seuntai kalung yang mirip kalung anjing.    

  Itu dikenakannya sebagai penanda bahwa ia adalah piaraan Asmadhi.    

  Wanara pun mengenakan kalung yang sama pula.    

  Maya tersenyum nikmat ketika merasakan penis kekasihnya yang besar dan keras memasuki dirinya…    

  Inilah yang memang ditunggu-tunggunya…    

  Terasa begitu panas dan kasar…    

  Maya mendesis merasakan kekasihnya menyentuh dan memasuki dirinya…    

  Maya merasakan rambutnya yang panjang terurai itu ditarik Wanara ke belakang…    

  Ia pun memasrahkan sepenuhnya tubuhnya kepada kera jantan yang sedang birahi itu…    

  Sementara tangannya memegangi rambut Maya, pinggul Wanara mulai bergerak maju mundur menggesekkan penisnya di dalam alat kelamin wanita itu…    

  Maya pun sesekali tertahan nafasnya.    

  Matanya merem melek sambil mendesis-desis merasakan kenikmatan itu…    

  Beberapa waktu kemudian, Wanara meningkatkan genjotannya pada tubuh wanita itu.    

1

  Demikian kuatnya hingga tubuh putih mulus itu terhempas-hempas…    

  Kedua tangan Wanara yang kekar lalu memegangi pinggang Maya supaya tak terlepas.    

  Maya pun tak kuat untuk tak mengeluarkan suara-suara erangan dan jeritan nikmat sebagai reaksi genjotan itu…    

  Vagina Maya terasa makin panas… Runtutan orgasme pun tak terelakkan lagi…    

  Sementara kedua tangannya mencengkeram lantai, jeritan-jeritan nikmat pun terlontar dari mulutnya…    

  Asmadhi hanya tersenyum mengamati tingkah polah kedua makhluk yang berbeda spesies dan berbeda kelamin itu.    

  Lalu ditinggalkannya sepasang kekasih yang sedang kawin di ruang tamu itu…


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.