Elbara : Melts The Coldest Heart

Reza dan Alvira Kembali



Reza dan Alvira Kembali

0"Tiap hari gue nungguin lo berdua BAB terus, kapan sudahnya?"     
0

Priska yang melihat Disty dan Nika yang baru masuk ke dalam mobil setelah sekian dua belas menit lamanya, melirik sang sahabat dengan cukup tajam. Ia mendengus, lalu menyilangkan tangan di depan dada.     

Seperti sebelumnya yang Disty saat ini mendaratkan bokong di jok mobil yang berada tepat di samping Priska yang memang mengemudi. "Nah ini kan sekarang kita udah di dalam mobil lo, ya sorry banget nih jadinya lo nunggu kelamaan. Daripada BAB di mall, malu." balasnya sambil meringis kecil, merasa tidak enak.     

Mendengar jawaban Disty, membuat Nika menganggukkan kepalanya juga setuju dengan apa yang dikatakan oleh sahabatnya yang satu itu. "Nah bener tuh sama apa yang di bilang Disty, kalau sakit perut mau BAB di tahan, nanti malahan gak baik juga." balasnya. Ia selalu suka duduk di jok belakang karena leluasa dan bisa menaikkan kaki ke atas jok untuk di selonjorkan.     

"Iya juga sih, kalau lo BAB di mall, gue ogah nungguin." ucap Priska sambil mendengus. Membayangkan seberapa lama ia menunggu seseorang di toilet mall yang berarti itu adalah toilet umum, pasti sangat enggan ia menunggu dengan durasi lama seperti ini.     

Pada akhirnya, Priska pun memilih untuk mengembalikan kedua tangan yang tadinya terlipat di depan dada untuk memakai seatbelt sebagai alat pengaman tubuh di mobil. "Ya udah cepetan pakai seatbelt lo, kita mau on the way ke mall." ucapnya yang meneritahukan Disty karena setiap orang yang duduk di jok mobil bagian depan, si haruskan untuk memakai sabuk pengaman.     

Beruntung, mereka ke sekolah selalu membawa jaket yang bisa menutupi seragam bagian atasnya. Kalau rok sih, rok hari ini yang mereka pakai adalah rok selutut, jadi tidak terlalu menarik perhatian kalau mereka anak sekolahan. Terlebih lagi, yang mereka pakai bukanlah tas punggung, melainkan tas jinjing yang dilatakkan pada salah satu bahu. Jadi, tidak terlalu mencolok terlihat seperti anak sekolahan.     

Mendengar itu pun tentu saja Disty bergegar untuk memasang seat belt pada tubuhnya, setelah itu tersenyum dengan sangatlah manis. "Yuk gas ngeng, kita ke mall, let's go!" ucapnya.     

Nika pun kini sudah bersantai, ia tidak melupakan untuk melepaskan sepatu kala menaikkan kaki untuk di luruskan pada jok mobil. "Ayo gue juga udah laper nih, mau makan udon, kalian mau gak?" ucapnya yang sambil mengusulkan kemauan makanan yang ingin ia santap.     

Mendengar apa yang dikatakan oleh Nika pun menjadikan Priska menganggukkan kepala karena merasa setuju dengan apa yang dikatakan oleh sahabatnya yang satu itu. "Ya udah ayo, kayaknya enak sih ya apalagi pilihan topping-nya yang enak-enak." balasnya sambil mengemudikan mobil keluar dari halaman pekarangan sekolah.     

"Iya, gue ngikut aja. Tapi kayaknya tuh enak sushi juga sih," ucap Disty yang menambahkan saran.     

Nika tentu saja memang selalu setuju. Sudah di katakan kalau dirinya seperti predikat Mario dalam versi cewek. "Iya gue juga mau, sushi terus pakai wasabi, juara banget."     

"Wasabi? Ih, gue gak suka." ucap Disty yang mengulang satu kata yang disebutkan oleh Nika, bahkan ia mengernyit karena memang tidak merasa suka.     

Priska terkekeh kecil. "Ya udah, kan selera orang itu semuanya beda-beda. Ya kalau lo suka wasabi, makan. Ya kalau gak, cukup pakai kecap asin aja." ucapnya yang menengahi.     

Mereka sudah lama tidak menongkrong ke mall. Apalagi semenjak diadakan ujian yang membuat kepala mereka terasa pening, ingin refreshing saat masih ujian pun rasanya resah karena untuk apa melepaskan penat di saat hari esoknya masih diadakan ujian?     

"Gila, setelah sekian lama jadi kayak kutu buku, akhirnya bisa hangout juga ke mall." ucap Disty yang memberikan tanggapan sambil menghembuskan napasnya dengan perlahan.     

"Sekian lama ya bener akhirnya kita ada disini, lagi on the way mau menuju lokasi hangout." Tambah Nika dengan senyuman yang mengembang.     

Ini adalah hal yang mereka tunggu-tunggu sejak kemarin. Dan ya, akhirnya terbayar juga. Mengingat hal ini, menjadikan Priska menghembuskan napas dengan perlahan. Ia sampai saat ini belum menghubungi Reza, dan kenyataannya apa? Ternyata cowok itu juga tidak berusaha menghubungi dirinya.     

Mereka akan mengadakan hangout yang menyenangkan walaupun hanya bertiga. Hanya? Mereka adalah contoh perkumpulan yang memiliki solidaritas tinggi antar satu dengan yang lainnya.     

"Nanti kita have fun ya setelah stress beberapa minggu jalanin macam-macam ujian yang bikin otak ngebul dan panas."     

"Pasti, kita kan udah jadi kebiasaan buat ramai obrolin hal ini dan itu. Pokoknya beraneka macam deh pasti bakalan jadi bahan gibahan kita."     

"Emang kan kita tukang gibah ter-update di sekolahan ini dan selalu jadi sumber utama para murid di sekolah."     

…     

Saat ini, mereka semua sudah sampai di rumah El. Mereka memang memiliki niat untuk bermain disini, dan tentu saja dengan Nusa yang juga ikut kesini karena berpikir kalau di rumahnya sepi dan sendirian juga penuh dengan kedamaian.     

"Akhirnya sampai di rumah impian ku." ucap Mario sambil merentangkan kedua tangan di udara seperti tengah melayang. Ia memang sudah menganggap rumah El sebagai rumahnya, bahkan kini ia berjalan ke arah ruang Tv dan langsung saja melemparkan tubuh ke atas sofa untuk beristirahat sambil merasakan kalau punggungnya pegal-pegal.     

"Liat tuh ada dugong terdampar." ucap Reza sambil menyenggol lengan El, ia memberikan aba-aba kepada cowok itu supaya melihat ke arah yang saat ini tengah dirinya pandangi.     

El hanya terkekeh sambil menggeleng-gelengkan kepala. "Biarin aja, nanti juga beberapa menit kemudian langsung tidur. Ya kalau gak tiduran, nyolong makanan di dapur gue." balasnya. Ia menggenggam tangan Nusa dengan kuat, lalu membawa cewek tersebut ke arah yang sama dengan Mario.     

Seperti mendapatkan kelonggaran untuk mengambil kesempatan, menjadikan kini Alvira langsung saja menarik tangan Reza dengan tiba-tiba sehingga cowok tersebut bisa mengikuti setiap langkah kakinya.     

Reza yang mendapatkan perlakuan seperti itu pun menaikkan sebelah alisnya karena merasa bingung. Namun tak dapat di pungkirkan kalau ia kini memilih untuk mengikuti setiap langkah kaki tersebut sambil bernapas dengan tenang.     

Pada akhirnya, ternyata Alvira membawanya mereka ke halaman belakang rumah. Cuaca memang panas, namun terik matahari tidak sampai membakar kulit.     

Reza ingin bertanya mengapa dirinya di bawa kesini, namun Alvira segera menuntunnya untuk duduk di salah satu kursi santai.     

"Lah ini gue mau di apain?" tanya Reza dengan kedua mata yang mengerjap. Pasalnya, tidak ada aba-aba apapun menjadikan Alvira saat ini membawanya kesini. Membingungkan.     

Alvira tersenyum manis sambil menggelengkan kepala dengan perlahan, ia mendaratkan bokong tepat di samping Reza. Ia lebih dulu melepaskan tas dari punggungnya, lalu setelah itu menyandarkan tubuh pada kepada kursi. "Akhirnya bisa santai juga." gumamnya dengan nada bicara ciri khas, lemah lembut.     

Mengambil napas panjang, lalu menghembuskannya dengan perlahan. "Serius ih, gue nanya ini mau ngapain? Gak enak soalnya temen-temen kan pada di ruang Tv dan kita malah disini, nanti di pikir macem-macem." ucap Reza yang kembali mengulang pertanyaan yang sepertinya enggan di balas oleh cewek yang ada di sebelahnya.     

Alvira pun menolehkan kepala ke arah Reza, setelah itu menacap cowok tersebut dengan sorot mata yang sangat tenang. "Kenapa? Aku cuma mau bersantai doang kok sama kamu, mau ngobrol juga. Aku kesini biat lebih privat aja, juga kan bisa ngobrol sebebas dan seenak yang aku mau." balasnya yang kini jujur dengan tujuannya saat ini.     

Mendengar balasan Alvira yang seperti itu menjadikan Reza terkekeh. Ia tau kalau Alvira bisa bersikap seperti ini lagi kepadanya, namun ia juga semaksimal mungkin untuk tetap profesional seolah menghargai kehadiran Priska yang padahal tidak ada arti di dalam kehidupannya pada saat ini.     

"Oh gue kira lo mau ngajak gue berenang gitu mau dorong gue ke kolam renang, kan gak lucu nanti buku gue basah semua." balas Reza sambil mengikuti Alvira yang melepas tas, lalu menaruh di sisi kursi yang memang masih memiliki ruang untuk menaruh tasnya.     

Alvira menopang kepala dengan tangan yang di letakkan pada dagu. Ia menatap Reza seolah menatap cowok tersebut dengan tatapan yang sangatlah memuja. "Kak Reza ganteng banget, lebih ganteng daripada sebelumnya." ucapnya yang memuji sesuai dengan fakta, tidak di kurangkan ataupun di lebih-lebihkan.     

Menaikkan sebelah alisnya, setelah itu Reza terkekeh ringan. "Cie sekarang udah bisa gombalin gue lagi." ucapnya yang meledek sambil menjulurkan tangan untuk mencubit kecil hidung mancung Alvira dengan gemas.     

Mendapatkan perlakuan yang bisa seperti ini lagi dari Reza, tentu saja menjadikan Alvira terkekeh kecil. Ia merasa kalau cowok yang saat ini tengah ia tatap kembali memperlakukannya dengan manis. Jadi, wajar saja kan jika ada sesuatu perasaan yang kembali tidak wajar di hatinya?     

"Bisa dong, kan dulu yang ngajarin itu kamu sama Kak Mario. Jadinya mah sekarang aku kayak pro player gombal," balas Alvira.     

Reza pun terkekeh ringan, beralih untuk mengacak-acak rambut Alvira dengan lembut, bahkan terkesan kalau kasih sayang terpancar darinya pada saat ini. "Jangan kebanyakan gombal, eh tapi kalau gombalin gue sih gak masalah sama sekali kok." ucapnya sambil tersenyum dengan sangatlah manis.     

"Nah ya kan? Daripada aku gombalin cowok lain, kasihan kamu nantinya cemburu sama cowok itu."     

"Emangnya lo ada deket lagi sama cowok setelah jauh dari gue? Deket sih, si Bian. Tapi kan pasti sekarang lo udah benci."     

"Gak, aku gak ada deket sama siapa-siapa kok, sumpah demi apapun deh. Kalau gak percaya ya gak apa-apa kok, aku juga gak maksa kalau kamu harus percaya sama apa yang aku bilang."     

Alvira berkata bahkan sampai mengangkat tangan setara dengan pandangan Reza, lalu mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya membentuk seperti simbol 'peace'.     

Reza tertawa. "Iya iya gue percaya lo gak deket sama siapa-siapa, toh sampai sekarang aja lo masih bisa bucinin gue." ucapnya sambil menatap Alvira dengan penuh kelembutan.     

"Dan kamu juga masih bisa bucinin aku sampai sekarang, Reza."     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.