Elbara : Melts The Coldest Heart

Membatalkan Perjanjian



Membatalkan Perjanjian

0"Kita mau ada omongan nih sama lo."     
0

Pada saat pulang sekolah yang akhirnya mereka dipulangkan dengan cepat daripada jadwal kepulangan yang biasanya, kini Diaty dan Nika memutuskan untuk mengobrol langsung dengan El, Reza, dan Mario. Mereka akan menjelaskan semuanya tentang apa yang mereka rasakan, juga perilaku mereka yang terlihat tamak demi mendapatkan kebebasan dari apa yang sebenarnya mereka tidak pertanggungjawabkan.     

Saat mendengar perkataan Diaty yang memulai obrolan diantara mereka, El sempat menaikkan sebelah alisnya. Karena, ia dan juga kedua sahabatnya sudah menawarkan keuntungan yang cukup besar untuk melindungi Disty dan Nika dari segala macam tuduhan.     

"Kenapa lo tiba tiba jadi nanyakan ini? Kemarin lo sepakat kan sama perjanjian yang kita buat, terus sekarang lo berubah pikiran. Kenapa?" tanya Reza yang sepertinya langsung mengambil alih karena sepertinya El malas untuk menanggapi hal yang seperti ini. Namun ia tahu, kalau sahabatnya itu menyimak dengan baik. Dan kemungkinan besar, akan memberikan simpulan di pertengahan obrolan.     

Nika menghembuskan nafasnya, sepertinya ia juga harus ikut berbicara untuk masalah ini. Karena, sudah lama ya diam diam saja ya walaupun memang iya lemot dan menyebalkan, namun bukan berarti ia sama sekali tidak mengerti dengan situasi yang seperti ini. "Gue cuma mau bilang aja, Kan lo udah pada punya buktikan tentang kejahatan gue, Disty, dan Priska? Nah itu lo simpan aja semua buktinya, anggap aja gue menyerahkan diri lebih dulu dan lo yang bakalan ungkap kejahatan kita." ucapnya dengan nada bicara yang serius.     

Sebelumnya, marius nggak tahu kalo nikah sangat tertutup mengenai masalah masalah yang dilakukan sesuai dengan rencana Riska. Namun untuk kali ini, ia merasa salut dengan cewek tersebut karena bisa speak up tentang masalah ini sesuai apa yang menjadi keputusan mereka. Yang pada dasarnya, seorang nikah itu lebih suka bermain ponsel saat tengah membicarakan sesuatu, tapi kali ini berbeda.     

"Lo serius sama keputusan ini? Maksud gue, kan ini keinginan lo dari awal yang mau mengungkap kejahatan Friska, iya kan? Terus kenapa sekarang jadi berubah?" Kalau tidak Kepo, bukan Mario namanya.     

Disti meringis kecil sambil mengusap lengan dengan kedua tangannya, ia merasa kalau ini memang keputusan tepat. "Lo tahu sendiri kan kalau semisalnya semua ini Priska lakuin berdua sama gue dan Nika. Jadi, gue ngerasaa aneh aja kalau semisalnya gue bikin kesepakatan sama lo bertiga buat ngejatuhin atau seolah olah menumbalkan Priska buat keselamatan diri gue sendiri gitu."     

"Mungkin kemarin kemarin tingkah Priska emang pernah berubah kita berdua, sampai mungkin kita kehasut sama pikiran sendiri yang jelek makanya kita ingin keuntungan tersendiri buat diri kita. Tapi pas tadi gue denger secara langsung, kalau Priska mau mengajak jalan gue sama Disty, di situ gue mikir kalau Priska masih sahabat gue yang dulu. Bedanya, ia terlalu terobsesi sama El makanya dia sedikit jadi gila cinta." ucap Nika yang menjelaskan panjang lebar supaya tidak ada pembicaraan apapun lagi.     

Setelah berkata seperti itu, setidaknya mereka sudah merasa lega dengan apa yang bersarang di hatinya daripada kepikiraan terus menerus. Ia segera meraih tangan Disty, lalu mengajak sahabatnya itu pergi dari hadapan ketiga cowok yang kini menatap kepergian mereka.     

"Dih kok langsung pergi?" tanya Disty sambil mengerjapkan kedua bola mata karena menurutnya belum selesai berbicara dengan El, Reza, dan Mario. Namun, walaupun bertanya seperti ini, tentu saja tidak melepaskan tangan yang kini di tarik oleh sahabatnya.     

Nika mendengus, setelah itu memutar kedua bola matanya. "Ya menurut gue udah selesai, lagian juga mau ngomongin apa lagi sama mereka? Yang penting sekarang kita pura-pura nggak tahu tentang semua barang bukti ya udah kita kasih kau di tiga cowo itu, oke?" balasnya.     

Pada akhirnya pun Disty pasrah saja. Ia tidak berkomentar apapun lagi, karena lagi-lagi mereka mengambil alasan untuk ketoilet kepada Priska yang padahal mereka membicarakan hal ini kepada El and the genk.     

"Nah kan kalau semisalnya udah di ungkapin begini tuh perasaan jadinya lega, lo ngerasa atau biasa aja nih, Dis?"     

"Iya, gue ngerasa lega kok. Kalaupun emang nantinya kita dapet hukuman berat, gue terima lapang dada kok."     

Mereka memang menyesal karena telah memperlakukan Musa dengan sangat Rama tidak baik, bahkan memang sudah hampir mencelakakan cewek tersebut. Namun, ia juga tidak bisa lari dari masalah begitu saja.     

Memang benar, apa yang berani untuk dilakukan pasti juga berani untuk bertanggung jawab dengan segala konsekuensi yang akan terjadi, dan kini, mereka berdua akan berusaha bertanggung jawab dengan semua hal yang terjadi akibat ulah mereka, dan kali ini tidak ada lagi perjanjian yang menyelamatkan mereka dan mengorbankan satu orang sahabat mereka.     

"Gue bahkan juga siap kalau semisalnya Priska tau kalau kita yang bocorin semua bukti bahkan juga ngasih semua buktinya ke mereka."     

…     

"Itu mereka serius mau nyerahin diri gitu aja?" tanya Mario yang merasa aneh. Namun di sisi lain, ini keuntungan juga sih bagi mereka karena tidak perlu repot-repot untuk melindungi Disty dan Nika.     

Reza menaikkan kedua bahu, merasa tidak tau-menau mengenai hal itu. "Kayaknya sih beneran dah, soalnya gue liat-liat sih kan dari dulu persahabatan mereka emang kuat. Satu bikin masalah, yang dua ikutin bantu mewujudkan masalah." ucapnya.     

El menatap ke arah Reza, sepertinya ia ingin mengajukan pertanyaan lebih dulu untuk cowok tersebut sebelum ke parkiran. "Lo pas semenjak sama Priska gimana? Dia nunjukin perubahan atau gimana?" tanyanya yang penasaran.     

"Ya berubah sih. Dia nurut banget sama semua omongan gue, bahkan dominan bisa bucinin gue layaknya emang pacaran yang sangat sayang sama pasangannya." balas Reza sambil mengingat-ingat, ia memutar beberapa kejadian di memori kepalanya.     

El menganggukkan kepala dengan perlahan. "Iya sih keliatan banget perubahannya sama lo, malah keliatan juga kayak sad girl." balasnya.     

Mario terkekeh kecil, lalu mengaduh. "Haduh… kasian juga ya kalau Priska tau kalau perasaan tuh cewek cuma mainan bagi Reza." ucapnya yang merasa kalau di posisi Reza, mungkin ia merasa jahat dengan perilakunya.     

Reza menaikkan kedua bahu, merasa tidak ingin terlalu mengambil pusing yang nantinya malah menyebabkan hatinya merasa bersalah dengan Priska karwna perlakuannya yang busuk seperti memakai topeng kebahagiaan.     

…     

Musa tengah menunggu kedatangan El di parkiran. Kini dia berada di dalam mobil karena cowoknya itu yang memberikan kunci mobil padanya supaya ia bisa menunggu di dalam mobil karena cuaca hari ini cukup panas.     

Tentu saja ia berada satu mobil dengan Alvira, namun cewek itu saat ini duduk di jok belakang. Ini semua karena permintaan Alvira yang ingin duduk di sana daripada duduk di samping El yang di mana cowok tersebut akan mengemudi. Alvira berkata, lebih baik jika Nusa yang bernotabene adalah pacar kakaknya untuk duduk disamping El karena itu terlihat jauh lebih cocok.     

"Ini orang orang pada ke mana sih? Ditungguin dari tadi nggak muncul muncul, katanya pengen ngomong sama si Disty tapi kok nggak balik-balik ke sini." ucap Alvira yang mulai protes karena ia bosan menunggu terlalu lama. Jika sekiranya mereka pulang dari tadi, mungkin saat ini ia sudah sampai di rumah dan mendaratkan tubuh di kasur empuk-nya untuk beristirahat.     

Nusa sama bosannya dengan Alvira, bahkan saat ini ia ikutan mendengus kecil karena memang sudah hampir 10 menit menunggu kedatangan mereka bertiga namun belum juga kembali. "Emangnya tadi izin ke kamunya gimana? Soalnya tadi kan El izin ke aku katanya cuma mau ngomong sama Reza dan Mario, terus aku nggak nanya lebih karena kali aja emang itu privasi." ucapnya yang pada akhirnya memunculkan pembicaraan di antara mereka karena sebelumnya saling bungkam satu sama lain.     

"Enggak tahu, kak. Tadi sih izin sama aku katanya mau ngomong sama Disty terus perihal ada hal yang penting gitu, tapi aku nggak tahu apa yang mereka bicarakan."     

"Oalah mungkin tentang Reza dan Priska kali ya?"     

"Gak tau juga Kak, tapi sih kayaknya iya. Aku lihat-lihat mereka berdua kayak jauhan gitu. Gak tau Kak Reza yang mulai beda, atau sebaliknya."     

Nusa menganggukkan kepala, jujur saja kalau ia juga merasakan hal yang serupa dengan apa yang dikatakan oleh Alvira mengenai Reza yang terlihat berubah. "Iya aku juga ngerasa kok kalau Reza keliatan beda banget. Atau emang ada hal yang gak aku tau ya? Atau El, Reza, dan Mario nyembunyiin sesuatu dari aku?"     

Padahal Alvira sudah tau segalanya, ia telah di ceritakan dengan sangat rinci tentang apa yang terjadi dengan Nusa yang disebabkan oleh Priska. Bahkan, ia tau kalau…. Reza hanya berpura-pura memacari Priska. Saat ia tau hal ini, hatinya seolah bersiap-siap. Ia seakan menemukan jawaban mengenai Reza yang menuruhnya untuk menunggu dan tidak beranjak pergi.     

Menghadirkan perasaan yang sebelumnya Alvira sudah memutuskan untuk berhenti, bahkan membuat perasaannya kepada Reza seperti memiliki kepastian yang ia tunggu-tunggu selama ini. Namun di lubuk hatinya, ia juga membayangkan bagaimana sakitnya ada di posisi Priska. Jadi walaupun ia senang karena telah mengetahui kebenaran itu, ia lebih memilih untuk pura-pura tidak menampilkan rasa bahagia itu.     

"Rahasia? Aku pikir-pikir kayaknya mereka gak nyembunyiin apa-apa kok, Kak. Kakak mah tenang aja, gak usah pikirin aneh-aneh. Lagipula kan Kak Bara ketemu sama Disty itu gak sendiri, ada Kak Reza dan Kak Mario juga." ucapnya yang membantu untuk menghadirkan pemikiran positif yang telah dikatakan El kepadanya jika Nusa bertanya ini dan itu.     

Nusa menganggukkan kepala, setuju dengan apa yang dikatakan oleh Priska. Karena pasalnya, kalau semisalnya El ingin bertindak aneh-aneh di belakangnya juga tidak akan meminta izin kepadanya, benar bukan?     

"Iya kamu bener juga, ya udah tunggu aja dulu kali ya. Palingan lima menit lagi mereka udah sampai ke mobil, dan kita pulang deh."     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.