Elbara : Melts The Coldest Heart

Merasa Down



Merasa Down

0Priska tentu saja heboh dengan Disty dan Nika, mereka kini berada di kelas dan langsung membicarakan apa saja yang harus di beli.     
0

"Kita beli apaan aja nanti?" tanya Priska yang memang sangat bersemangat kalau urusan berbelanja yang seperti ini. Ia bahkan sudah membayangkan apa saja yang harus di beli untuk mempersiapkan apa yang nantinya harus di bawa.     

Ya sekiranya setelan baju yang bagus. Pakaian yang tidak terlalu terbuka yang nanti takutnya di tegur oleh para pihak sekolah.     

Mendengar pertanyaan Priska menjadikan Nika menaikkan sebelah alisnya. "Ini kita bakalan belanja ke mall lagi apa gimana dah?" tanyanya yang bingung, menatap ke arah Priska yang seolah membayangkan outfit yang paling memukau nantinya.     

Priska jelas saja hanya ingin semua mata menatap ke arahnya, tidak terkecuali El.     

Mendengar apa yang ditanyakan Nika pun tentu membuat Priska menganggukkan kepala. "Iya, gimana? Setuju, kan? Kemarin kita cuma beli satu baju oversize doang sama beberapa sabun mandi yang wangi, terus barang yang lain-lain. Nah sekarang kita belanja buat kebutuhan di Bali." ucapnya yang masih bersemangat.     

Siapa yang tidak bersemangat saat acara perpisahan sekolah itu pergi ke Bali? Tentu saja mungkin sebagian orang bersemangat, namun sebagian lagi biasa saja.     

Ya walupun Priska sudah beberapa kali ke Bali, ia masih sangat bersemangat karena kan situasinya berbeda. Saat ia ke Bali, itu hanya dengan keluarga saja. Tapi kan kalau acara perpisahan sekolah.. itu ada El yang artinya ia bisa melihat ketampanan mantan gebetannya yang masih ia nikmati sampai sekarang. Ya sama saja ia seperti berjalan-jalan dengan El, anggap saja begitu.     

Disty menganggukkan kepala, setuju dengan apa yang dikatakan oleh Priska kalau memang mereka harus belanja. Ia tidak munafik kalau penampilannya ingin menarik juga. "Kan kalau ada acara penting kayak gini terus pakai baju baru, ya kan rasanya bakalan beda. Kayak lebih fresh aja," ucapnya. "Lagian kan di Bali banyak bule, Nika. Fix kita harus keliatan cantik," ucapnya yang mengibaskan rambut ke belakang karena hampir mengganggu wajahnya.     

Mendengar kata 'bule', tentu saja Nika tertarik. Ia adalah cewek penggemar artis-artis Hollywood. Bahkan, cowok idamannya itu seperti Manu Rios. "Ah iya juga! Ya udah ayo gas belanja, gue harus beli parfum yang menarik para kaum cowok, titik gak pake koma." balasnya yang kini menjadi bersemangat.     

Priska memutar kedua bola matanya. "Yeuh, giliran bahas bule lo aja kenceng." ucapnya sambil terkekeh kecil.     

Nika menutup mulut, ia merasa tidak kuat jika terus menerus berbicara, takutnya akan menjerit saking menginginkannya pacar bule. "Gila gila gila, kayaknya gue mau pingsan deh. Bayangin pacar gue bule kayak impian gue, duh Mommy!!!!!" ucapnya yang memekik di akhir perkataan.     

Priska dan Disty sama-sama meringis, mereka berdua memang sudah tau bagaimana obsesi Nika untuk mendapatkan masa depan bule.     

"Ya udah besok kalau udah di Bali, kita bantuin lo deket sama bule, tenang aja. Bahasa Inggris kita berdua lancar, udah pasti bisa komunikasi sama mereka dengan lancar." ucap Priska sambil menaik turunkan kedua alisnya. Ia bisa membantu Nika dengan potensi dirinya yang memang bisa menarik perhatian orang-orang, dan nanti ia yang akan mengenalkan Nika karena sahabatnya itu dominan malu jika memulai duluan.     

Nika menatap Priska dengan tatapannya yang berbinar, merasa beruntung karena memiliki sahabat seperti cewek itu. "Gila, utang budi banget gue sama lo." ucapnya yang seperti terharu.     

Mendengar itu, Priska berdecih. "Gak, gak usah terharu. Justru gue yang harusnya makasih karena lo berdua masih ada disini, gak ada niatan buat jauhin gue." ucapnya yang kini sambil tersenyum hangat, penuh ketulusan.     

Disty dan Nika saling melirik, mereka menelan saliva dengan susah payah. Ya, apa yang dikatakan Priska itu tidak akan terwujud kalau mereka masih terikat perjanjian dengan El and the genk. Jadi, kali ini mungkin mereka merasa berterimakasih kepada diri sendiri karena sudah sadar kalau Priska lebih berharga. Hampir saja membuat Priska benci kepada mereka berdua kalau saja bersembunyi di balik lindungan El.     

"Kita juga makasih banget Ka sama lo, lo dulu emang ketua genk kita, tapi seiring berjalan waktu sampai sekarang, lo juga jadi sahabat terbaik." balas Disty yang kini memberikan senyuman manis untuk membalas senyuman Priska yang membuat ia merasa bersalah.     

Nika pun ikutan tersenyum, ia juga merasakan perasaan bersalah tersebut karena memang mungkin dirinya tidak pantas. "Iya emang lo yang terbaik deh, sumpah. Kalau emang nantinya kita jauh, gue yakin mau keadaan apapun lo juga tetep baik sama kita." balasnya yang seolah menyambung perkataan Disty.     

"Ya elah jadi mellow gini, sini lah deketan biar lo berdua bisa kita peluk." balas Priska sambil terkekeh kecil, setelah itu ia memilih untul merentangkan tangan yang di sambut dengan sangat baik oleh Disty dan Nika.     

Beberapa saat mereka berpelukan, sampai pada akhirnya …     

"Ya elah ada acara apaan nih sampai saling pelukan segala?"     

Mendengar ada yang berkata seperti itu, menjadikan Priska, Disty, san Nika melepaskan pelukan persahabatan mereka. Menolehkan kepala ke sumber suara, dan dapat mereka lihat kalau yang berkata barusan adalah Mario.     

Memangnya siapa lagi yang bisa mengusik mereka? El? El terlalu malas untuk mengomentari mereka. Reza? Reza jelas-jelas adalah pacar Priska yang sudah pasti tetap menutup mulut dan tidak berkomentar apapun. Tapi Mario? Jangan di tanya mengenai cowok itu.     

"Sirik aja lo gak pernah pelukan, ya?" tanya Priska yang membalas dengan sinis.     

Mendengar itu, Mario mencibir. "Dih? Sehat? Cowok seganteng gue malah yang peluk itu cewek duluan, bukan gue duluan, sorry to say nih ya." ucapnya sambil mengibaskan rambut seolah-olah memiliki rambut panjang layaknya cewek, ia kembali duduk pada kursinya.     

Mendengar pertengkaran mulut Priska dan Mario, menjadikan Disty dan Nika lebih memilih untuk diam. Ya karena kalau mereka ikut menjengkelkan, pasti nanti takutnya El, Reza, dan Mario membocorkan kepada Priska kalau mereka berdua-lah yang memberikan semua bukti kejahatan itu.     

"Nyali krupuk, mental yupi." celetuk Priska sambil mendengus kesal.     

Terpancing? Tentu tidak. "Ayo tawuran by on, yang masuk UGD duluan, dia yang kalah." ucap Mario yang memberikan tanggapan seperti ini dengan nada santai, ia hanya asal celetuk saja. Bukan tipe cowok yang menyakiti cewek kok, tenang saja.     

"Helleh, banyak gaya ngajak tawuran."     

"Helleh, banyak gaya banyak komentar."     

Perkataan Priska seolah di balikkan oleh Mario yang saat ini sudah menyandarkan diri di kepala kursi yang rendah.     

"Baru banget masuk kelas, udah ada war aja." ucap Reza sambil terkekeh kecil. Ia mendaratkan bokong di samping Mario, di susul dengan El dan juga Nusa yang juga ke tempat duduk mereka masing-masing.     

Mario menatap Priska dengan tajam, lalu menatap ke arah Reza yang seolah anak kecil ingin mengadu jika ada salah satu temannya yang nakal. "Itu tuh pacar lo kasih didikan yang bagus, di senggol dikit aja udah ngatain. Pantes emangnya jadi masa depan lo?" tanyanya sekaligus menampar Priska.     

Ya, Priska menyadari kalau dirinya bukan yang terbaik kok. Tertampar dengan perkataan Mario? Jelas. Ia seperti memang bukan cewek yang pantas untuk menjadi masa depan Reza.     

Reza yang mendengar itu pun langsung menepuk lengan Mario, lalu berkedip untuk mengisyaratkan tidak meneruskan adu mulut yang memang sudah sering terjadi.     

Mario paham, lalu menatap Priska dengan sinis. Ia memberikan tatapan setajam elang, entah sampai kapan perasaan tidak suka ini kepada cewek tersebut. Tapi yang jelas, untuk saat ini Mario tidak ingin berdamai dalam jangka waktu yang dekat.     

"Iya iya bawel, gue gak terusin lagi kalau nenek lampir satu itu gak bertingkah." ucap Mario, kini melengos untuk menatap ke lain arah asalkan tidak menatap ke arah Priska yang mampu membuat emosinya bergejolak tinggi.     

Reza terkekeh kecil, lalu ia mendekatkan wajahnya ke arah telinga Mario untuk berbisik. "Udah jangan emosi njir, kan bentar lagi gue putus sama dia. Jadi, maki-makinya nanti aja." ucapnya dengan berbisik, tentu saja nada bicaranya sangat rendah.     

Mendengar itu menjadikan Mario bersusah payah untuk mengontrol emosi. "Oke, gue yakin kalau nanti caci maki gue bakalan lebih sadis, kejam, dan kasar." ucapnya yang balik bergumam sambil mengedipkan sebelah matanya.     

Reza sih hanya terkekeh saja. Bahkan sepertinya ia menyadari kalau permainannya jauh lebih baik daripada aktor terkenal dan ternama. "Gila, bukan maen. Teruskan, nanti gue nyusul kalau udah jadi mantan." balasnya.     

El dan Nusa menyimak, namun lebih memilih untuk melakukan hal-hal romantis juga bertukar cerita random yang selalu di hadirkan oleh Nusa.     

Priska menatap ke arah Reza, setelah itu menghembuskan napasnya.     

"Jangan down, Ka." ucap Disty yang menyemangati. Kalau saja Priska tau kalau semangat darinya ini tidak berarti apapun karena Reza sama sekali tidak memiliki perasaan kepada cewek tersebut.     

Priska mengambil napas panjang, lalu menghembuskannya sekali lagi. "Ya gimana gak down? Ucapan Mario itu ada benernya juga, iya kan?" balasnya sambil bertanya mengenai kenyataan yang ada.     

"Iya sih, tapi kan seenggaknya lo juga udah berusaha buat jaga hati lo biat gak sakit. Pikiran positif lah hadirin. Jangan gara-gara omongan Mario aja buat lo mundur," kali ini Nika yang menasehati. Nasehat yang sama sekali tidak memiliki arti apapun.     

Priska menganggukkan kepala walaupun dengan perlahan, ia tentu saja masih kepikiran kalau nyatanya ia memang bukan yang terbaik untuk Reza, tentu Reza lah yang terlalu berbaik hati kepada dirinya. "Iya gue bakalan coba kok, tenang aja, oke? Gue kan kuat dan bakalan baik-baik aja sama kenyataan, ya seenggaknya begitu." balasnya sambil tersenyum palsu.     

Setelah itu, Priska lebih memilih untuk menelungkupkan kepala di lipatan tangannya yang berada di atas meja. Merasa tidak mood, mungkin ia akan tertidur sebentar saja sekitar beberapa menit untuk menenangkan pikiran.     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.