Elbara : Melts The Coldest Heart

Memilih Untuk Menolak Tawaran



Memilih Untuk Menolak Tawaran

Priska mengibaskan rambutnya karena saat ini ia sedang berada di toilet cewek sambil menatap wajahnya di cermin, ia juga membawa sisir, peralatan make up yang di pakai masih terlihat natural.     

"Udah sih Ka, lo ngapain touch-up make up? Kan udah dempul, nanti malah di jadiin bahan omongan." ceplos Nika yang mengernyit aneh. Padahal, make-up Priska itu tidak luntur sama sekali, namun tetap saja sahabatnya itu kembali mempercantik wajah.     

Priska yang mendengar perkataan Nika pun hanya mengangkat kedua bahunya seolah ia tidak peduli, baginya touch-up make up adalah hal yang paling penting karena ia tidak suka jika wajahnya terlihat sedikit pucat, seperti saat ini. "Emang kenapa? Gue cuma mau tambahin bedak dikit, sama lipbalm di bibir gue doang kok. Udah itu aja, emangnya berlebihan, ya?" tanyanya sambil mengerjapkan kedua bola mata, karena menurutnya itu adalah hal yang wajar.     

Disty pun menolehkan kepala ke arah Priska. "Ya udah pake sesuka lo, gue juga nih barusan pakai liptint." ucapnya yang sambil menunjukkan liptint kecil di tangannya ke hadapan Priska dan juga Nika, setelah itu menaruh benda kecil pemerah bibir itu di saku seragamnya.     

Mendengus dengan apa yang dilakukan oleh Disty, menjadikan Nika kini menyandarkan tubuhnya di dinding. Ia suka make-up juga, sama seperti kedua temannya. Namun, jika ia merasa sapuan make-up di permukaan wajahnya masih sempurna, ya ia tidak akan menambahkannya karena membuat wajah menjadi dempul.     

"Yah Nika gak asik, tuh kayaknya bedak lo luntur."     

"Iya tuh, lo kan juga pakai lipstick, ilang tuh kayaknya."     

"Butuh touch-up lagi, cepetan."     

Mendengar ucapan Priska dan Disty yang bergantian seperti itu menjadikan Nika mendengus kecil. "Ya udah, minta lipbalm Priska aja." ucapnya yang mau tidak mau menyetujui.     

Priska pun dengan refleks mengatakan 'yes!' karena pada akhirnya Nika setuju untuk touch-up. Memang cewek satu itu yang paling sulit untuk di bujuk, namun pada akhirnya menyerah juga dan kini ingin ikutan.     

Sebenarnya Friska ingin sekali menyampaikan Reza yang sudah pasti kini berada di kantin. Memangnya ke mana lagi tujuan cowok tersebut selain ke kantin? Apalagi memiliki teman seperti Mario yang mudah sekali lapar, pasti Reza akan ikut ke mana sahabatnya pergi.     

Namun, ia merasa kalau akhir akhir ini Reza seperti risih dengan kehadirannya yang memang selalu mengikuti ke mana cowo itu pergi.     

Entah ini karena Priska yang terlalu berlebihan, atau memang sebenarnya ia tidak ingin kehilangan Reza seperti ia kehilangan El. Namun yang pasti, terlihat sekali sifat Reza yang berubah ubah. Terkadang merasa kesal dengan nya, kadang juga bertingkah manis, namun sepertinya perasaan kesal kepadanya itu jauh lebih besar jika dibandingkan dengan sebelumnya saat berpacaran dengannya.     

Jadi, Friska memutuskan untuk menahan diri supaya tidak menghampiri Reza hanya untuk waktu ini saja. Tidak tahu kalau nanti, mungkin dia akan kembali menghampiri cowok tersebut supaya terlihat kalau mereka baik baik saja. Padahal, selama berpacaran dengan Reza, Priska merasa kalau ia lebih banyak menelan pil pahit yang menyesakkan hati.     

"Ini gue disuruh lo berdua, ia? Kalau semisalnya nanti gue ditegor, gue bakal selain lo berdua ya?" ucap Nika yang tiba-tiba, saat ini cewek tersebut sudah selesai memakai lip balm di permukaan bibir.     

Mendengar Nika yang berbicara seperti itu, menjadikan Disty memutar kedua bola matanya. "Nggak bakalan ditegor lah, kalau semisalnya ditegor ya kita bakalan ngadepin sama sama. Nggak cuma lo doang pasti yang disalahin, gue sama Friska bakalan kena juga." ucapnya dengan nada bicara yang santai.     

Memang dari dulu, teguran bukanlah hal yang merepotkan bagi mereka bertiga. Bahkan mereka memang sering mendapatkan teguran untuk hal hal yang menurut mereka sepele namun menurut pihak sekolah itu adalah pelanggaran.     

Mulai dari teguran tentang baju mereka yang ketat, rok mereka yang berada di atas lutut, juga mereka pernah mendapatkan kasus mengecat rambut dan ketahuan oleh salah satu guru.     

"Lo tumben banget nih nggak ketemuan sama Reza? Biasanya menempel terus kulit bulu, lagi marahan apa gimana?" Tiba tiba saja, Disty menanyakan hal ini. Ia melihat ke arah Priska yang saat ini tengah menyisir rambutnya. Sepertinya, sahabatnya itu memang sangat mementingkan penampilan yang padahal penampilannya sudah sempurna.     

Priska meringis kecil, lalu ia meletakkan sisirnya kembali masuk ke dalam dompet siang memang berisikan peralatan khusus make-up. "Ya lo pikir aja deh sendiri, kan Reza juga punya kehidupan selain sama gue. Jadi, gue harus ngertiin dia karena dia kan emang sebelumnya lebih sering sama El dan Mario. Gue juga udah puas kau berdua-duaan terus sama dia, jadi gue nggak perlu samperin dia lagi untuk yang kesekian kalinya."     

Iya, benar sekali. Setiap Riska ingin menemui Reza, ia duluan yang menghampiri coba tersebut. Yang pada dasarnya ya, seharusnya seorang cowok lah yang menemui lebih dulu, namun ini adalah ceweknya yang selalu bergerak supaya bisa ketemu dan berduaan seperti pasangan lainnya.     

Terkadang memang cukup iri dengan pasangan lain, bukan hanya iri kepada El dan Nusa, namun seluruh pasangan di dunia ini.     

"Udah lah, ngapain juga jadinya bahas hubungan gue sama Reza? Mendingan, kita bicarakan aja hari Minggu kita bakal shopping ke mall, oke? Gue yang traktir, tapi lo berdua juga harus sadar diri jangan minta yang terlalu mahal."     

…     

Kini, Disty dan Nika meminta waktu berdua untuk berbicara satu sama lain kepada Priska dengan alasan kalau mereka ingin membuat sesuatu yang sempurna untuk hubungan Priska dan juga Reza. Ia seperti menjanjikan perundingan sebagai saran, tapi Priska tidak boleh tahu lebih dulu.     

Yang pada kenyataannya, sebenarnya mereka berdua ingin menyalurkan suara masing masing yang memang hanya ditugaskan untuk mereka berdua saja. Ya, mereka akan membicarakan tentang pengungkapan Priska yang dijanjikan oleh Reza, El, Mario untuk mengamankan mereka dari segala tuduhan.     

"Menurut lo, apa yang kita lakuin ini udah bener apa belum sih?" tanya Disty pada akhirnya sambil menatap Nika dengan sorot mata yang lekat.     

Mendengar pertanyaan Disty yang memang satu pemikiran dengannya menjadikan Nika mengerjapkan kedua bola matanya. "Gue juga gak tau. Lo denger gak tadi? Priska masih baik banget sama kita walaupun kita udah ngelakuin tindak kejahatan, dia masih sama ke kita kayak dulu." ucapnya, ia sudah menyiapkan hati untuk menepis dulu perilakunya yang lemot untuk pembahasan satu ini.     

Disty juga merasakan hal yang serupa dengan apa yang mereka rasakan, ia juga dapat menangkap kalau Priska masih sangat peduli dengan mereka berdua.     

Dan dia, namun apa yang mereka perbuat? Mereka malah seperti penghianat kecil yang sangat jaahat untuk menjatuhkan sahabatnya sendiri, bahkan ia berlindung dibalik orang lain yang menawarkan keuntungan pada mereka berdua. Juga, Priska tentu saja tidak mengetahui hal ini. Kalau semisalnya cewek tersebut tahu, sudah dapat dipastikan kalau sahabat mereka berdua itu akan merasa sangat kecewa kepada mereka.     

Sependapat, nikah pun kini menghala nafas nya. Ia menyandarkan tubuhnya di dinding lalu menyilangkan kedua tangan di depan dada ya. "Gue kalau kayak gini, jadinya kaya gue yang jaahat banget sama Priska. Kita ngelakuin kejahatan bareng bareng, tapi gue sama lo yang nggak mau terima konsekuensi nya. Dan kalau semisalnya ini semua terungkap, berarti Priska menanggung semuanya sendiri, iya kan?" ucapnya yang memang mengambil dari kenyataan.     

Disty merenung untuk beberapa menit, ia juga memiliki pikiran sama dengan Nika. Rasanya, ia menjadi manusia paling jahat di dunia, lagi pula seharusnya itu mereka jika memang nantinya akan mendapatkan hukuman akibat tindakan kejahatan yang pernah mereka lakukan karena memperlakukan Nusa dengan tidak baik, mereka akan tetap bersama sama dan menyelesaikan nya juga berbarengngan. Bukannya seperti ini, yang seperti mereka tengah mencari cara aman, namun meninggalkan bahkan mengorbankan Priska.     

"Kalau kita berhenti, udah terlanjur banget. Belum lagi kan kita udah buat perjanjian sama El and the genk, kalau kita batalin gitu aja bukannya sama aja ya kita kayak bunuh diri? Lagi pula dari awal, gue sebenarnya mengira kalau Priska udah menutup diri dari kita soalnya apa apa nggak cerita, iya kan? Lo tahu sendiri pas dia lagi gila sama El, dan menyembunyikan banyak rahasia bahkan sampai buat El celaka karena dia meminta bantuan Bian." ucap Disty panjang lebar yang memgatakan kalau ini adalah alasannya yang pada akhirnya setuju untuk mengungkap kejahatan Priska.     

Disty lebih dulu mengambil nafas, lalu memberikannya dengan perlahan. Ia mempersiapkan tenggorokannya yang malah terasa mengering karena berbicara panjang kali lebar. "Ini awalnya juga salah gue, karena main setuju setuju aja sama apa yang dibilang Reza. Iya gue pikir sih lama-kelamaan Priska emang semakin gila dengan obsesinya kepada El. Bayangkan aja, dia sampai mencelakakan El dan minta bantuan musuh dari cowok itu."     

Nika juga menganggukkan kepala ya. Di satu sisi Priska masih baik kepada mereka berdua, namun disisi lain ada sifat Priska yang tidak mengenakan untuk mereka. "Gimana, ya? Kita berenti aja dari perjanjian sama El and the genk. Gak apa-apa kalau buktinya udah di tangan mereka, kita jangan jadiin Priska kayak tumbal yang padahal kita herdua juga ikutan ngelakuin kejahatan." ucapnya yang kali ini memutuskan sambil menganggukkan kepala kalau apa yang dikatakannya serius.     

Permasalahan ya Disty tentu saja takut dengan hukuman, namun memang benar setiap tindakan pasti selalu memiliki konsekuensi yang berat. "Ya udah, tapi nanti kalau Priska marah, gimana?" tanyanya.     

"Ya jangan bilang ke dia tentang itu, lah." balas Nika yang menjawab sesuai dengan keseharusannya.     

Disty menaikkan sebelah alisnya. "Tapi kan semua bukti udah ada di mereka, itu gimana?" tanyanya yang seperti sudah tersesat dengan pemikirannya sendiri saat ini.     

"Ya udah kalau bukti di tangan mereka, bilang aja kalau tas yang di pakai buat nyimpen record CCTV gak sengaja kebawa sama lo. Terus gak tau kalau ternyata ada di mereka, beres kan?"     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.