Elbara : Melts The Coldest Heart

Mengatakan Kebohongan



Mengatakan Kebohongan

0"Dih dih, Reza kemana?"     
0

Mario menyadari hanya Nusa yang duduk di sofa yang berada di seberangnya. Kini ia sudah rebahan di atas sofa dengan kaki yang di luruskan, rasanya sangat nyaman karena pada akhirnya ia bisa tiduran dengan tenang.     

Sedangkan El? Cowok itu saat ini memanggil asisten rumah tangga supaya bisa membuatkan makanan dan minuman untuk mereka. Mungkin juga sekalian berganti pakaian menjadi yang lebih santai karena mereka hanya berada di rumah.     

Nusa yang mendengar pertanyaan itu menjadikan dirinya mengangkat kedua bahu, pertanda kalau ia sama sekali tidak tau. "Gak tau tuh, kayaknya sih sama Alvira. Soalnya kan tadi ada Alvira, dia tiba-tiba ilang juga." balasnya yang menjawab dengan kemungkinan yang terjadi.     

Mengangguk-anggukkan kepala, mungkin apa yang dikatakan oleh Alvira itu ada benarnya juga. "Oh iya juga ya. Kebiasaan banget berdua-berduaan terus, biarin yang ketiga setan." ucapnya sambil mengubah posisi tiduran di atas sofa menjadi duduk bersandar di kepala sofa.     

Nusa menatap Mario. Entah kenapa rasa penasarannya menyeruak keluar dari tubuh, bahkan kini ia mengernyitkan alis sambil menghela napas dengan perlahan-lahan. Ia teringat dengan perkataan Alvira yang mengatakan kalau El menemui Disty. Lebih dulu ia ingin bertanya kepada Mario karena belum berani bertanya langsung kepada sang kekasih.     

Merasa terlalu di perhatikan seperti itu menjadikan Mario mengerutkan kening, lalu di akhiri dengan mengangkat sebelah alisnya sambil berdehem kecil sehingga kini Nusa tampak sadar ke alam nyata sambil cewek tersebut mengerjap-ngerjapkan kedua bola matanya.     

"Lo ngapain ngeliatin gue? Iya gue tau kalau gue ganteng, jangan segitunya juga kali. Lo suka sama gue? Jangan dulu deh, gue belum siap kalau harus di bantai sama El." ucap Mario dengan sangat percaya diri sambil menyapu jambulnya ke belakang dengan gerakan yang menurutnya sangatlah keren.     

Nusa yang mendengar perkataan Mario pun yang tadinya merasa deg-degan menjadi terkekeh kecil, setelah itu ia menggelengkan kepala dengan perlahan untul memberikan tanda kalau apa yang dikatakan cowok itu tidaklah benar. "Gak kok, emangnya kata siapa kalau aku lagi kagum sama kamu?" balasnya, ia meredakan kekehan.     

Jujur kalau Nusa seperti itu sih malah menjadi membuat Mario lebih was-was daripada sebelumnya. Ia berpikir kalau pasti akan ada yang ingin di tanyakan oleh cewek satu itu yang membuatnya seperti terjebak di dalam situasi yang membingungkan. "Terus apaan?" tanyanya, sekarang ia sih berharap kalau Nusa tidak memberikan pertanyaan yang membuatnya skakmat.     

Nusa bingung, ia takutnya malah Mario marah kepadanya. "Tapi janji dulu jangan marah, ya?" ucapnya lebih dulu karena merasa takut. Ia menekuk senyuman sambil menghembuskan napasnya dengan perlahan.     

Tuh kan, benar sekali firasat Mario. Sudah dapat di pastikan kalau Nusa ingin bertanya sesuatu kepadanya. Namun, sebagai cowok yang baik tentu saja ia langsung menganggukkan kepala karena tentu saja ia bersedia untuk mendengarkan. "Oke, jadinya gimana nih? Lo mau ngomong apa? Soalnya keliatan bimbang banget dah." balasnya sambil menegakkan posisi duduknya karena lebih nyaman seperti itu jika ingin mengobrol serius.     

Karena mendengar Mario yang mengizinkan, menjadikan Nusa kini sudah menenangkan pikiran dan hati untuk bertanya.     

"Tadi Alvira bilang kalau El mau ketemuan sama Disty, juga kamu dan Reza. Kalau boleh tau, kalian ngapain?" Ya, walaupun Alvira telah mengatakan kalau kemungkinan mereka tengah membahas hal mengenai Reza dan Priska, tapi mengapa dirinya tidak boleh ikut untuk menyimak juga?     

Dan ya, ketika pertanyaan Alvira melontar dan sampai di pendengaran Mario, menjadikan dirinya sempat melongo.     

'Aduh, ngapain juga Alvira bilang begitu? Udah tau Nusa penasaran banget orangnya,' gumam Mario di dalam hati. Kalau saja Alvira bukan termasuk orang yang ia sayang, sudah di pastikan setelah pembicaraan dengan Nusa ini, ia akan menegur cewek tersebut. Tapi tunggu dulu, tentu saja ia tidak akan pernah bisa melakukan hal itu.     

Mario menggaruk tengkuknya, merasa bingung ingin menjawab dengan deretan kalimat yang seperti apa.     

Nusa melihat itu, lalu menekuk senyumannya. "Gak mau kasih tau aku, ya?" tanyanya dengan suara yang kini berubah menjadi nada yang rendah daripada sebelumnya.     

Tentu saja hal itu menjadi Mario merasa tidak enak, lalu menggelengkan kepala dengan pelan. "Bukan gitu ih, siapa yang bilang gue gak mau kasih tau lo? Jangan salah paham dulu makanya jadi orang." balasnya sambil menghembuskan napas. Ia panik jika Nusa menangis, pasti ia akan diintrogasi oleh sang pawang, si El.     

"Ya udah cepetan kasih tau aku, aku mau tau." ucap Nusa yang kini sudah seperti menyiapkan diri untuk mendengarkan apa yang dikatakan oleh cowok yang kini berada di seberangnya.     

Mario mendengus kecil, mau tidak mau harus berbohong deh demi menutupi apa yang dari beberapa bulan lalu El, dirinya, dan Reza rencanakan.     

"Jadi tuh tadi katanya Disty, Priska ngambek sama Reza. Terus gak mau lo denger, soalnya kan lo tau sendiri gimana Priska yang sangar dan gak punya hati gitu, kan? Nah Priska gak mau lo denger kalau dia lemah gara-gara cinta, begitupun Alvira yang makanya El suruh tunggu di dalam mobil berdua lo." ucap Mario yang memulai untuk menjelaskan sesuai dengan karangannya. Ia harus segera mengatakan kepada El dan Reza mengenai alasan karangannya ini, agar jika Nusa kembali bertanya ke mereka pun alasannya tidak lain.     

Mendengar penjelasan yang sangat detail dari Mario menjadikan Nusa ber-oh-ria. Tentu saja ia percaya, karena penjelasan cowok tersebut pun lengkap dan raut wajahnya tidak menunjukkan tanda-tanda berbohong. "Oalah, namanya rapuh gara-gara cinta mah wajar-wajar aja. Tapi kalau emang nyamannya gak mau keliatan publik sih gak masalah juga," ucapnya yang memberikan tanggapan.     

Dalam diam, Mario menghembuskan napas lega. El dan Reza berhutang budi kepadanya karena sudah menyelamatkan mereka berdua dari sifat penasaran Nusa yang memang selalu ingin tau banyak hal. "Iya udah jangan di bahas lagi, nanti yang di omongin keselek, kan kawat." ucapnya sambil terkekeh sekalian menghilangkan perasaan deg-degan yang bersarang saat ini di hatinya.     

"Oke, mendingan kita nonton barbie yuk, Rio. Kayaknya yang episode ada mermaid-nya tuh, kita kayaknya belum tonton." ucap Nusa sambil beranjak dari duduk untuk meraih remot televisi, setelah itu berjalan ke arah Mario dan mendaratkan bokongnya disana.     

Mario dengan senang hati menganggukkan kepala, tentu saja ia sangat setuju dengan apa yang dikatakan oleh Nusa. "Lah ayo, gas. Gue sih kapan nolak lo pas lo ajak nontom barbie?"     

…     

El sedang berada di kamar. Ia hanya berganti baju karena kalau mandi, pasti akan membuang-buang waktu begitu banyak. Ia akan mandi nanti malam, setelah ia mengantar Nusa pulang.     

Ia meletakkan barang-barang penting sesuai pada tempatnya karena tidak ingin di rapihkan oleh orang lain yang takutnya ia tidak tau letak penyimpanannya.     

Ketika sudah selesai, tentu saja El tidak lupa menggunakkan parfum agar enak di cium wangi tubuhnya, hanya dua semprotan saja kok.     

Setelah itu, ia meraih ponsel yang tadinya di letakkan di atas meja. Berjalan keluar kamar dengan pakaian santai yang sudah melekat di tubuhnya, setelah itu ia menurup kembali pintu kamar. Ia menuruni satu persatu anak tangga, lalu sampai lah ia pada lantai dasar dan melihat Nusa dan Mario yang kini tengah nonton barbie di temani dengan makanan dan minuman sebagai peneman menonton mereka.     

"Nontom barbie doang padahal, tapi serius banget." komentarnya sambil terkekeh kecil, ia menggeleng-gelengkan kepala, setelah itu duduk tepat di sebelah Nusa.     

Nusa menolehkan kepala ke arah El, setelah itu menyandarkan bahunya di lengan cowok tersebut untuk mencari kenyamanan. "Hai pacarnya Nusa." sapanya sambil tersenyum lebar. Ia kini memang mendongakkan kepala supaya bisa melihat ke arah El yang dengan tampannya menjadi titik pandang yang sangat menarik.     

El menganggukkan kepala, setelah itu mengecup kening Nusa. "Iya, ini gue." balasnya, ia juga tersenyum hangat.     

Mendengar jika di sebelahnya ada yang tengah mengumbar percintaan, menjadikan Mario saat ini tersenyum pahit. Dimana ada Mario, disitu dirinya akan menjadi nyamuk bagi pasangan yang tengah di mabuk asmara.     

"Nasib jomblo. Pengen punya cewek, tapi males lepasin cabang." gumamnya sambil terkekeh kecil dengan apa yang dikatakan olehnya.     

Tentu saja El dan Nusa mendengar itu.     

"Lah itu mah namanya emang belum bisa rela, cabang mulu di perbanyak, tapi gak pernah punya pusat." balas El yang sambil menyindir. Ia menjulurkan tangan untuk melingkari pinggang ramping Nusa, ia mendekatkan tubuh cewek tersebut agar lebih dekat dengannya dan bukan dekat dengan Mario.     

Mario yang mendengar itu pun mendengus. "Yah nonton barbie jadi gak dapet feel-nya nih gara-gara ada yang nge-bucin di samping gue. Keliatan jomblo? Sogokan solusinya," ucapnya sambil kini mengambil camilan kemasan baru karena yang di tangannya sudah habis.     

Sedaritadi yang makan semua camilan itu hanya Mario, Nusa juga memakannya namun hanya sekedar mencicipi saja.     

Nusa terkekeh kecil. "Maaf ya Rio kamu jadi kesinggung, ini aku juga masih nonton barbie kok."     

"Ya emang lo masih sama nonton barbie, tapi keadaannya yang beda. Lo punya bahu buat bersandar, tapi gue punya angin yang siap nampar gue kapanpun itu." ucap Mario dengan menyedihkan, bahkan ia mengubah raut wajahnya seperti tertekan dengan keadaan.     

El hanya terkekeh. "Ya elah, lo pacarin aja semua cadangan lo, kelar deh. Cewek lo banyak sama dengan perhatian yang lo dapetin juga banyak," ucapnya yang memberikan saran yang sangat amat teramat menyebalkan.     

Mario mendengus saja. "Makasih saran gak berguna-nya." balasnya sambil meringis kecil, setelah itu ia bergerak untuk duduk di bagian ujung sofa agar tidak menggangguk kedua temannya yang tengah berpacaran.     

"Itu dimakan dong camilannya." ucap El.     

Nusa menganggukkan kepala, kini ia sudah menatap layar televisi lagi. "Iya nanti aja."     

"Ya udah gue suapin sini."     

"Gak mau, nanti aja."     

"Ya udah deh El, lo mending nyuapin gue." ucap Mario yang seolah tidak tahan, apalagi kini ia bertingkah seperti seseorang yang menyedihkan.     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.