Elbara : Melts The Coldest Heart

Keromantisan Kala Hujan



Keromantisan Kala Hujan

0"Kamu mau disini dulu apa gimana?"     
0

Pertanyaan Nusa yang seperti itu menjadikan El yang saat ini tengah duduk selonjoran di atas sofa ruang Tv sambil memakan camilan berupa kripik singkong pun menolehkan kepala ke sumber suara.     

Ia melihat Nusa yang tengah memegang sapu, ya cewek itu baru selesai menyapu rumah.     

"Iya disini aja dulu, sekalian temenin lo. Lagipula hujan bukannya berenti malah tambah deras, iya kan? Nanti gue pulang kalau Rehan udah pulang, biar lo gak sendirian." balas El sambil memberikan senyuman terbaik dan terhangat kepada cewek satu itu.     

Nusa yang mendengar jawaban El pun menganggukkan kepala. Ia memilih untuk berjalan ke arah pintu utama, lalu menggantung sapu di dinding yang dekat dengan rak sepatu.     

El pun memutuskan pandangan dari Nusa, setelah itu kembali menonton. Acara kartun bukanlah favoritnya, ia bersedia menonton kartun karena Nusa yang meminta karena cewek itu suka sekali semua film kartun.     

"Kamu laper lagi gak?" tanya Nusa yang kini sudah mendekati El. Ia melihat pacarnya yang masih makan dengan tenang, menatap ke layar televisi yang sudah dapat di tebak dengan jelas kalau cowok itu sangat tidak menyukai tontonan saat ini.     

El melihat ke arah Nusa, ia mendongakkan kepalanya untuk menatap sang pacar. Dengan senyuman manis yang terukir di permukaan wajahnya, ia berkata. "Enggak sayang, gue masih kenyang. Memangnya lo sudah lapar? Sore hari pun belum, dan sekitar satu jam yang lalu kita baru saja makan mie instan. Dan lo udah lapar?"     

Mendengar jawaban El menjadikan Nusa terkekeh kecil, ia menggelengkan kepalanya dengan perlahan. "Tidak, aku tidak lapar. Aku hanya menawarkan mu sebagai tuan rumah yang baik, aku takutnya kamu kembali lapar karena tadi hanya makan mie instan saja." ucapnya dengan senyuman manis, lalu ia memutuskan untuk mendaratkan bokong disebelah El yang saat ini sedang bersantai, bertujuan untuk mengulur waktu.     

"Gue juga gak laper kok, lagi pula kalau semisalnya gue lapar, gue bisa bilang sama lo." balas El, ia tidak pernah menghilangkan senyuman dari permukaan wajahnya hanya untuk seorang cewek yang bernama Nusa.     

"Ya udah sekarang kita nonton televisi aja sambil makan camilan, bagaimana menurut kamu film kartun yang satu ini?" tanya Nusa sambil menaikkan sebelah alisnya, meminta pendapat untuk hal yang saat ini ia suka. Namun kan belum berarti, apa yang menjadi kesukaan Nusa itu bisa di sukai balik oleh El, iya kan?     

Sebelum menjawab pertanyaan Nusa, El memilih untuk memakan camilan di tangannya lebih dulu. Ia mengunyahnya sampai hancur lebur dan menelannya, setelah itu mengatakan balasan untuk berucap kepada cewek disampingnya.     

"Buat gue pribadi, film kartun itu emang seru tapi jalan ceritanya ya itu-itu aja. Gue nggak terlalu suka, tapi gue bakalan berusaha suka buat lo kalo emang lo mau nonton ke sekarang." balas El, apa adanya.     

Nusa merasa tersipu malu dengan apa yang menjadi jawaban El kali ini, ah sepertinya tidak kali ini saja cowok itu menjawab semua perkataannya dengan kalimat-kalimat romantis walaupun sederhana. Ini yang ia suka dari El, cowok itu tidak akan pernah menentang apa yang dia suka selagi hal tersebut bersifar positif, seperti menonton kartun saat ini.     

Tanpa menjawab ucapan El, Nusa langsung saja mendekatkan diri ke cowok tersebut, mencari kenyamanan dan juga kehangatannya karena udara rumah menjadi lebih dingin daripada sebelumnya akibat hujan yang membuat cuaca menjadi lebih terasa membuat menggigil.     

Nusa mulai memeluk lengan El, ia menyandarkan kepalanya di bahu cowok tersebut. Entah mengapa, posisi ini adalah posisi yang paling nyaman yang selalu ia dapati ketika duduk berdua dengan El.     

"Lebih baik lu tidur aja Nusa, gue tetap di ruang televisi, nungguin lo. Gue nggak bakal bertingkah macam-macam, dan lo kenal gue, kan?"     

"Iya kok, Nusa paham. Kamu nggak bakal apa-apain aku, tapi aku nggak mau tidur. Masa ada kamu di rumah aku, tapi akunya tidur? Kan jadinya aneh, lebih baik aku di sini sama kamu, duduk berdua sambil nonton tv."     

"Justru itu gunanya gue ada di rumah lo, jadinya lo bisa tidur dengan tenang. Kan kalau semisalnya lo di rumah sendirian, pasti mau tidur aja hati lo Resah karena posisinya kamu di rumah sendirian. Pasti bakal timbul banyak sugesti yang berarah ke pikiran negatif, jadi ini fungsinya gua ada di rumah lo sambil nunggu Rehan pulang."     

El menurunkan pandangan untuk menatap nusa, ia melihat wajah cantik pacarnya yang tidak pernah membosankan untuk dipandang. Dengan tangan yang masih bersih ia mengangkat tangan tersebut untuk mengurus puncak kepala Nusa dengan kasih sayang.     

Tidak ada pasangan yang bisa menyaingi hubungan El dan Nusa, tidak ada yang bisa menandingi juga, dan tidak ada yang bisa masuk selagi mereka berdua menutup rapat-rapat pintu hati untuk masing masing. Karena sudah terlihat dengan jelas kalau mereka saling menyayangi, mereka di mabuk asmara untuk pertama kalinya.     

Nusa kini ikutan mendongakkan kepala dan langsung terlihat wajah El yang juga menetapi dirinya dengan sorot mata yang sangat tulus. Ia sempat menahan nafas selama beberapa detik saja karena masih merasa sangat malu jika dilihat dengan cara yang seperti itu, namun pada akhirnya ia berhasil untuk mengontrol perasaan dalam hatinya.     

"Ya udah, sekarang lebih baik kita nonton kartun aja. Aku tetap nggak mau tidur karena mau ngobrol sama kamu, dan ya, kamu nggak ada hak apapun untuk marah. Soalnya kalau kamu marah, aku akan ngambek sama kamu."     

Mendengar perkataan Nusa yang sangat mengenaskan di telinga El, menjadikan ia terkekeh kecil sambil menatap cewek di sebelahnya yang tengah memeluk lengannya, ia memberikan sorot mata yang sangat menenangkan. " yuk, kita nonton film kesukaan kamu. Sambil aku suapin, dan kamu tetap dalam posisi nyaman seperti ini saja."     

…     

Hujan hujan begini adalah hal yang paling cocok untuk mengopi. Dan itu adalah hal yang dilakukan oleh Laras, ia menikmati secangkir kopi hangat yang menghangatkan tubuh sambil menatap layar laptop yang kini ada dihadapannya.     

Ia seperti sedang menikmati suasana hujan pada saat ini, ditambah lagi menjadi semangat bekerja nya itu, ia ada di kafe ini. Siapa lagi orangnya kalau bukan Rehan? Ya, Laras tahu mana bedanya pekerjaan dengan urusan percintaan. Namun, ia lebih memilih untuk menggabungkan kedua posisi itu dengan situasi yang sama.     

Beruntung, Laras bisa menempatkan diri pada situasi yang tepat. Walaupun ia berada di kafe, yang lagi dan lagi ada di sini, ia tetap bisa fokus pada pekerjaan nya. Dan ya, sepertinya hal itu memang selalu saja di nomor satukan oleh dirinya.     

Walaupun tempat kerjanya saat ini kembali di kafe, tapi ya sama sekali tidak pernah mencuri perhatian atau mencuri pandang dengan durasi lama ke arah Rehan yang sedang bekerja. Ia tahu batasan, di mana perilaku yang harus ditempatkan di saat Rehan berada di tempat kerja dan di mana di saat berdua dengannya.     

Mungkin jika memang ingin saling bertukar pandang ia akan dengan senang hati melambaikan tangan setara dengan dadanya lalu tersenyum ke arah Rehan.     

Tiba tiba saja, ia saat ini ingat kalau di rumah belum memberi makan kucing nya yang memang sangat ya sayang.     

Memutuskan untuk mengambil ponsel yang berada di tas ya, setelah itu menghubungi ke telepon rumah yang memang iya saya nanti akan diangkat oleh asisten rumah tangga yang telah ia sewa.     

Dering pertama pun berbunyi ia menunggu sampai pada akhirnya panggilan tersambung.     

"Selamat siang Nona, ada yang bisa Bibi bantu?" Kira kira seperti itulah jawaban serta Sapaan yang pertama kali didengar oleh Laras saat panggilan telepon ini tersambung dengan seseorang yang memang ia maksud.     

Laras menganggukan kepala, Soalnya lawan bicaranya saat ini ada dihadapanNya. Ia mengambil nafas terlebih dahulu lalu membuang nafas nya dengan perlahan-lahan, ia merasa ini adalah hal TERBODOH yang pernah ia lakukan.     

Sebenarnya ia ragu dengan apa yang ia ingin katakan, namun daripada kucingnya nanti kelaparan, ia lebih baik untuk mengatakannya sekarang. "Halo Bi, sebelum maafin aku ya. Aku mau minta tolong sama bibi, tolong kasih makan kucing aku. Tadi, aku lupa bilang sama bibi dan nitipin kucing aku buat ngasih makan dan baru sekarang aku ingat." ucapnya sambil meringis kecil, karena ia merasa tidak enak menelepon hanya karena hal ini.     

Terdengar Kakehan kecil di seberang sana, namun masih terdengar dengan nada yang sopan. " Oalah, kalau soal kucing Nona udah Bibi urus kok, Bibi kan juga tahu kalau semisalnya dengan pelihara binatang ya pasti harus dikasih makan. Jadi, Bibi berinisiatif tadi ngasih makan kucing Non karena kayaknya dia kelaparan."     

Memiliki asisten rumah tangga yang sangat pengertian dan tahu dengan pekerjaan nya adalah hal yang paling membuat Laras merasa beruntung karena bisa memiliki asisten rumah tangga dengan sifat yang seperti itu seperti wanita paruh baya yang saat ini berbicara di telepon dengannya.     

Laras menghembuskan nafas lega kalau mendengar apa yang dikatakan oleh asisten rumah tangga tersebut, ia melemparkan senyuman. "Oh astaga, aku sangat berterimakasih dengan Bibi. Kalau semisalnya Bibi nggak berinisiatif, mungkin saja kucingku sudah kelaparan sampai nanti aku pulang kerja."     

"Iya Non, kucing Non udah aman kok sama Bibi. Tadi juga Bibi udah masukin ke kandang nya biar dia nggak illang," ucap asisten rumah tangga itu lagi dari seberang.     

Laras menganggukan kepala. "Ya sudah Bi, itu saja yang tadinya aku mau sampaikan ke Bibi. Kalau begitu, Aku berterimakasih sama Bibi dan ya aku harus melanjutkan pekerjaan ku."     

"Iya Non, selamat bekerja."     

"Baik, Bi."     

Pip     

Setelah berkata seperti itu, panggilan telepon Diantara mereka terputus satu sama lain.     

"Ada ya orang kerja keinget sama kucing yang lupa di kasih makan?" Tiba-tiba, Laras mendengar seseorang yang berkata dengan suara bariton yang berat terdengar telinga.     

Menolehkan kepala ke sumber suara, setelah itu mengerjapkan kedua bola mata karena tau ada Rehan di hadapannya. Kenapa ia tidak sadar?!     

"Tadi lo pesen kentang goreng, Ras." ucap Rehan dengan mandiri untuk mengingatkan cewek yang tengah gelagapan.     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.