A Song of the Angels' Souls

47. Saudari



47. Saudari

0Begitu mereka sampai di tempat lain, yakni sebuah tanah kosong yang minim rumput liar, Lyra kembali menarik kerah baju Lois.     
0

Rava menelan ludah. "Errr .... Kita udah berhasil kabur, jadi ...."     

Ucapan Rava terpotong oleh Lyra yang kini menyeret Lois untuk menjauh dari yang lain. Lois tak berontak dan cuma memegangi tangan saudari angkatnya itu.     

"Menyedihkan!" hardik Lyra, membanting Lois ke tanah, kemudian menghunuskan pedangnya kepada saudari angkatnya itu. "Lawan aku sekarang!"     

Melihat Lois yang hanya meringkuk di tanah, Lyra menyerang tanpa pikir panjang. Lois pun berteriak begitu punggungnya terkena sabetan pedang Lyra.     

"Guru kita akan menangis melihat kamu yang sekarang, Lois!" bentak Lyra lagi.     

"Cukup!" Kacia menghadang Lyra dan menghunuskan busurnya. "Tidak ada gunanya bertarung sekarang."     

Mengangkat dagunya sedikit, Lyra memandang tajam bidadari bertubuh mungil itu. "Jangan ikut campur, atau kamu mau kutebas juga, hah!?"     

"Sudah, biarkan saja, Kacia!" seru Marcel kencang. "Terkadang, ada hal yang nggak bisa diselesaikan dengan bicara!"     

Kacia menoleh kepada Marcel dengan tatapan tak percaya. Kemudian, dia didorong Lyra sampai jatuh terjengkang.     

Lois bangkit. Tangannya mengeluarkan cahaya redup kemerahan yang berkelap-kelip. Namun, cahaya itu tak kunjung berubah menjadi senjata. Air mata Lois pun kembali mengalir. "Aah .... Aah .... Aah ...."     

Bug!     

Lois tak menyadari datangnya tendangan berputar dari Lyra. Lagi-lagi Lois terhempas ke tanah. Alih-alih kembali berdiri. Ia malah merayap kabur. Tanpa ampun, Lyra menginjak kepala bidadari berbaju merah itu.     

Kacia menutup mulutnya, hendak menghampiri Lyra kembali. Namun, Rava menahan pundaknya.     

"A-aku nggak sepenuhnya mengerti," ucap pemuda itu lirih. "Tapi, Lyra kan nggak mungkin ngebunuh Lois. Mereka juga sudah lama jadi saudara .... Mungkin ini cara Lyra .... Lebih baik kita jangan ikut campur."     

Lyra tertawa sinis saat menemukan basah di bagian bawah busana Lois. "Anda ngompol, Nona Lois? Anda ini putri bangsawan, loh! Putri bangsawan masa ngompol!? Mau saya bawakan popok? Mau saya pakaikan juga popoknya?"     

Rava sedikit terkejut. Ia tak menduga kalau Lyra bisa tertawa seperti itu.     

Gigi Lois bergemeretak. "Jangan panggil aku Nona ...."     

"Huh? Kan, memang begitu sifat seorang nona bangsawan, bisanya cuma meringkuk ketakutan saat ada sesuatu yang tidak menyenangkan? Nona bangsawan itu tidak suka pertempuran. Dia lebih suka dimanja dan dilayani saja." Lyra semakin menekan injakannya ke kepala Lois. Lois pun makin tak berdaya, cuma bisa menganga kesakitan. "Baju tempur ini, rapier yang biasa Anda gunakan, semuanya tidak ada artinya bagi Anda. Anda sudah tidak perlu bertarung lagi. Anda tidak perlu bertemu musuh menakutkan yang bisa bikin ngompol. Anda malu kan ketahuan ngompol? Tenang saja, urusan bertarung serahkan saja kepada saya dan bidadari lain."     

"Arggggghhhh!"     

"Anda tidak suka dengan omongan saya?" cela Lyra dengan nada dingin. "Kalau memang begitu, lawan saya, Nona Eloisia. Ah, mana mungkin Nona bangsawan seperti Anda mau melawan saya? Nanti baju Anda kotor, tubuh Anda terluka, dan siapa tahu nanti Anda malah ngompol lagi. Lebih baik Anda menghadiri jamuan minum teh saja. Itu lebih menyenangkan, bukan?"     

"Arggggghhhh!"     

Lyra akhirnya mengangkat kakinya. Lois pun bangkit dan menyeriang nyalang kepada saudarinya itu.     

"Hoooo .... Bukannya raut bar-bar seperti itu tidak pantas ditunjukkan oleh nona bangsawan anggun seperti Anda?" Lyra membuang pedangnya, kemudian merentangkan kedua tangan. "Kalau tidak suka dengan saya, serang saya saja, Nona Eloisia. Keluarkan pedang rapier kebanggaan Anda .... Ah, tapi saya sangsi pedang itu sudi digunakan oleh anak perempuan yang masih suka ngompol."     

"B*ngs***ttttt!!!" Tak kunjung bisa mengaktifkan pedangnya, Lois memilih untuk melancarkan tinjunya. Namun, Lyra berhasil menghindar dan balas memukul. Lois terhuyung ke belakang akibat terkena bogem mentah Lyra. Namun, setelah itu Lois berhasil menendang kaki Lyra. Lyra pun langsung hilang keseimbangan.     

Jual beli pukulan dan tendangan pun terus terjadi. Keduanya sama-sama tak mau mengalah. Jumlah serangan yang berhasil dimasukkan keduanya pun seimbang.     

"Mana pedang Anda, Nona!?" hardik Lyra.     

"Jangan panggil aku Nona!" Lois memeluk tubuh saudarinya itu, kemudian membantingnya kuat-kuat. "Aku bukan nona bangsawan yang manja lagi!!!"     

Akhirnya, rapier itu pun terbentuk di tangan Lois, langsung terhunus kepada Lyra yang kini terbaring di tanah. Lois pun memandangi lawannya itu dengan napas terengah-engah.     

Dengan ekspresinya yang tentu tidak berubah, Lyra menutup hidungnya. "Masih bau pesing."     

Suasana hening. Marcel melipat tangan di dada, Rava melongo, dan Kacia meringis kaku.     

Rona merah yang begitu kentara pun menghiasi wajah sang putri bangsawan. Tubuhnya mulai gemetaran, tetapi terlihat bukan karena ketakutan, melainkan karena amarah, terbukti dengan pembuluh lehernya yang mulai menonjol.     

"Heaaaa!!!" Lois menusukkan rapier-nya, tetapi Lyra berhasil menghindar.     

Lois menghentak-hentakkan sebelah kakinya, kemudian bersedekap dengan mulut mengembung. Sekarang, Marcel, Rava dan Kacia sama-sama melongo, memperhatikan kelakukan Lois yang bak anak kecil tak dibelikan mainan.     

"Kamu itu rivalku, Lois. Aku sedih melihat rivalku jadi memalukan seperti ini," gumam Lyra, membelakangi saudaranya itu.     

Lois sedikit memutar tubuhnya, ikut-ikutan memunggungi Lyra. Sang putri bangsawan pun menyeka air matanya, kemudian berbicara dengan suara parau, "Tapi, tidak harus seperti tadi juga untuk menyadarkanku. Kamu jahat sekali."     

Marcel menghela napas lega. "Syukurlah, kamu sudah kembali seperti semula."     

"Begitukah rasanya mempunyai saudara perempuan?" celetuk Kacia, secara bergantian memperhatikan Lois dan Lyra yang masih saling membelakangi, kemudian menoleh kepada Rava, yang langsung menggeleng kaku.     

"Kayaknya, saudara perempuan normal nggak bakal begitu, deh," timpal pemuda itu. "Persaudaraan normal nggak ada yang sampai nginjek kepala."     

Kacia meringis kembali. "Iya, sih."     

"Maafkan aku, Marcel ..." Lois menengok kepada Kacia dan Rava. "Aku juga minta maaf kepada kalian. Gara-gara aku, semuanya jadi berantakan."     

"Terimakasih, Lyra." Marcel mendekati Lyra. "Ini semua karena kamu."     

Lyra menghela napas. "Tapi tetap saja, kita tidak bisa mengubah fakta. Rencana kita gagal. Ini semua gara-gara seorang nona ...."     

"Aku kan sudah mengaku salah!" potong Lois sengit, dengan nada tinggi seperti anak kecil. "Tidak usah diungkit lagi, deh!"     

Marcel melirik kepada sosok Piv yang entah sejak kapan berdiri hanya beberapa senti di sampingnya. "Apakah akan sulit mengatur pertemuan kami dengan Zita lagi?"     

"Sepertinya begitu. Kalian tidak memanfaatkan kesempatan ini dengan baik. Aku akan berbicara kepada pihak atas, tetapi kusarankan jangan terlalu banyak berharap," jawab Piv.     

"Jadi, tidak ada gunanya lagi di sini." Lyra berjalan mendekati tuannya. "Aku juga sudah tidak tahan dengan bau pesing."     

Lois menggeram seperti kucing akan bertarung. "Sudah kubilang, jangan dibahas lagi ...."     

"Kita langsung pulang saja," potong Lyra cepat. "Barangkali, Zita masih di tempat tadi. Tapi, walaupun Lois sudah bisa mengeluarkan pedangnya, dia belum tentu bisa bertemu Zita lagi. Kalau dia cuma bengong dan ngompol lagi, kita juga yang repot."     

Lois sudah membuka mulut, hendak membantah, tetapi dia mengurungkan niatnya dan hanya mengembungkan kedua pipinya.     

Lyra pun berjongkok, memasang pose akan menggendong Rava. Namun, detik-detik pun berlalu, dia tak kunjung merasakan tubuh Rava naik ke punggungnya.     

Bidadari itu pun celingukan, akhirnya mendapati Rava sudah naik ke punggung Kacia. Rava dan Kacia pun balas menatap Lyra dengan ekspresi canggung.     

"Errr .... Tadi, kita kan naik mobil .... Terus, sebelum ini aku nggak pernah naik Kacia ...." Rava tercekat saat menyadari rangkaian kalimatnya terdengar aneh.     

"Hahahahahaha!!!" Tawa keras Lois pun pecah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.