Elbara : Melts The Coldest Heart

Over Thinking



Over Thinking

0"Hoam…"     
0

Pada akhirnya, Bian menguap kantuk karena bosan menunggu pekerjaan Moli yang sama sekali tidak ada hentinya. Ia sudah berjam-jam berada di rumah cewek tersebut, kini berada di ruang televisi.     

Kebosanan melanda, apalagi melihat Moli yang seolah-olah hanya asyik dngan tumpukkan buku. Bayangkan saja, dari jam 3-an sampai sekarang menyentuh hampir setengah delapan malam, namun cewek tersebut masih setia menatap bukunya.     

"Lo gak bosen?" Karena Moli tidak peka dengan kode-nya yang menguap pertanda ingin di ajak mengobrol, akhirnya ia mengatakan hal ini.     

Moli yang mendengar pertanyaan klasik Bian pun hanya menggelengkan kepala. "Enggak tuh, malah seru ngerjain tugas. Kalau perlu, guru-guru ngasih tugas aja setiap hari buat di kerjakan di rumah."     

Gila. Hanya satu umpatan itu saja dari Bian untuk Moli yang malah menjawab pertanyaannya dengan kalimat terlalu pintar untuk cowok bodoh sepertinya.     

"Emang daritadi belum selesai? Gue liat-liat lo gak ada berentinya natap kertas, mata lo gak kerasa sakit apa gimana?"     

"Gak sakit, gak kayak main hp yang terus menerus bisa buat mata kita minus."     

"Ya tapi kan pening juga kalau natap deretan tulisan terus kayak gitu, mending nonton film yuk."     

Moli menatap wajah Bian, ia mendongakkan kepala supaya bisa menatap wajah cowok itu dengan jelas. "Udah kelar sih tugasnya, tapi aku lagi pelajari mata pelajaran buat besok." ucapnya sambil terkekeh kecil, ia menatap cowok tersebut dengan wajah tak berdosa yang dirinya miliki.     

"Ya udah bagus, tapi gak perlu lo kerajinan." Pada akhirnya, Bian beranjak dari duduk lalu turun dari sofa dan sedikit membungkuk untuk menutup buku-buku milik Moli yang sedang di pelajari oleh cewek tersebut.     

Melihat tingkah Bian menjadikan Moli mengerjapkan kedua bola matanya dengan bingung, ia menatap cowok tersebut dengan kedua alis yang mengernyit. "Ih apaan nih? Kok semua buku aku di tutup sih? Nyebelin banget dah."     

"Biarin, biar lo gak kebanyakan belajar. Soalnya di liatnya juga males, masa gue gak di ajak ngobrol."     

"Kan aku udah bilang tadi gak usah mampir ke rumah aku, giliran aku diemin kamu malah kayak gini ngerajuk ke aku."     

Bian yang mendengar perkataan Moli sih tidak peduli. Ia tetap melanjutkan aksinya yang menutup seluruh buku di hadapan Moli karena cewek tersebut terlalu terfokus dan terpaku. Ia bahkan kini menumpuk buku tersebut menjadi dua bagian, lalu merasa sudah semua pun kembali mendaratkan bokong di sofa.     

"Nah kan kalau bukunya ketutup tuh enak di pandang." ucap Bian yang berkomentar sambil menampilkan senyuman yang mengembang di permukaan wajahnya.     

Moli memutar kedua bola mata, setelah itu beranjak dari duduknya yang berada di karpet berbulu, mendaratkan bokongnya kembali tepat di samping Bian yang tersenyum puas dengan perbuatannya. "Ya udah ayo mau nonton apaan?" tanyanya yang akhirnya setuju dengan apa yang dikatakan cowok tersebut yang mengajaknya untuk menonton film.     

"The Counjuring yuk, gimana?"     

"Ayo-ayo aja, itu mah gak serem sih menurut aku."     

"Ya udah, gak serem-gak serem, awas ya lo malah modus nempel-nempel ke gue gara-gara ketakutan."     

Mendengus di kala mendengar perkataan Bian, Moli menabok pelan bahu cowok tersebut karena merasa kesal. "Ih gak gitu juga kali, kan ada adegan yang bikin kaget, emangnya harus biasa aja gitu ekspresi wajahnya?" ucapnya dengan lugu namun terselip nada bicara yang kesal.     

Mendengar itu, Bian pun terkekeh kecil sambil menggelengkan kepala. "Ya gak juga sih, gak kayak begitu." balasnya.     

Mereka saling tatap, lalu tiba-tiba tertawa berbarengan seolah sedang memikirkan hal lucu yang berbarengan.     

"Ya udah gih kamu yang cari filmnya, gue mau ke toilet dulu. Dimana nih letaknya?" ucapnya sambil menolehkan kepala ke kanan dan ke kiri secara bergantian, setelah itu kembali menatap Moli.     

Moli mengangkat tangan, menunjuk dimana letak toilet rumahnya berada. "Tuh kamu kesana."     

Bian menganggukkan kepala, paham dengan apa yang di arahkan oleh Moli mengenai keberadaan toilet. Jangan salah, ia sedaritadi menginjakkan kaki disini, baru sekarang merasakan kebelet ingin buang air kecil. "Oke, gue kesana dulu ya. Lo jangan mulai dulu film-nya, nanti yang ada, lo malah di temenin sama yang selain gue."     

Moli memukul Bian karena tau kalau cowok tersebut menakut-nakutinya saat ini. "IH DASAR GAK JELAS KAMU!!" pekiknya, lalu melempar bantal sofa ke arah wajah cowok tersebut dengan kencang.     

Namun, tentu saja bantal sofa tidak sakit jika terkena bagian tubuh termasuk wajah.     

"Aduh, malah perang bantal." ucap Bian yang mengaduh sambil mengusap keningnya yang terkena bantal, lalu mengambil bantal yang jatuh karena di lemparkan oleh Moli ke wajahnya. Ia melempar bantal tersebut kembali ke sofa, setelah itu melambaikan tangan dan melanjutkan langkah untuk pergi ke toilet.     

Moli terkekeh kecil, melihat punggung Bian yang akhirnya menghilang di balik dinding. "Dasar gemes." gumamnya, lalu mengembalikan pandangan untuk menatap televisi yang menyala memang sejak tadi sebagai peneman bagi Bian yang dirinya acuhkan.     

Ia mengambil remote Tv, dan menghubungkan ke salah satu aplikasi berbayar untuk menonton legal. Ia mencari film yang di maksud oleh Bian, dan hanya membutuhkan waktu kurang dari dua menit pun ketemu.     

"Ih serem juga ya covernya." ucapnya yang berkomentar tentang cover film tersebut.     

Ia menyandarkan tubuh pada sandaran sofa, setelah itu meraih ponselnya untuk membuka sosial media terlebih dulu.     

Mulai menekan dan mencari-cari video beranda yang sekiranya pantas untuk di nikmat , Moli melihat banyak sekali postingan seperti tentang make-up, artis, fashion, food, dan lain-lain.     

Drtt …     

Drtt …     

Drtt …     

Terdengar suara seperti getaran ponsel, dan Moli langsung mencari dimana sekiranya getaran itu berasal. Ia sampai menolehkan kepala ke kanan dan ke kiri, setelah itu mendapatkan benda yang di maksud. Ternyata, ponsel itu milik Bian.     

Ia meraihnya, lalu melihat sekiranya siapa yang menelepon agar nantinya bisa ia sampaikan kepada Bian yang saat ini tengah berada di toilet rumahnya.     

Ketika membalikkan ponsel dan terlihat layarnya, kening Moli berhasil mengernyit bingung karena kini terlihat jelas nama Priska di sana tengah menghubungi ponsel Bian.     

"Emangnya mereka berdua saling deket, ya?"     

Penasaran, ia tetap membiarkan layar ponsel milik Bian menyala, setelah itu panggilan tersebut berakhir karena tidak terjawab.     

Moli masih setia menatap layar ponsel milik Bian, katakan kalau dirinya ini sangat lancang. Tapi percayalah, sebagai cewek yang sedang dekat dengan seorang cowok, penasaran dengan hal seperti ini adalah hal yang wajar kan?     

Tiba-tiba, muncul notifikasi pesan yang terlihat jelas masuk ke ponsel Bian yang berada di genggamannya.     

Priska     

Lo dimana? Gue mau telfonan sama lo,     

Dan ya, muncul-lah over thinking saat ini di dalam benaknya Moli.     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.