Elbara : Melts The Coldest Heart

Pengumuman Acara Perpisahan



Pengumuman Acara Perpisahan

0"DEMI APA KE BALI?"     
0

Mendengar pengumuman yang baru saja di sampaikan di aula besar SMA Adalard yang hanya di hadiri oleh anak-anak murid kelas 3, menjadikan heboh satu aula.     

Bahkan, beberapa cewek ada yang saling berpelukan karena merasa senang dengan kabar ini. Akhirnya, kelulusan mereka itu berangkat ke Bali. Sungguh, setelah ini pasti para cewek akan langsung pergi ke mall untuk berbelanja berbagai macam barang yang di butuhkan untuk ke Bali nanti. Jelas saja beberapa cewek menginginkan barang-barang baru untuk di pamerkan nanti saat berfoto-foto di Bali.     

"Kalian maksimal membawa satu koper dan satu tas punggung, tidak lebih dan tidak kurang. Kalau kelebihan, di yakinkan di tahan oleh pihak sekolah karena melebihi kapasitas. Dan kalau kekurangan, di yakinkan keperluan kalian untuk diri pribadi itu tidak akan tercukupi." Sambung Kepala Sekolah yang berkata sebijak ini guna memperingatkan.     

Pasti, ada beberapa murid yang nantinya repot sendiri, dan pada akhirnya membawa banyak barang. Pihak sekolah sudah memperingatkan, dan sudah dapat di pastikan kalau memang seharusnya tidak boleh membawa melebihi kapasitas.     

"Asik banget nih kita liburan ke Bali." ucap Mario sambil ber-tos-ria dengan Reza. Kedua cowok ini selalu berdoa agar mereka ke Bali, dan benar kini pengumuman seperti membuka jalan baginya.     

Mendengar itu menjadikan El menganggukkan kepala. Walaupun ini bukan pertama kalinya ia ke Bali, namun sudah dapat di pastikan kalau ia selalu merasa takjub dengan Bali yang menyediakan berbagai macam keindahan yang seolah tidak memiliki daya saing. "Iya, gue kira acara kelulusannya ngadain camping kayak tahun lalu." ucapnya sambil bersandar di dinding.     

Kilatan mata Nusa menampakkan kalau cewek satu ini merasa kagum dengan tujuan acara perpisahan yang ke Bali, menjadikan dirinya kini memekik namun tertahan. "Yeay, akhirnya aku bisa ke Bali!" ucapnya sambil terkekeh girang, tentu saja ia senang dengan kabar ini.     

Bukannya lebay, alay, atau apapun itu namanya. Tapi jujur saja kalau Nusa sangat mengidam-idamkan untuk pergi ke Bali. Ia belum pernah ke Bali? Tentu saja belum pernah. Bagaimana ingin ke sana? Terkadang kebutuhannya sehari-hari saja harus memiliki target pengeluaran karena pemasukannya juga harus di tabungkan untuk masa depan Rehan.     

Belum lagi, Rehan juga kan sibuk bekerja. Kalau ke Bali, sepertinya tidak mungkin, iya kan? Jadi, ini kemungkinan adalah kesempatan baginya untuk kesana juga gratis karena sudah sekaligus SPP.     

El tersenyum manis, mengacak-acak puncak kepala cewek tersebut dengan gerakan perlahan yang penuh kelembutan. Jangan salah, ia sangat menyukai sifat Nusa yang seperti anak kecil. Nusa tidak pernah berpura-pura jika pernah kesana atau kesini, cewek itu juga tidak malu walaupun belum pernah merasakan ke Bali.     

Cewek dengan tingkat gengsi yang rendah adalah cewek yang pantas untuk El sayangi.     

"Gemes banget lo. Besok tidurnya di hotel sama Moli aja, nanti gue yang request sama pihak sekolah. Gue gak mau lo satu kamar sama Priska, Disty, dan Nika." ucap El yang kembali waspada dengan ketiga cewek tersebut karena membatalkan perjanjian, yang dimana bisa saja mereka kembali melakukan hal-hal yang tercela.     

Nusa tersenyum, setelah itu menganggukkan kepala. "Siap Bos, makasih ya." balasnya.     

Mendengar itu, Mario berdecak kecil. "Lah kok cuma Nusa yang boleh request? Gue juga mau request dong." ucapnya pada El, sambil menekuk senyuman.     

Reza menaikkan sebelah alisnya, merasa penasaran sekaligus bingung. "Hah? Lo mau request sama siapa selain sama gue dan El?" tanyanya yang kini menatap Mario dengan serius karena ingin mendengar jawaban dari sahabatnya.     

El juga menatap Mario. "Iya, buat apaan lo request?" tanyanya sambil mengerutkan dahi.     

Melihat Reza dan El yang menatapnya dengan serius menjadikan Mario langsung berkata. "Gue boleh gak satu kamar sama…" ucapnya yang menggantungkan kalimat. Setelah itu, ia bergantian membisikkan satu nama kepada Reza dan El. "Bian." tentu saja ini adalah nama yang ia bisikkan pada kedua sahabatnya agar tidak di dengar orang-orang apalagi Nusa.     

Nusa tampak mengerjapkan kedua bola mata, setelah itu menghembuskan napasnya. "Kalian kenapa bisik-bisik? Mario, kok aku gak di bisikin? Kamu mau satu kamar sama siapa? Hayo ngaku," ucapnya sambil menyipitkan mata seolah menatap Mario dengan sorot introgasi.     

Perkataan Nusa menjadikan Mario menatap ke cewek tersebut. "Gue mau satu kamar sama cewek-cewek." balasnya dengan asal-asalan sambil terkekeh kecil.     

Nusa cemberut, ia tentu saja tau kalau Mario berbohong. "Ih ya udah kalau gak mau kasih tau." ucapnya sambil menjukurkan lidah, meledek.     

"Sekian informasi yang bisa saya sampaikan, kalian dipersilahkan memasuki kelas masing-masing, jangan berisik." ucap Kepala Sekolah lagi yang menyudahi perkumpulan di aula.     

Mendengar perintah tersebut, tentu saja para murid pun bubar dari aula. Mereka keluar secara beraturan, tidak berdorongan. Nusa, El, Reza dan Mario pun juga keluar dari aula.     

Dan kini mereka sudah berjalan di koridor, menjadi lebih leluasa berjalan dan bergerak.     

"Kalau di Bali kan banyak bule tuh, gue pengen kenalan ah. Siapa tau selama ini gue jomblo, eh ternyata jodoh gue itu bule. Kan gak ada yang tau, iya kan?" tanyanya sambil ber-halusinasi terlebih dahulu.     

Mendengar apa yang dikatakan oleh Mario menjadikan Reza mengernyitkan dahi, lalu secara refleks memeriksa kening sahabatnya itu dengan punggung tangannya. "Wah suhu badan lo anget, pantes aja tingkat halu lo tinggi banget." ucapnya sambil menggelengkan kepala dan berdecak, ia sudah kembali menurunkan tangan yang digunakkan untuk memeriksa kening cowok tersebut.     

"Ye gila lo ya? Emangnya gue demam? Ya kan positif thinking aja gitu. Lumayan kalau dapet bule, memperbaiki garis keturunan. Gue udah ganteng, terus nanti jodohnya bule cantik, di mix pasti balalan jadi anak yang beuhhhhh gak ada lawan." balas Mario yang kini mulai melantur lebih jauh lagi daripada sebelumnya.     

Reza menggelengkan kepala karena merasa kasihan dengan perilaku Mario yang saat ini. "Semoga cepet sembuh deh, eh tapi gue juga mau. Ayo nanti kalau udah sampai sana, pasti gas ke pantai gak mungkin enggak." ucapnya yang malah mengubah pikiran.     

Mendengar Reza yang juga tertarik dengan niatnya, menjadikan Mario kini merangkul sahabatnya yang satu itu. "Nah gitu dong." balasnya. "Kalau El jangan ya, gak usah. Nanti pawang lo ngamuk, jambak aja rambut El kalau dia ngelirik bule, Sa." sambungnya sambil menatap ke arah Nusa.     

"Gak usah di rangkul juga sialan," ucap Reza sambil menepis tangan Mario yang merangkul di bahunya.     

Nusa menganggukkan kepala, lalu mengubah raut wajahnya menjadi seperti kesal dan marah dengan menatap El. "Awas aja ya kamu kalau emang ada niatan cari bule, emangnya kamu doang yang bisa cari pasangan lain?" ucapnya yang mengancam, menatap El dengan tajam.     

Namun bagi El, tatapan serta apa yang dikatakan Nusa itu sangatlah menggemaskan. Di matanya, Nusa terlihat menyeramkan, bahkan ancamannya pun tergolong menjadikan wajahnya seperti anak kucing yang lucu. "Lah, lagi ngancem bos?" tanyanya sambil terkekeh kecil.     

"Ish El, aku beneran tau, gak bercanda." ucap Nusa dengan sebal, ia malah kini mengubah raut wajahnya menjadi seolah merajuk pada cowok yang kini berjalam di sisinya.     

El hanya terkekeh, setelah itu menganggukkan kepala. "Iya kok, lo santai aja sama gue. Gue tau batasan, kan udah punya lo di hidup gue. Selama ini mah kalau gue naksir sama bule, gue mah tinggal pilih aja. Tapi apa? Nyatanya gak tertarik." balasnya yang menjawab cukup panjang sekalian menjelaskan kepada Nusa yang takutnya kalau ia tidak menjelaskan apapun menjadi ceweknya over thinking atau apapun itu sebutannya.     

Mendengar omongan El dan juga nada bicara serta raut wajahnya, menjadikan Nusa tau kalau pacarnya itu bersungguh-sungguh dengan apa yang dikatakan. "Ya udah aku percaya." ucapnya sambil tersenyum riang.     

Mario sempat cengo dengan Nusa yang mudah sekali percaya, yang padahal ia juga tau sih kalau El tidak akan pernah berselingkuh apalagi sampai mencari cewek lain di saat masih ada Nusa di genggamannya.     

Reza pun terkekeh dengan apa yang dikatakan oleh Nusa. "Nah bagus emang kan kunci pacaran langgeng itu saling percaya, Sa. Bagusnya emang lo percaya sama El, begitu juga sebaliknya." ucapnya yang seperti pakar cinta, padahal mah hubungannya cukup berantakan dengan Priska.     

Mendengar kebijakan Reza membuat Mario mencibir. "Halah, lo jangan nasehatin orang doang bisanya. Tapi lo sama Priska juga harus saling percaya lah,"     

Skakmat. Reza tidak menanggapi karena ia tidak tau apa yang harus dirinya katakan pada saat ini.     

Mario terkekeh kecil karena Reza tidak menjawab, ia tau kalau sahabatnya yang satu itu tidak akan pernah menjawab perkataannya. "Jangan di pikirin ya bro, hidup emang nyusahin banget." ucapnya sambil terkekeh kecil.     

Setelah itu, Mario menepuk-nepuk bahu Reza dengan perlahan seolah menguatkan cowok tersebut untuk menerima kenyataan dengan sangat baik dan juga lapang dada.     

Reza pun sepertinya juga sudah tidak memikirkan hubungannya dengan Priska saat ini, bisa di bilang kalau ia sudah bosan berpura-pura bahkan sudah tidak memikirkan perasaan pacarnya yang mungkin sudah baper kepadanya. "Haha, bisa aja lo." Ia tidak menanggapi secara blak-blakan karena disini ada Nusa yang dalam artian tidak boleh sampai keceplosan.     

Nusa yang memang tidak pernah ingin ikut campur lebih jauh tentang hubungan orang lain pun tidak menanggapi, saat ini yang terpenting adalah dekat-dekat dengan El. Ia selalu merasa nyaman jika di sebelah cowok tersebut.     

El juga memilih untuk tidak berkomentar karena apa yang menjadi urusan Reza dan Priska, jika di depan Nusa pasti ia tidak akan terlalu ambil pusing.     

"Eh nanti kita ke mall ya? Cari barang-barang kayak cewek-cewek." ucap Mario yang memberikan saran. Bukan cuka cewek doang yang mau kelihatan eksis saat nanti acara perpisahan di Bali, namun dirinya juga mau ikut terlihat tampan.     

Reza menganggukkan kepala, setuju. "Nah boleh tuh, bisa. Biar gue makin ganteng," ucapnya sambil terkekeh kecil.     

Nusa yang mendengar itu tentu saja ingin menolak karena tidak memiliki uang yang cukup, namun tiba-tiba saja El menatuh jari telunjuk di hadapan mulutnya.     

"Lo gak usah pikirin, lo ada gue, jadi lo jangan nolak."     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.