Elbara : Melts The Coldest Heart

Menonton Bareng



Menonton Bareng

0Kini, Reza berada di rumah Priska. Tentu saja, lagi-lagi hanya berdua dengan cewek tersebut. Tapi tenang aja, beberapa ART juga masih bolak-balik karena mungkin ada pekerjaan yang belum terselesaikan. Jadi secara harfiah, masih ada orang lain di rumah yang sebesar ini.     
0

Reza menolehkan kepala ke arah Priska yang kini sudah berganti menjadi pakaian tidur. Untung saja tadi di rumah El, ia sekalian mandi dan kini sudah herganti baju sahabatnya di saat mereka melakukan break kegiatan belajar.     

"Terus ini mau ngapain?" tanya Reza yang sedikit frustasi sambil mengacak-acak tambutnya dengan sedikit kasar. Menyapu rambut di kepala tengan tangannya.     

Alvira menaikkan sebelah alinya. "Mau ngadain dinner kecil-kecilan." balasnya yang seolah-olah mengingatkan Reza mengenai undangannya tadi di kantin sekolah yang mengajak cowok itu ke rumahnya.     

Mengambil napas, lalu menghembuskannya dengan perlahan-lahan. "Dinner doang? Terus mana makanannya?" tanyanya, ia cukup sabar dengan Priska yang memang terkadang semaunya. Bahkan kini ia seperti tengah di jebak oleh cewek tersebut.     

"Ya dinner biasa aja, kan tadi tuh udah di rumah El kita dinner menu berat. Jadi sekarang camilan aja, terus kita nonton bareng, ya?" balas Priska dengan senyuman manis yang membingkai di permukaan wajahnya, bahkan nyaris kedua bola matanya menyipit karena hal itu,     

Mendengar jawaban Priska menjadikan Reza menaikkan sebelah alisnya. "Gue di undang kesini cuma buat ngelakuin hal yang ngebosenin itu doang?" tanyanya dengan nada bicara yang seolah tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh cewek yang saat ini sudah duduk di sampingnya, mereka memang saat ini berada di ruang Televisi.     

Perkataan Reza mampu membuat senyuman Priska yang membingkai itu perlahan luntur, menjadikan ia merasa penolakan yang secara tidak langsung keluar dari dalam mulut cowok tersebut. "Euhm, kan nonton bareng kita belum pernah, iya kan? Kamu gak pernah ngajak ke bioskop juga, kadi kita nobar di rumah aku aja." ucapnya, urusan hati yang sering tersakiti sih jujur ia sudah kebal dan pada akhirnya memilih untuk diam dan tidak sakit hati.     

"Ya yaudah lah lo atur aja, gue cape. Otak gue capek, badan gue capek." ucap Reza yang memberikan tanggapan sambil menyandarkan punggung di kepala sofa, setelah itu ia menghembuskan napas dengan perlahan. Memijat pangkal hidungnya yang terasa perih, ia sebenarnya membutuhkan istirahat seperti Mario yang ia yakin pulang-pulang langsung tidur.     

Priska menatap ke arah Reza dengan sorot mata yang… entahlah. Sepertinya ia juga merasakan kalau Reza kelelahan. Ya memang sih, bayangkan saja mereka seharian bersekolah. Pulang sekolah pun harus ke rumah El untuk belajar bersama, yang membuat kinerja otak dalam mencerna materi pelajaran pun bertambah. Dan sekarang, ia menyuruh Reza untuk ke rumahnya.     

Ya habis mau bagaimana lagi? Ia ingin memiliki waktu berdua dengan Reza, benar-benar hanya mereka berdua walaupun tadi di rumah El, ia sudah dekat-dekat dengan Reza bahkan benar menempel seperti layaknya ulat bulu pada dedaunan.     

Pada akhirnya, kini Priska merasa menyesal. Sifatnya yang keras kepala menjadikan ia memaksa Reza menuruti apa yang dirinya inginkan, namun kini malah ia yang merasa menyesal dengan apa yang dirinya lakukan.     

Reza merasa kalau Priska memperhatikan, namun ia sama sekali tidak menanggapi dan sekarang malah memejamkan kedua bola matanya untuk mengistirahatkan syaraf matanya sejenak.     

"Kamu mau pulang?" Terdengar pertanyaan Priska dengan nada bicara pun yang juga di perkecil.     

Menaikkan sebelah alisnya, namun Reza sama sekali tidak membuka matanya. "Pulang? Lo nawarin gue pulang pas gue udah sampai di tempat tujuan lo yang ngajak gue kesini?" tanyanya yang mengulang pertanyaan tersebut di tambah dengan kenyataan yang terjadi.     

Priska mengerjapkan kedua bola matanya, lalu masih berusaha untuk tersenyum kecil. "Ya kan kali aja lo berubah pikiran, mau balik sekarang. Maaf ya kalau gue keras kepala, sampai gak nyadar kalau lo capek." ucapnya dengan nada menyesal.     

"Udah deh gak usah minta maaf, gue juga males dengernya. Sekarang cepetan lakuin apa yang mau lo lakuin biar gak terlalu makan banyak waktu gue,"     

Selama bersama dengan Priska, Reza merasa tidak ingin terlalu banyak basa-basi di antara mereka. Sekaligus, sebenarnya di dalam hati Reza itu masih merasa risih dengan kehadiran Priska yang seperti sekarang ini.     

Padahal, dulu saat bersama dengan Alvira itu memang Reza tidak pernah merasakan keberatan. Bahkan, ia dengan senang hati menawarkan berbagai hal. Bahkan, mengeluh ini dan itu pun tidak pernah. Bersikap acuh tak acuh seperti ini juga sangat anti ia lakukan.     

Sedangkan Priska? Ia tidak ingin membuat Reza merasa tidak nyaman, jadi ia lebih memilih untuk menganggukkan kepala saja sambil tersenyum lagi seolah menyemangati diri sendiri dengan keadaan. "Ya udah gue ambil beberapa camilan dulu yang udah dibeliin Disty dan Nika tadi, tunggu sebentar ya, lo jangan kemana-mana." ucapnya.     

"Hm." Hanya itu saja yang menjadi tanggapan Reza, ia tidak terlalu bersimpati dengan acara menonton bersama pada malam ini.     

…     

"Seru gak film-nya?"     

Ya, kini mereka sudah berada di tengah-tengah acara menonton film.     

Tebak, film apa yang di pilih oleh Priska? Ya, Now You See Me 2, film pesulap yang memiliki banyak penggemar.     

Untung saja bukan film romansa yang mampu menbuat Reza tak tahan menontonnya, ia sudah ingin berwaspada jika film yang di sukai Priska itu seperti Alvira yang suka Drama Korea. Maksudnya, kan setiap orang punya genre film kesukaan, dan dirinya tidak suka dengan Drakor karena lebih memilih untuk genre action atau sekiranya horror.     

"Seru." Reza memberikan tanggapan seadanya. Namun, ia sungguh menikmati film tersebut dengan tangan yang mulai mengambil beberapa popcorn dan di masukkan ke dalam mulutnya.     

Priska tersenyum lebar di kala melihat Reza yang menyukai pilihan film-nya, hanya sesederhana itu padahal. "Bagus deh kalau lo suka, gue kira malahan lo gak suka."     

"Hm."     

Meluruskan kakinya untuk menghilangkan rasa penat yang menjalar di kaki, ah iya sekarang mereka duduk di karpet berbulu pada lantai.     

Priska menurunkan senyuman, lalu cemas-cemas menatap ke arah jam dinding yang memang di gantung tepat sekali di atas televisi. Ia melihat sudah pukul setengah sepuluh, dan ini baru pertengahan film yang dimana pasti nanti film selesai di jam sepuluh. "Lo gak masalah pulang kemaleman?" Malah ia menjadi cemas.     

"Gak masalah lah, gue cowok, artinya bisa jaga diri." balas Reza sambil menganggukkan kepala, ia tidak mengubah titik pandangnya, tetap menatap ke arah layar televisi dengan serius.     

"Enggak, maksud gue kan tadi lo bilang mau balik jam setengah sepuluh, ini udah jam setengah sepuluh."     

"Ya lo mau gue tinggal nontonnya? Lagipula kan ini film-nya belum selesai, tanggung soalnya gue emang belum nonton."     

"Jadi gak apa-apa lo pulang ngelebihi waktu yang lo bilang ke gue tadi? Apa gimana?"     

"Iya."     

Priska senang, namun di satu sisi juga merasa khawatir karena… ya karena orang tuanya akan pulang tepat pada pukul setengah sebelas malam. Takutnya berpas-pasan dengan adanya Reza, ia hanya takut di tanya-tanya serta di hakimi kenapa membawa cowok ke rumah.     

Reza yang tidak mendengar tanggapan apapun dari Priska menjadikan dirinya menaikkan sebelah alis, setelah itu menolehkan kepala secara perlahan ke arah cewek tersebut. Kini, terlihat Priska dengan raut wajahnya yang sangat cemas seperti tengah memikirkan sesuatu hal.     

"Lo kenapa?" tanyanya. Ia akhirnya mengalihkan kepala dari televisi sambil menaikkan sebelah alisnya menatap Priska dengan sorot mata yang penuh dengan kebingungan.     

Priska yang di tegur pun mengerjapkan kedua bola matanya, kembali pada dunia kenyataan. "Euhm? Apa?" tanyanya. "Enggak kok, gak ada apa-apa." sambungnya yang melanjutkan perkataan sambil tersenyum kecil.     

"Serius gak kenapa-napa? Muka lo soalnya keliatan terlalu menyedihkan, mendingan cerita aja kalau emang lo ada masalah atau sekiranya kayak gitu." sambungnya sambil menghembuskan napas. Ia merasa ingin tau saja sih, bukannya peduli.     

Priska menganggukkan kepala, setelah itu memberikan senyuman terbaik. "Bisa aja nebaknya kalau gue kenapa-napa, lo cenayang, ya?" tanyanya dengan kedua bola mata menyipit serius.     

"Bukan cenayang, soalnya muka lo berubah jadi jelek. Pasti orang yang mukanya berubah jadi jelek itu ada masalah." ucapnya dengan nada bicara yang sangat enteng.     

Priska mendengus kecil. Ingin memukuli Reza namun ia sadar kalau cowok satu itu tengah memegang semangkuk popcorn, takutnya nanti pecah atau lainnya. "DASAR NYEBELIN! PACAR PALING NYEBELIN SEDUNIA." pekiknya sambil mengambil napas, setelah itu menghembuskan napasnya dengan perlahan.     

"Ya emang mau gimana? Kan gue ngomongnya jujur sama lo, kecuali gue bohong dan bilang kalau lo itu cantik jelita pas lagi ada masalah."     

"Dih nyebelin banget jadi orang, sumpah."     

"Ya udah bilang, emangnya lo kenapa?"     

Priska mengerucutkan bibirnya, ia ragu ingin bercerita atau tetap merahasiakan. Tapi kalau di rahasiain juga kan Reza sudah tau seberapa berantakan keluargnya, jadi untuk apalagi di sembunyikan, iya kan?     

"Nyokap Bokap gue pulang ke rumah jam setengah sebelas, lo harus udah pulang, ya?" ucap Priska dengan penuh kehati-hatian sambil mengernyitkan dahinya.     

Reza menaikkan sebelah alisnya. "Kenapa? Kan sekalian gue kenalan sama Nyokap Bokap lo, emangnya gak boleh?"     

"Duh, Za. Bukannya gak boleh, lo gak paham situasinya atau gimana? Sumpah deh, gue gak mau justru lo yang dapet masalah."     

"Masalah gimana? Mau kenalan sama ortu lo, itu yang lo sebut masalah?"     

"Tapi mereka beda Za, orang tua gue gak kayak orang tua pada umumnya yang welcome sama temen-temen gue, apalagi lo cowok."     

Ya, bahkan Disty dan Nika pun dulu sempat selalu di introgasi saat berteman dengan Priska. Sampai pada akhirnya, kedua orang tuanya sudah percaya kepada Disty dan Nika sehingga bebas keluar masuk rumah agar tidak merugikan.     

"Ya udah, kalau gitu gue nurut apa kata lo aja deh. Gue juga gak mau buat masalah, apalagi di cap jelek sama orang tua lo."     

Reza melanjutkan menonton film yang kini tersuguh bahkan tertampil di layar televisi.     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.