Elbara : Melts The Coldest Heart

Rencana Refreshing



Rencana Refreshing

0Hari-hari telah berlalu, dan kini para murid di SMA adalah sudah merasa bebas dari segala hal yang berbau dengan ujian. Bahkan, kini mereka masuk sekolah dalam artian sudah bebas dari segala macam mata pelajaran yang ada. Kalaupun mereka masuk kelas, itu adalah bimbingan dari walikelas selaku untuk perundingan perpisahan nanti.     
0

kini banyak sekali murid murid yang keluar masuk kelas karena memang tidak ada jam mata pelajaran. Untung saja gedung antara kelas tiga SMA itu kan gedung kelas satu dan dua SMA di sekolah ini, memang diberikan jarak yang cukup agar kalau berhadapan dengan situasi seperti ini, Kelas satu dan dua masih bisa fokus kepada pelajaran mereka karena dijauhkan dari suara bising.     

"Ini fungsinya gua masuk sekolah apa, ya? Kalau di sekolah cuma main main aja kayak gini soalnya kita udah bebas dari semua mata pelajaran." Mario bertanya sambil mengajak Acak rambutnya, lalu ia menghembuskan nafas pertanda kalau dirinya bosan. " Haduh, kalau tahu kayak gini sih mendingan tadi gue nggak usah masuk aja deh." sambungnya, memang banyak mengeluh.     

mendengar Mario yang mengeluh membuat Reza menaikkan sebelah alisnya sambil menyenggol cowok tersebut. Ia sebelumnya juga memiliki pikiran yang sama dengan sahabatnya, namun sepertinya kali ini dia lebih memilih untuk tidak mengeluh. "Gue juga niatnya mau enggak masuk aja gitu soalnya kalau di sekolah gue tahu situasinya bakalan gabut kayak gini, kan? Tapi kan lo tahu sendiri pengumuman sekolah kemarin itu kayak gimana, katanya absen masih berjalan lancar dan kalau misalnya kita nggak masuk nanti di absen bolong-bolong dong absen kita."     

Mendengar jawaban Reza menjadikan usah terkaya kecil karena ia mendengar cowok tersebut yang mengatakan kalo absen mereka akan bolong bolong jika memang benar berniat untuk tidak masuk sekolah. "Masa absen bolong bolong? Maksud kamu absennya jadi alfa kali, iya kan?" Tanya nya yang seperti mengkoreksi, namun ia masih kecil karena Lucuk saja mengingat perkataan Reza.     

Menganggukan kepalanya, Reza juga terkait kecil karena Nusa yang tertawa seperti itu. "Nah iya maksud gue itu kayak gitu absennya bakalan alfa, kan sayang." ucapnya yang seolah membenarkan kembalu perkataan yang sebelumnya.     

Mario berdecih kecil. "Udah punya Priska tapi sayangnya sama absen, lemah." ucapnya dengan nada bicara yang memang sangatlah menjelngkelkan.     

Reza menatap Mario dengan sengit, bagaimana ia tidak merasa kesal kalau memiliki sahabat yang seperti itu? "Gila, bukan rasa sayang yang meliputi perasaan cinta. Maksud gue tuh kayak sia-sia aja absen udah bersih malah di kotorin di akhir-akhir sekolah." ucapnya yang melakukan pembenaran lagi.     

El pun hanya menyimak, ia tengah menikmati semangkuk bakso karena memang saat ini mereka sedang berada di kantin. "Lo berdua ngeluh terus, berantem, adu mulut, mendingan makan tuh makanan lo berdua." ucapnya yang seperti menengahi. Kalau tidak sedang makan sih boleh saja bertengkar, tapi ini kan lagi makan yang alangkah baiknya diam dulu.     

Nusa terkekeh kecil, ia tengah memakan seblak dengan rasa pedas yang sedang karena ia tidak ingin terlalu pedas, takutnya nanti perutnya sakit. "Oh ya, kira-kita kita bakalan perpisahan kemana?" tanyanya sambil menyeruput kuah seblak di sendoknya dengan nikmat.     

Seumur umur, yang paling dinantikan oleh Nusa saat bersekolah adalah perpisahan yang selalu diadakan jika memang ingin beranjak ke kelulusan. Ia selalu berpartisipasi dalam setiap perpisahan sekolah, ke mana pun itu.     

"Enggak tahu deh, katanya sih masih di rahasiain soalnya kan perpisahan juga masih lumayan lama ya? Kayaknya masih seminggu lagi, dan katanya nanti sih bakalan diumumin mau ke mana nya." Yang membalas adalah Reza karena jika El yang membalas, pasalnya saat ini cowok tersebut sedang mengunyah bakso.     

Mario menghala nafas, lalu ia menopang kepala dengan tangan yang ditaruh di meja. "Tadinya sih kita di janjiin mau ke Bali, gue dengar kabar burung dari banyak murid sih pada bilang kayak gini. Tapi sih gue nggak yakin ya kalau kita bakalan ke Bali," ucapnya menjawab pertanyaan Nusa namun ia juga masih ragu dengan jawabannya sendiri.     

"Bali? Wah kayaknya seru, aku belum pernah kesana sama sekali." ucap Nusa dengan bola mata yang berbinar. Untung saja, dirinya yang tiba-tiba berubah ceria ini tidak menjadikannya tersedak dengan kuah seblak yang baru ia masukkan ke dalam mulutnya.     

El yang melihat itu pun memberikan Nusa minum, bahkan membantu cewek tersebut untuk minum. "Untungnya kamu gak tersedak. Kalau tersedak, bayangin gimana perihnya." ucapnya yang terlihat khawatir walaupun ia tau kalau pacarnya tidak kenapa-napa.     

Merasa cukup dengan minum yang di berikan oleh El, Nusa memundurkan gelas sehingga cowok tersebut bisa menaruh kembali ke atas meja.     

"Kamu tau kita perpisahan bakalan kemana?" tanya Nusa kepada El sambil mengerjapkan kedua bola mata dengan sangatlah polos.     

Reza dan Mario serempak menganggukkan kepalanya.     

"Nah iya, gak kepikiran kalau boss-nya deket sama kita. Kasih bocoran kali El," ucap Reza dengan santai sambil menaik turunkan kedua alisnya.     

El yang mendengar ucapan rasa dan Mario yang seperti itu, menjadikan dirinya berdeham kecil. "Lo nanya perpisahan sama gue? Gue aja yang cucunya pemilik sekolah nggak tau bakalan kemana perpisahannya, dan sekarang lu nanya ke gue, terus gue nanya ke siapa?" balasnya dengan nada bicara yang memang ia tidak tahu, pada kenyataannya pun ia memang tidak diberikan informasi bocoran kepada keluarganya mengenai ke mana akan membawa para murid pada kelulusan tahun ini.     

"Iya nanya lah sama keluarga lo, kali aja lo dikasih bocoran, kan?" ucap Mario yang sepertinya masih berusaha untuk mendapatkan jawaban ke mana mereka akan pergi pada kelulusan sekolah, karena itu ada hal yang paling di tunggu-tunggu oleh para murid yang sekaligus berniat untuk refreshing setelah kegiatan ujian yang terus menerus di adakan.     

El memilih untuk berhenti makan lebih dulu, kini yang menyandarkan punggungnya di kepala kursi. "Lo pikir mentang mentang gue cucunya anak yang punya sekolahan, gue tahu segala informasi, gitu? Gue sama sekali nggak tahu ke mana kita bakalan pergi pas perpisahan, yang kayaknya emang di rahasiain deh."     

Nusa hanya terdiam saja, memilih untuk tidak terlalu memaksakan El yang sepertinya memang tidak tahu menau mengenai hal ini.     

"Nanti kalau udah hari Minggu, kita main yuk, berempat?" ucap Nusa yang mengajak ketiga cowok tersebut untuk pergi.     

Mendengar apa yang dikatakan nusa, menjadikan Mario menaikkan sebelah alisnya. "Main? Gue sih mau aja ya Nusa, tapi kan keadaannya lo sama El itu kan pacaran ya. Jadi, gue jomblo abadi dan Reza pasti juga gak ngajak Priska. Dan artinya apa? Gue nemeninn orang pacaran, gitu?" ucap yang sedikit menanyakan tentang koreksian aja kan nusa, karena dirinya merasa kalau ia lagi dan lagi menjadi nyamuk diantara orang yang berpacaran.     

Nusa Terkekeh dengan apa yang dikatakan oleh Mario. "Ya udah kalian berdua juga bawa aja cewek kalo nggak Reza bahwa please kak, dan Mario ajak aja Alvira biar sekalian kita jalan jalan bareng." ucapnya yang akhirnya memberikan usulan serta solusi yang setidaknya dapat berguna.     

Reza yang mendengar itu pun menggelengkan kepalanya dengan tegas, ia tentu saja tidak setuju jika mengajak Priska. Alangkah lebih baik nya, ia sendiri saja dan tidak masalah menikmati sifat bucin El bersama dengan Nusa. "Nggak, gue nggak mau mengajak dia. Lagipula kan gue udah sering habiskan waktu bersama sama Priska, jadi ini giliran gue nggak bisa waktu sama kalian." ucapnya yang tentu saja beralibi supaya Priska tidak ikut dan mengatakan alasan lainnya, namun ia memiliki alasan yang sesuai dengan kenyataan dan bukan memilih kebohongan.     

Mario kali ini tidak mengejek Reza, karena ia tahu kalau sahabatnya itu sudah sangat risih dengan Priska. Ia juga setuju dengan apa yang dikatakan Reza kalau Friska kemungkinan tidak usah ikut, karena ia juga ikut emosi kalau ada cewek tersebut.     

Perkataan Reza ada benarnya juga, dan Nusa pada akhirnya menganggukan kepala ikutan setuju dengan apa yang dikatakan oleh tersebut. "Iya sih benar juga, ya udah kalo itu mau kamu. Tapi tetap bilang sama Fais kak, takutnya nanti dia kembali membenci aku." ucapnya dengan nada bicara yang sepertinya memiliki arti tersendiri.     

El, Reza, dan Mario pun paham dengan apa yang dikatakan oleh Nusa. Dipikiran mereka saat ini sudah merasa puas dengan apa yang mereka lakukan yang tentu saja secara tidak langsung sudah membantu keresahan Nusa yang masih dapat dirasakan hingga saat ini. Tentu saja masih bisa dirasakan, bagaimana bisa seorang korban yang mengalami tindakan kekerasan akan tetap merasa tenang? Apalagi, Nusa memaafkan sang pelaku dengan sangat mudahnya. Dan dia, orang orang tidak tahu siapa yang melakukan hal itu padanya sehingga pelaku tersebut masih bisa melakukan hal yang sama yang mungkin akan terulang jika memang hatinya masih busuk dan jaahat.     

"Ya udah, emangnya kamu mau mengajak kita ke mana?" tanya El yang memilih untuk langsung mengubah topik pembicaraan daripada Nusa terlihat sangat sedang mengingat masa lalu yang mungkin membuat saat ini masih terpuruk.     

Nusa mengusap dahinya dengan perlahan, ia pun masih bingung tujuannya ingin ke mana. Tapi yang pasti ia mengajak mereka bertiga terlebih dahulu, jika pada hari H nanti takutnya mereka memiliki rencana lain. "Gak tau," balasnya sambil cengengesan, menggaruk tengkuknya yang tidak terasa gatal.     

Mendengar itu, El, Reza, dan Mario pun langsung terkekeh. Tak dapat di pungkiri jika Nusa memang menggemaskan. Sayangnya, cewek tersebut hanya tipe El dan bukannya tipe Reza ataupun Mario.     

"Ya udah, ke puncak aja. Spot fotonya kan bagus tuh, perkebunan teh, bikin mata seger." ucap Reza yang akhirnya mengusulkan.     

El dan Mario menganggukkan kepala, setuju.     

"Nah boleh tuh, besok kita gas ke Puncak aja. Gimana, Sa?" tanya Mario yang lebih dulu meminta persetujuan Nusa yang tampaknya tengah menyimak dengan sangat serius.     

Nusa menganggukkan kepala sambil tersenyum. "Yeay, ayo, boleh kok!"     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.