Elbara : Melts The Coldest Heart

Merasa Beruntung



Merasa Beruntung

0El membawa Nusa pulang ke rumah dengan kondisi tubuh yang kebasahan. Menjadikan mereka berdua kedinginan. Namun, hawa dingin tidak terlalu merasuki tubuh Nusa karena cewek tersebut saat ini sudah menggunakkan selimut kecil milik Alvira yang memang selalu di simpan di jok belakang.     
0

"Kamu gimana? Masih kedinginan atau gak?" El bertanya, mulutnya menggigil dengan gigi yang bergemeletukan.     

Nusa menolehkan kepala ke sumber suara, setelah itu menghembuskan napas dengan perasaan bersalah dengan cowok di sampingnya. Ia sudah melepas baju di toilet sekolahan cewek, dan menggantinya menggunakkan dengan jaket tebal milik El yang kini sudah melekat di tubuhnya sebagai media penghangat.     

"Kamu tuh yang harusnya lebih menghangatkan diri, aku tau kalau kamu kedinginan, iya kan?" tanyanya dengan nada bicara yang rendah, bahkan kini kedua alisnya menurun.     

El yang mendengar itu pun terkekeh kecil, mulutnya mengebul seperti ada asap dingin yang keluar dari sana. "Enggak, ya dingin sih tapi sedikit doang kok. Santai aja lo, gak usah khawatir."     

Nyatanya apa yang dikatakan El seperti tidak sesuai dengan kenyataan. Pasalnya, cowok itu terlihat menggigil, benar-benar kedinginan.     

Nusa menghembuskan napas, lalu berniat untuk membagi selimut untuk El walaupun hanya mampu menutupi pinggang ke bawah. "Samaan selimutan, biar kamu juga gak kedinginan." ucapnya sambil mengulas senyuman kecil di permukaan wajahnya.     

"Ih gak usah, buat lo aja. Kalau lo bagi selimut ke gue, jadinya badan lo gak ketutup semua selimut, nanti lo yang bakal kedinginan." ucap El yang berniat untuk menyingkirkan selimut yang menutupi kakinya. Hangat sih, namun ia menjadikan Nusa nomor satu supaya keadaan cewek itu tidak kedinginan.     

Nusa menahan tangan El yang kini ingin menyingkirkan selimut tersebut. Ia mendengus kecil, setelah itu menaruh kembali tangan cowok tersebut pada stir mobil. "Jangan, gak apa-apa. Kamu kan tau kalau aku udah pakai jaket kamu, iya kan? Gak usah di balikin, aku tau kamu kedinginan, baju kamu setengah kering." balasnya, ia benar-benar merasa beruntung karena di perlakukan spesial. Namun bukan berarti El itu bisa menduakan dirinya sendiri, seperti saat ini.     

El mengambil napas, lalu menghembuskannya dengan perlahan. Ia merasa sangat berterima kasih kepada Nusa yang bisa mengerti. Bukan, ia bukan ada untuk di kasihani kok. "Makasih ya, kaki aku jadi cukup hangat, sekarang badan aku dingin—"     

Bugh     

Tiba-tiba, tubuh Nusa langsung memeluk tubuh El. Menjadikan selimut juga menempel di tubuhnya yang menghantarkan rasa hangat yang serupa.     

"Gimana? Udah hangat atau belum?" tanya Nusa sambil tersenyum sangat lebar. Ia memeluk El dengan pelukan yang erat, benar-benar berniat untuk menghantarkan kehangatan.     

El menganggukkan kepala. Ia tidak masalah jika selimut Alvira nantinya akan basah, karena selimut itu adalah selimut yang selalu bersih. Setelah di gunakkan, langsung saja di bawa masuk untuk di taruhnya ke dalam mesin cuci. "Iya hangat, makasih ya. Terasa lebih baik," balasnya sambil tersenyum manis. Ia mengarahkan mulutnya, untuk mengecup puncak kepala pacarnya dengan kasih sayang yang penuh.     

"Nah kan kalau begini, aku bisa berbagi kehangatan, ya kan?"     

"Bisa, sayang."     

"Jadi, udah gak dingin lagi atau masih dingin? Kalau masih dingin, aku bakalan peluk lebih erat lagi."     

"Jangan terlalu erat juga ih, gue gak bisa napas nantinya."     

Nusa terkekeh kecil saat mendengar apa yang dikatakan oleh El. "Iya enggak, cuma bercanda doang kok." balasnya. Ia menyusal wajah di dada bidang El, mencari kenyamanan.     

Untuk beberapa perilaku pengertian, Nusa mulai menanamkan di dalam diri untuk tidak terlarut di dalam kesedihan yang mendalam. Semua yang dikatakan El itu benar adanya, yang mengatakan seharusnya ia memanfaatkan waktu dengan baik selagi El masih disini, di sampingnya. Masih bisa terjangkau, sebelum mereka berjarak sejauh langit dan tanah.     

"Kalau nanti kamu ke London, mungkin aku gak bisa meluk kamu kayak gini." ucap Nusa, ia merasa sedih lagi. Terbukti dengan nada bicaranya yang menurun bahkan terdengar serak.     

El menaikkan sebelah alisnya. "Kata siapa?" tanyanya, masih menatap jalan raya karena saat ini mereka tengah di dalam mobilnya.     

Ya, El lagi dan lagi meninggalkan Reza dan Mario. Tentu saja atas perizinan dan suruhan kedua sahabatnya itu untuk ia menyelesaikan masalah dengan Nusa. Katanya, Reza dan Mario ingin pergi juga namun kali ini berbeda tujuan. Reza yang ingin pergi bersama dengan Priska, dan Mario yang ingin pergi ke toko mainan karena keponakannya merengek entah mengapa.     

"Kata aku barusan." balas Nusa sambil tersenyum seperti tanpa dosa.     

El sih terkekeh saja, setelah itu menggeleng-gelengkan kepalanya. "Ya gak gitu juga atuh sayang ku. Kan kita bisa melakukan panggilan video call, iya kan?" ucapnya yang tentu saja bermaksud ingin menenangkan cewek yang saat ini ada di sampingnya.     

"Tapi kan rasanya beda, asli sama natap kamu cuma di layar kamera. Menyedihkan,"     

"Ya emangnya mau gimana? Gue kan udah janji buat jaga hati untuk lo, dan gue gak bakalan sekedar janji doang sama lo, bahkan gue itu benar-benar buktiin kalau semua perkataan gue gak cuma omong kosong."     

Nusa yang mendengar itu langsung mendongakkan kepala dengan apa yang dikatakan oleh El, terlihat rahang kokoh pacarnya yang seperti menggoda untuk di elus dengan perlahan. Namun, ia tidak melakukan itu dan lebih memilih untuk menghembuskan napasnya saja. "Aku percaya kok sama kamu, sayang. Tapi… tapi aku takutnya, ah entahlah. Aku takut jarak juga buat kita jadi berjarak," ucapnya. Ia memejamkan kedua bola mata untuk mencari kenyamanan. Detak jantung El pun terdengar, sangat seperti berirama.     

"Kalau kamu berpikir kita akan berjarak, takutnya kamu malah menambahkan sugesti lainnya di pikiran kamu." ucap El sambil menghembuskan napas, ia merasa kalau Nusa seharusnya tidak terlalu khawatir dengan apa yang saat ini terjadi.     

Nusa menganggukkan kelala dengan perlahan. "Aku akan mencoba untuk tidak berpikiran negatif tentang masa depan yang akan terjadi." ucapnya dengan hati yang mempertahankan supaya dirinya tidak menangis, lagi.     

"Jangan cemas, hati El itu selalu buat Nusa seorang."     

…     

Mereka berdua sudah sampai di rumah Nusa dengan selamat.     

Nusa sudah langsung menyuruh El mandi, dan memakai baju Rehan agar tidak selamanya kedinginan.     

Ia kini tengah membuat teh manis hangat di dapur, mengaduk teh supaya buliran gula larut di air yang hangat itu.     

Sudah membuat semangkuk mie rebus juga, untuk penunda lapar yang setidaknya bisa mengganjal perutnya.     

Saat ini, Nusa juga sudah berganti pakaian kok bahkan sudah mandi. Tadi ia menyuruh El untuk menunggu di ruang tamu, tentu saja ia memberikan selimut untuk cowok tersebut.     

Dan ya, Nusa tadi selesai mandi sepuluh menit, berganti pakaian tidak nyampai lima menit karena memang benar tengah terburu-buru.     

"Hujan belum berhenti juga, ya? Malah tambah deres. Nanti Kak Rehan gimana, ya? Dia kan bandel, gak mau bawa jas hujan. Juga tadi berangkat pakai motor, bukannya mobil." gumamnya yang cemas, memikirkan Rehan yang saat ini kemungkinan akan menunda kepulangan ke rumah sampai setidaknya menunggu hujan reda atau sekiranya berhenti.     

Belum lagi, ia juga memikirkan Reza dan Mario. Tidak tau mereka berdua itu masih ada di sekolah atau tidak, pasti mereka jadi menunggu kendaraan mobil online untuk pulang karena mengalah dengan dirinya yang pulang satu mobil dengan El.     

Selesai membuat teh manis hangat, Nusa mulai berjalan untuk memindahkan makanan dan minuman tersebut ke atas meja makan. Di tata untuk dua porsi, untuk dirinya dan untuk El.     

"Nah kan kalau begini enak, El selesai mandi, dia tinggal makan deh."     

Nusa mendaratkan bokongnya di kursi makan, setelah itu mengecek-ngecek ponselnya untuk melihat akun sosial media miliknya.     

Melihat-lihat setiap status story Alvira yang akhir-akhir ini sedih, seperti tengah ingin melepas semua tentang kisah percintaan di dalam hidupnya. Ya, tentu saja sangat jelas kalau Alvira itu sakit hati dengan hubungan Reza dan Priska yang menyakiti dirinya secara tidak langsung.     

"Hei, gue udah selesai mandi nih."     

Mendengar nada bariton El menjadikan Nusa menolehkan kepala ke sumber suara, ia melihat cowok tersebut yang tengah menggosok-gosok rambutnya dengan handuk kecil karena ia juga ternyata sampoan. El memakai baju santai milik Rehan dengan celana pendek selutut. "Ya udah bagus kalau udah mandi, sini kita makan dulu, aku udah bikinin mie sama teh hangat manis." balasnya sambil tersenyum penuh ketulusan.     

El menolehkan pandangan ke arah makanan dan minuman yang dimaksud oleh Nusa, setelah itu terasa nafsu makannya yang bergejolak. "Wah enak banget nih mie di santap di waktu yang lagi dingin-dingin begini." ucapnya sambil menepuk-nepuk perut dengan pelan.     

Nusa terkekeh dengan tingkah El, setelah itu mempersilahkan cowok tersebut duduk. "Duduk yuk kita makan dulu, kamu pasti juga laper kan. Maaf cuma buatin mie instan doang, soalnya takut kamu udah selesai mandi."     

"Gak masalah, justru mie instan itu enak kok. Gue juga jarang makan, jadi ya gak masalah." balasnya sambil kini mendaratkan bokong sesuatu dengan Nusa yang mempersilahkan dirinya duduk. Ia tersenyum kecil, lalu lebih dulu untuk meminum teh hangatnya sama seperti pacarnya yang juga melakukan hal yang serupa.     

Begitu meneguk minuman tersebut, ia menghela napas dengan perlahan. "Ah.." merasa tenggorokkannya yang menghangat sampai perutnya juga.     

Nusa bisa memperlakukan El dengan baik, sungguh. Sampai saat ini ia sama sekali tidak pernah di perlakukan layaknya Priska yang dulu memperlakukannya secara dan sangat-sangatlah berlebihan.     

"Selamat makan!" ucap Nusa dengan riang, ia meraih sumpit karena memang menyiapkan sendok, garpu, dan sumpit itu. Terserah El juga ingin menggunakkan alat makan apa.     

El menganggukkan kepalanya. "Selamat makan juga sayang ku, makasih ya udah repot-repot nampung gue dulu disini. Di suruh mandi, ganti baju, sampai di buatin makanan segala." ucapnya, merasa beruntung.     

Nusa tersenyum manis. "Ini kan udah jadi tugas aku buat perlakuin kamu sebaik mungkin, kan kamu udah perlakuin aku kayak ratu, sekarang giliran aku yang perlakuin kamu kayak raja, benar kan?"     

Jarang sekali ada cewek yang seperti Nusa, benar?     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.