Elbara : Melts The Coldest Heart

Bersiap Makan Malam



Bersiap Makan Malam

0"Ya udah, ini lo berdua mau langsung balik ke rumah masing-masing atau mau mampir ke rumah gue dulu?" tanya Priska, ia lebih memilih untuk mulai memundurkan mobil, lalu merasa sudah memiliki space untuk berjalan, ia melajukan mobilnya untuk ke luar sekolah karena memang beruntung gerbang sekolah masih terbuka lebar.     
0

"Gue maunya sih balik aja, tapi mikir di rumah gak ada siapa-siapa, gue ke rumah lo aja deh." balas Nika sambil menyenderkan punggungnya pada sandaran jok mobil.     

Disty terkekeh kecil, perkataan Nika ada benarnya juga mengenai hal ini. "Iya tuh gue juga setuju sama apa yang di bilang sama Nika, gue juga ikut ke rumah lo aja deh. Gabut juga di rumah palingan nanti kan cuma sendirian."     

Priska menganggukkan kepala saat apa yang dikatakan oleh kedua sahabatnya yang mengatakan hal ini. "Oke, tujuan selanjutnya ke rumah gue."     

Tanpa Priska sadari, semua orang di hidupnya mulai bersandiwara dan juga berpura-pura untuk baik terhadapnya.     

…     

Siang telah berlalu begitu juga dengan sore hari. Kini, waktu sudah menunjukkan tepat pada pukul tujuh malam. Dan ya, tentu saja hujan sudah berhenti dari 05.00 sore hari tadi.     

Seperti apa yang telah engkau janjikan kepada nusa, ia masih berada di rumah cewek tersebut. Namun, kali ini ia lebih fokus menatap layar ponsel karena sedang memainkan game on line. Ia mengambil nafas dalam lalu menghembuskan dengan pasar, karena salah satu player ada yang membuat dirinya hampir saja di kill.     

Sedangkan Nusa? Iya saat ini sedang memasak makanan untuk makan malam bersama dengan El dan juga Rehan, jika kakak nya itu pulang atau bahkan pulang terlambat pun ia sudah menyiapkan makanan.     

Sesekali El menolehkan kepala ke arah nusa yang kini sedang fokus memasak, pacarnya mau masak capcai, menggoreng nugget, Dan juga membuat telur balado.     

"El, kamu suka kan sama apa yang aku masak?" tanya Nusa sambil menolehkan kepala sekilas ke arah El, ia kembali fokus pada wajan di hadapannya karakter ini ia tengah menggoreng nugget, takut gosong.     

Mendengar pertanyaan nusa, menjadikan El menaikkan sebelah alisnya namun tidak menolehkan kepala ke arah cewek tersebut takutnya permainan di ponselnya akan kalah. "Suka kok, apapun yang lo masakin buat gue, gue selalu suka dan nggak pernah menolaknya." balasnya dengan nada bicara yang sangat lembut.     

Jawaban El menjadikan Nusa tersipu sendiri, kedua pipinya terlihat merah karena tersipu malu.     

"Kamu bisa aja, oke aku bakalan masakin sesuatu yang sangat spesial malam ini. Tapi kayaknya kita makan berdua doang deh, soalnya Kak Rehan sih kayaknya lagi PDKT sama Kak Laras." ucapnya sambil terkekeh kecil. Ia memasak makanan tak luput dari senyuman yang membingkai di permukaan wajahnya.     

El yang mendengar perkataan Nusa pun menaikkan sebelah alisnya, merasa kebingungan dengan apa yang dikatakan oleh pacarnya. "Kak Laras? Siapa dah?" tanyanya, sekilas menolehkan kepala ke sumber suara, lalu kembali menatap layar ponselnya dengan rasa penasaran karena merasa asing dengan nama yang di sebutkan oleh cewek satu itu.     

"Iya Kak Laras, cewek yang baru aja di temuin sama Kak Rehan. Mereka lagi PDKT-an sih, gak tau juga gimana ketemunya soalnya Kak Rehan cuma sekilas cerita." balas Nusa sambil membalikkan sisi nugget lainnya supaya berwarna brown ke-emas-an yang cantik.     

El membulatkan mulutnya, setelah itu hanya mengangguk-anggukkan kepalanya dengan perlahan. "Oh lagi PDKT, tumben banget Rehan tertarik sama cewek? Biasanya dia lebih mentingin kerjaannya daripada cinta-cintaan," balasnya yang masih menyambung dengan pembicaraan mereka walaupun titik fokusnya masuk ke game online.     

"Gak tau deh, mungkin Kak Rehan kan juga mau nyari yang serius buat di jadiin pendamping hidupnya, iya kan? Lagipula aku sama sekali gak ngerasa kalau hal itu buruk, justru sebaliknya."     

Merasa nugget sudah matang, Nusa lebih dulu menyisihkan di tepian penggorengan supaya minyaknya larut terlebih dulu. Ia mematikan kompor agar minyaknya tidak terlalu panas, setelah itu menatap ke arah El. Cowok yang saat ini sangat serius dengan game di ponsel.     

El menganggukkan kepala, merasa setuju dengan apa yang dilakukan oleh Nusa. "Ya, apa yang lo lakuin itu udah bener kok. Lagian juga kan di kehidupan Rehan butuh cinta, dia butuh penerus di hidupnya, butuh nikah juga dan mendapatkan pendamping hidup yang memang layak." ucapnya.     

"Iya, aku bikan tipe adik yang egois." balasnya, sambil kini memindahkan beberapa nugget yang menurutnya minyak disana sudah surut. Ia memasukkan ke dalam piring, secara bersamaan. Setelah itu, kembali meletakkan piring tersebut di meja dapur.     

El hanya tersenyum miris di kala mengingat perlakuan Alvira pada Nusa yang memang tidak bisa di sebut dengan perumpamaan sopan, adiknya benar-benar kalut sekaligus juga merasa tersaingi oleh cewek yang saat ini menjadikan kekasihnya.     

Ya, memang seharusnya kesalahan masa lalu tidak boleh di ungkit. Namun, nyatanya apa? Walaupun El sudah memaafkan, namun di memori otaknya masih teringat segala perilaku buruk Alvira.     

Hal itu menjadikan El saat ini menghembuskan napas dengan perlahan. Ia melihat tanda 'victory' pertanda permainannya telah usai, dan tim-nya yang menjadi pemenang.     

Ia ada waktu untuk kini menolehkan kepala ke arah Nusa, tersenyum melihat cewek yang bisa menempatkan perasaan perhatian yang sangat tinggi kepada orang lain, bahkan orang terdekat. "Lo kayaknya anugerah deh buat orang-orang yang ada di sekitar lo." ucap El, ia mengatakannya dengan tulus.     

Walaupun Nusa terbilang seperti cewek yang anti make-up, namun segala kesederhanaan tentang hati dan perilaku memang menjadikan dirinya di pandang sangatlah baik. Kata beberapa orang yang mengenal, aura positif dari Nusa terpancar dengan sangat jelas menjadikan cewek itu memang selalu di cap baik-baik.     

Nusa terkekeh kecil di saat mendengar ucapan El. Seluruh masakannya sudah matang, tadi memang yang terakhir, ia sengaja menggoreng nugget karena kalau di goreng saat di awal, takutnya sudah tidak garing lagi.     

Dengan perlahan, Nusa mulai memindahkan piring-piring yang berisikan lauk dengan kedua tangannya ke atas meja makan yang kini sudah ada El yang menunggunya untuk menyantap makan malam bersama.     

"Kenapa kamu bisa bilang kalau aku anugerah?" tanya Nusa yang penasaran.     

Terakhir, Nusa melangkahkan kakinya ke arah kulkas untuk mengambil jus kemasan yang ada disana. Melangkankan kaki kembali untuk menghampiri El, lalu ia mendaratkan bokong tepat di hadapan cowok tersebut. Ia menampilkan senyuman yang terbaik sambil menuang jus tersebut di dua gelas yang tentu satu untuknya dan satu lagi untuk cowok yang saat ini ada di hadapannya.     

El menganggukkan kepala. Menatap Nusa yang baru selesai memasak, ia melihat peluh keringat kecil-kecil di kening cewek tersebut. Pada akhirnya, ia tentu memutuskan untuk keluar dari aplikasi game online, lalu menggeletakkan ponsel tersebut di atas meja karena ia ingin obrolan mereka tidak di hadirkan oleh benda pipih tersebut.     

"Iya lo itu anugerah tanpa lo sadari, iya kan? Bagi gue, lo itu kayak harta karun ciptaan gue yang tentu aja gue bersyukur karena akhirnya gue lah yang jadi milik lo." ucap El. Kali ini ia bukan sekedar ber-gombal klasik yang seperti biasa di lontarkan para cowok. Namun, di setiap perkataan yang kini ia sampaikan itu sangatlah tersimpan berbagai makna seberapa sayangnya ia pada cewek di seberangnya.     

Nusa lebih dulu menatap lekat kedua bola mata El, setelah itu ia tersenyum dengan sangatlah tulus. "Kayaknya yang harus berterima kasih pada Tuhan itu aku, deh, iya kan? Soalnya aku di kasih cowok yang paling sempurna dan melengkapi hidup. Walaupun pernah melewati suka dan duka, akhirnya kita bisa bareng-bareng." balasnya.     

Lihat, dulu Nusa yang polos, sekarang ternyata cewek itu sangat bisa bucin dengan orang kesayangannya yaitu El. Entahlah, pada El, menurut Nusa itu segalanya seperti berbeda. Mungkin hanya pendapatnya saja sih, atau memang benar?     

El membalas senyuman tersebut tidak kalah tulus dari Nusa. "Gue gak pernah bisa jelasin seberapa sayang gue, seberapa peduli gue, dan seberapa rasa tulus gue. Tapi gue yakim seratus persen, kalau diri lo bisa nilai semua itu dari perilaku gue ke lo, iya kan?" ucapnya.     

Nusa menganggukkan kepala dengan tegas, bahwa apa yang dikatakan oleh El, benar adanya. "Iya bener, aku bisa nilai kamu dari sifat kamu ke aku. Dan aku tebak sekarang, kamu sangat teramat mencintai dan menyayangi aku kan? Tidak ada yang bisa mengukur rasa sayang itu," ucapnya dengan nada bicara yang sangatlah riang.     

Mendengar jawaban Nusa membuat El terkekeh sambil menggelengkan kepalanya karena tidak habis pikir mengapa ia memiliki pacar yang sangat menggemaskan? Ya mungkin karena dirinya tampan, ya pasti itu benar.     

"Ya udah yuk makan malam, gue juga udah laper lagi. Namun Rehan balik, gue juga balik ke rumah, gak masalah kan?" ucap El yang lebih dulu memberitahu karena kalau mendadak itu takutnya Nusa malahan ngambek kepadanya karena sudah pulang saja.     

Nusa tentu menganggukkan kepala. Saat ini ia tengah menyendokkan nasi untuk El dan untuknya. Setelah satu posrsi nasi selesai, ia memberikannya kepada El. "Ayuk makan, aku juga laper. Ternyata makan mie di siang hari itu gak bikin menunda lapar di malam hari, ya?" ucapnya. Ia selesai menyendokkan satu porsi lagi, setelah itu diletakkan di hadapannya.     

"Ayo makan, kamu yang pimpin doa."     

Mereka mulai berdoa dengan El yang memimpin, berdoa di dalam hati agar setidaknya mereka merasa bersyukur karena masih bisa menikmati makanan, apalagi ini adalah makanan lezat bagi El yang di buatkan langsung oleh Nusa.     

"Jangan terlalu memuji masakan ku, El. Nanti takutnya aku sombong,"     

"Tentu tidak, kamu tidak sombong dan tidak akan pernah. Kamu tau sesuatu? Justru kalau kamu merasa hebat daripada sebelumnya karena pujian ku, asah semua kemampuan memasak kamu. Jadi, yang namanya sombong itu gak ada."     

Nusa menatap El dengan penuh kagum, lalu menggerakkan tangannya seperti memberikan hormat kepada cowok di hadapannya.     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.