Elbara : Melts The Coldest Heart

Nyebelin Tapi Sayang



Nyebelin Tapi Sayang

0"Udah ya kita masuk? Gak enak sama yang lain, lo juga ganti baju tuh baju lo masih pake seragam."     
0

Alvira mendengar apa yang dikatakan oleh Reza, lalu menganggukkan kepala sambil tersenyum, lalu tatapan matanya langsung melihat ke arah cowok di sampingnya sambil terkekeh. "Kamu aja belum ganti baju, masih pakai seragam, bau acemmm." balasnya sambil mengernyitkan dahi.     

Mendengar itu menjadikan Reza ikutan terkekeh. "Lah? Kan ini di rumah sahabat gue. Baru dah kalau di sekolah gue, ya gue bakalan ganti baju dulu biar lebih nyaman aja." balasnya.     

Alvira menghentikan tawa, setelah itu menganggukkan kepalanya dengan perlahan karena setuju dengan apa yang dikatakan oleh cowok tersebut. "Ya udah yuk kita masuk lagi, aku juga mulai gerah pakai baku seragam gini buat ngobrol santai." ucapnya sambil beranjak dari duduk, setelah itu meraih tas, lalu di sampirkan ke bahunya.     

"Ayo." ucap Reza ikut menganggukkan kepala, setelah itu juga melakukan apa yang Alvira lakukan. "Gue anter sampai pintu kamar apa gimana?" sambungnya yang bertanya, sambil kini beranjak dari duduknya.     

Alvira menganggukkan kepala, menolak apa yang ditawarkan oleh Reza. "Enggak, gak perlu kok. Kamu sama yang lain aja, kayaknya sih lagi di ruang Tv kok." balasnya.     

"Oke." jawab Reza.     

Setelah itu, Reza kini meraih tangan Alvira untuk di genggam dengan erat. Ia melihat ke arah cewek tersebut, lalu tersenyum dengan sangat manis dan juga hangat. "Gue gandeng tangan lo biar gak hilang." ucapnya, lalu mengedipkan sebelah alisnya dengan menggoda.     

Melihat dan mendengar tingkah Reza, menjadikan Alvira terkekeh kecil. Ia tidak keberatan dengan cowok tersebut yang menggandeng tangannya, malah kini jantungnya seperti berpacu dengan sangat teramat kuat. "Gak apa-apa kok," jawabnya sambil memalingkan wajah karena saat ini kedua pipinya bersemu merah.     

Mereka berjalan bersisian, rasanya seperti dulu, saat mereka masih menjalin kasih layaknya seseorang yang dekat dan menaruh perasaan sayang untuk satu dengan yang lainnya.     

Sampai pada akhirnya, mereka sudah sampai di dekat tangga. Alvira melepaskan tautan tangan mereka, ia juga tau batasan dengan hal yang tidak bisa ia relakan namun hal tersebut ingin kembali kepadanya.     

"Udah sampai disini aja, liat tuh pada nonton barbie." ucap Alvira sambil menunjuk ke arah El, Nusa, dan Mario berada. Mereka bertiga tengah duduk dengan tenang di sofa dan tatapan terarah ke layar televisi.     

Reza terkekeh kecil, tidak terlalu mengundang suara. "Ya udah gih naik ke kamar lo, gue mau kesana dulu gabung sama yang lain. Lo ngapain kek sana, mandi, bersih-bersih dulu soalnya lo bau." balasnya, lalu berpura-pura menutup hidungnya yang padahal wangi Alvira itu sangat manis dah bahkan wangi yang memabukkan baginya.     

Alvira menganggukkan kepala. "Dadah, sampai nanti." ucapnya sambil melambaikan tangan kepada Reza yang kini sudah di tinggalkan olehnya.     

Setelah berkata seperti itu kepada Reza, menjadikan Alvira kini melangkahkan kaki untuk menaiki satu persatu anak tangga. Begitu sampai di anak tangga terakhir, kini ia melanjutkan langkah kaki untuk masuk ke dalam kamar dan menutup pintunya rapat-rapat.     

Mengunci pintu, setelah itu menggeletakkan tas punggung sekolahnya di meja. Ia segera melepaskan seragam yang melekat di tubuhnya, setelah itu ia menghembuskan napas terlebih dulu.     

"Mau mandi kenapa males banget, ya?"     

Dan pada akhirnya, Alvira memutuskan untuk melempar tubuh ke atas kasur empuk yang ada di kamarnya itu. Ia merasakan kenyenyakkan serta kenyamanan, setelah itu menghembuskan napas lega. "Enak juga ya abis sekolah langsung tiduran." gumamnya sambil terkekeh kecil.     

Setelah itu, yang dilakukan oleh Alvira kini meraih ponsel dan memainkan benda pipih tersebut. Ia tidak lebih dulu mandi, tapi rasanya lebih baik membuka sosial media lebih dulu.     

Tangannya tergerak untuk melihat ke beranda pribadi miliknya yang berisikan postingan beberapa orang temannya.     

Tiba-tiba, pandangannya terarah untuk menatap ke salah satu akun yang dulu suka sekali ia stalking. Itu adalah akun Bian. Ia menekan notifikasi beranda yang menunjukkan jika cowok tersebut mem-posting.     

Dan kini, yang Alvira lihat adalah foto kebersamaan Bian dengan Moli. Ia melihatnya dengan tatapan yang.. entahlah. Cemburu? Sepertinya tidak. Ia lebih ke arah.. mungkin saat ini kesal.     

Rasanya, ia ingin sekali berteriak tepat di hadapan Moli kalau seorang Bian tidak baik untuk di jadikan seorang kekasih. Ia tidak ingin cewek lain merasakan hal yang sama dengannya, memiliki nasib yang sangat buruk karena harus menelan pil kepahitan dari satu cowok yang sama.     

Namun, sepertinya mungkin itu bukan urusannya kali, ya?     

Bersikap seolah tidak peduli, Alvira pada akhirnya keluar dari media sosial Bian yang hanya membebani pikirannya saja. "Sosial media gak jelas, yang punya juga gak jelas nih." gumamnya.     

Setelah itu, seakan tidak memiliki niat pun Alvira memutuskan untuk mematikan ponsel dan menaruhnya di atas kasur. Setelah itu, ia beranjak dari tidurnya. Entah mengapa melihat postingan Bian menjadikan dirinya gerah body, mungkin karena ia juga kesal kali ya sama cowok satu itu? Makanya seperti emosinya menjadi memuncak begitu saja.     

…     

Nusa menaikkan sebelah alisnya, merasa kalau ia mendengar dengkuran. "Ini El tidur?" bisiknya kepada El dan Reza yang saat ini tengah terlihat     

Mendengar pertanyaan Nusa malah membuat Reza doang yang mengalihkan pandangan ke cewek itu karena saat ini Mario malah asik menonton seolah tidak ingin di ganggu. "Iya, cowok lo tidur. Sakit gak pundak lo? Kalau sakit bilang aja, biar nanti gue yang bangunin dia." ucapnya yang membalas perkataan Nusa.     

Nusa menggelengkan kepala, setelah itu tersenyum menandakan kalau dirinya baik-baik saja. "Enggak kok, aku gak kenapa-napa. Lagipula El tidurannya di sandaran sofa, bukan di aku. Jadi, gak bakalan pegal." balasnya sambil tersenyum hangat untuk memastikan.     

Setelah mengetahui kalau Nusa baik-baik saja, Reza kembali terfokus dengan apa yang tersajikan di layar televisi pada saat ini. Tontonan barbie adalah hal yang paling tidak boleh di lewatkan oleh dirinya dan juga Mario, kini mereka bertambah member lagi dengan Nusa dan Alvira namun Alvira saat ini sedang di kamarnya untuk bersih-bersih tubuh lebih dulu.     

Nusa menjulurkan tangan untuk mengelus-elus dahi El dengan gerakan perlahan. Ia seperti tengah meniduri anak kecil yang ingin di bacakan dongeng dalam mimpinya.     

Jemari lentiknya mulai menyapu lembut rambut El yang tampak menjadi poin pendukung ketampanan. Dengan senyuman manis, ia menatap El tanpa bersuara. Lihat, ini adalah Nusa yang sangat menyayangi sosok cowok tersebut.     

Entah mengapa, hanya El-lah yang berhasil membuat dirinya seperti ini. Terlihat bucin, memang sebenarnya ini bukanlah yang ia pikirkan dulu mengenai kalau jatuh cinta pasti akan menguras banyak pikiran. Namun ternyata, dengan cinta yang El berikan, ia malah merasa lengkap.     

Setelah itu, Nusa menghirup aroma maskulin dari rambut pacarnya. Sangat menenangkan, sungguh. "Pacar Nusa yang ganteng, bangun yuk." Pada akhirnya, ia memutuskan untuk menepuk-nepuk pipi El dengan perlahan. Ia lama-lama pegal, juga merasa kasihan dengan posisi tidur El yang terlihat seperti ini.     

Reza yang mendengar itu menolehkan kepala ke arah Nusa. "Kan udah biarin gue aja yang bangunin dia, soalnya El kalau lagi tidur tapi setelah itu di bangunin, pasti nantinya marah-marah." ucapnya sambil menghembuskan napas dengan perlahan.     

Nusa menolehkan kepala ke arah Reza, baru saja ingin membalas apa yang cowok itu katakan, ia merasa kalau El menggulat dalam tidurnya. Jadi, terpaksa ia menolehkan kepala ke sumber gerakan. "Eh? Udah bangun?" tanyanya kala melihat El yang kini sudah berubaha untuk membuka matanya.     

Mendengar itu, El menganggukkan kepala sambil menguap kantuk. Lalu melirik ke arah Reza yang tengah memperhatikannya. "Gak, gue gak marah, lo santai aja." ucapnya sambil terkekeh kecil, setelah itu mengusap wajahnya yang terasa berat.     

"Maaf ya tadi ketiduran, soalnya bersandar di lo nyaman banget." ucap El, kini mendekatkan diri kepada Nusa lagi dan bersandar di bahu cewek tersebut, bertingkah manja.     

Nusa terkekeh dengan apa yang dikatakan oleh El. "Emang kan kamu tukang tidur, ya kan?" tanyanya.     

"Enggak, enak aja. Gue tuh nyerasa pundak lo nyaman aja, apalagi parfum ciri khas lo yang bikin gue mabuk." balas El sambil melebarkan senyumannya. Ia mengambil beberapa helai rambut milik Nusa, setelah itu di letakkan pada wajahnya demi menghirup wangi harum yang seolah memanjakan indra penciumannya.     

Nusa tersenyum manis. Ia kembali membiarkan El yang bersandar padanya, lalu ia mengelus kembali puncak kepala cowok tersebut dengan sangat perlahan dengan gerakan yang penuh dengan perhatian dan kasih sayang.     

"Mau tidur lagi? Di kamar aja gih, kalau gak tuh di sofa panjang satu lagi kosong." ucap Nusa yang bertanya sekaligus menawarkan agar jika El ingin tertidur lagi, setidaknya cowok satu itu benar-benar berada di posisi dan tempat yang nyaman.     

Menggelengkan kepala dengan perlahan, setelah itu ia meraih tangan Nusa yang bebas —tidak melakukan apapun— untuk masuk ke dalam genggamannya yang tentu saja menghangatkan. "Perlu gue bilang beapa kali kalau pundak lo adalah tempat ternyaman bagi gue, hm?" tanyanya dengan nada bicara rendah.     

Sedangkan Reza dan Mario? Tentu saja mereka berdua saat ini berpura-pura tuli dan tidak mendengarkan apa yang dikatakan oleh kedua insan yang saling jatuh cinta itu. Mereka masih fokus menatap layar Tv. Walaupun percakapan El dan Nusa terdengar di telinga mereka, namun mereka lebih memilih untuk tidak menyimak dan meresapi. Mungkin benar-benar sibuk dengan tontonannya saat ini.     

Nusa gemas dengan El, lalu mengecup puncak kepala cowok itu. "Kamu jangan tiduran di aku, badan ku pegal-pegal. Nanti badan kamu juga jadinya sakit marena tidur dengan posisi duduk kayak gitu." ucapnya yang menasehati.     

Mendengar apa yang Nusa katakan menjadikan El menganggukkan kepala, mengerti apa yang dikatakan oleh ceweknya. "Iya boss, jangan marah-marah terus ah nanti cantiknya hilang. Emang kamu mau cantiknya ilang?" tanyanya.     

"Mau kok, emnagnya kenapa? Selagi cowok aku selalu terima aku apa adanya, wle!"     

"Sadar nyebelim, tapi sayang."     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.