Elbara : Melts The Coldest Heart

Mempertanyakan Kedekatan



Mempertanyakan Kedekatan

0Bian menyapu rambutnya ke belakang, meluruhkan bulir air yang menempel karena ia habis mencuci muka. Mengambil tisu yang tersedia untuk mengelap wajahnya dengan di tap-tap perlahan.     
0

Mematut wajah di cermin panjang melebar yang berada di hadapannya, ia tersenyum untuk memperlihatkan wajahnya yang tampan.     

Setelah selesai memuji diri sendiri, ia membenarkan kaos yang melekat di tubuh, jaketnya ia letakkan pada sofa lain yang berada di ruang tamu.     

Ia merasa sudah cukup memperbaiki penampilan agar terlihat lebih fresh, setelah itu berjalan ke arah pintu dan keluar dari toilet.     

Melangkahkan kaki seperti menelusuri sedikit sudut rumah Moli, sampai pada akhirnya indra penglihatannya ini menangkap sosok cewek yang duduk di sofa sambil menatap ke televisi yang menyala, menampilkan cover menyeramkan film yang ingin mereka tonton.     

Bian sudah sampai, lalu kembali mendaratkan bokong tepat di samping Moli. Ia menatap cewek tersebut, menyerongkan sedikit tubuh agar bisa mengobrol lebih leluasa. "Yuk mulai film-nya, gue udah selesai." ucapnya, lagi dan lagi menyisir rambut kebelakang.     

Moli yang mendengar itu pun menganggukkan kepala, tanpa berbicara sedikitpun langsung saja memulai film terdebut.     

Melihat ke arah meja yang berada di hadapan mereka, Bian melihat sudah ada minuman soda dan juga camilan sebagai peneman menonton.     

Untuk perawalan film, sinopsis sudah biasa untuk di tampilkan lebih dulu.     

Merasa aneh dengan Moli yang hanya diam saja, menjadikan Bian menoel pipi cewek tersebut. "Moli, lo kenapa? Marah sama gue gara-gara ngajak nonton film horror?" tanyanya, bagaimana pun juga ia harus mengajak cewek itu untuk berbincang.     

Moli menggelengkan kepala. Sejujurnya, ia ingin bertanya mengenai Priska kepada Bian. Dari panggilan telepon dan chatan beberapa menit lalu yang di kirim oleh cewek tersebut, menjadikan pikirannya berkembang dan bertanya-tanya karena terlihat Priska dan Bian yang sepertinya cukup dekat tanpa di ketahui oleh murid-murid di sekolah.     

Cemburu? Tentu saja Moli berharap bukan perasaan itu yang saat ini menggambarkan hatinya, ia juga tidak mengerti dengan apa yang saat ini dirinya rasakan. Hanya saja, seperti tidak suka di kala cowoknya di chat oleh orang lain yang nenampilkan kedekatan satu sama lain.     

"Gak apa-apa kok, berusaha biasa aja nonton filmnya. Lagian juga kan kalau ngobrol, gak bakalan bisa fokus nontonnya."     

"Tapi lo kayak cuekin gue banget dah, keliatan soalnya beda."     

"Terus aku harus gimana? Kan ini film horror, bukannya genre yang mengandung humor."     

Bian terkekeh kecil, setelah itu meraih kripik kemasan yang sudah dapat di tebak memiliki rasa sapi panggang. "Lo mau gak? Gue suapin," ucapnya yang telah membuka kemasan kripik.     

"Gak, makasih." jawab Moli dengan jutek, pandangannya masih menatap ke arah layar televisi. Benar-benar ia seoalah ingin menikmati acara horror dengan sangat fokus.     

Bian menyernyitkan dahi, setelah itu menaikkan kedua bahu merasa tidak perlu terlalu bawel untuk bertanya kenapa Moli malah bersikap seperti itu padanya. Ia menaikkan kaki ke atas meja, meluruskan kaki supaya posisinya terasa lebih nyaman —menurutnya—.     

Moli melirik kaki Bian yang naik ke atas meja. Niatnya, ia ingin menepis kaki itu karena tidak sopan, namun tiba-tiba pikirannya seolah mengatakan untuk membiarkannta saja.     

Suara menyeramkan beserta jumpscare yang tersaji pun kadang membuat Moli menutup kedua matanya dengan refleks, tubuhnya seperti bergetar takut dan saat ini tanpa ia sadari sudah menempelkan kepala di dada Bian yang ia pergunakkan sebagai sandaran karena ketakutan.     

'Sok-sokan jutek tapi masih butuh gue.' batin Bian yang merasa lucu dengan tingkah Moli.     

…     

Selesainya film horror …     

Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam, dan Bian saat ini memiliki niat untuk pulang ke rumah.     

"Nyokap bokap lo balik jam berapa? Ini udah malem, gak enak aja biarin cewek kayak lo sendirian di rumah."     

Mendengar Bian yang perhatian, menjadikan Moli mengerjapkan kedua bola mata. "Iya, palingan nanti jam sebelasan mereka pulang. Kamu mau kalau mau pulung, pulang aja." ucapnya yang menjawab sambil mengambil bungkusan camilan yang mereka nikmati tadi sambil menonton film, memasukkan bungkusan kotor dan bekas ke dalam kantung kresek untuk di kumpulkan.     

"Lo gak apa-apa sendirian?"     

"Santai, udah biasa juga sendirian. Ya udah kamu pulang gih abis itu tidur, jangan nongkrong."     

"Iya bawel, kagak."     

Bian menatap Moli yang sepertinya sudah mengantuk karena tadi saat di tengah film yang sedang berjalan, cewek tersebut sempat tertidur walaupun tidak sampai 10 menit lamanya.     

Moli menatap Bian, dirinya seperti enggan cowok tersebut pulang. Bukan, bukan karena ia masih ingin berlama-lama dalam artian romantis layaknya berpacaran. Tapi ia masih ingin mengobrol mengenai Priska. "Aku boleh nanya apa gak? Tapi janji ya gak boleh marah?" tanyanya dengan cicitan kecil seperti takut dengan cowok tersebut,     

Mendengar itu, tentu saja Bian menganggukkan kepalanya. "Ya udah, lo mau ngomong apaan, hm?" tanyanya dengan kelembutan yang tercetak jelas di dalam nada bicaranya.     

Mengambil napas panjang, lalu menghembuskannya dengan perlahan. Entah kenapa, Moli seperti ragu untuk mengatakannya dan saat ini diriya malah menatap wajah Bian dengan lekat.     

"Mau ngomong apaan lo? Gak ngebiarin gue pulang sampai ortu lu balik? Apa gimana?" tanya Bian kembali saat mengataui kalau Moli belum mengeluarkan suara untuk mengatakan apa yang ingin dikatakan.     

Moli menggelengkan kepala, tentu saja opsi dari apa yang ditanyakan Bian itu salah. "Enggak, bukan. Jangan sampai mereka tau kalau aku bawa teman ke rumah, apalagi kamu cowok."     

"Emangnya kenapa? Kan kita juga gak ngapa-ngapain kok daritadi gue nemenin lo belajar, abis itu barusan kita nonton film horror."     

"Ya bukannya begitu ish, kan aku seharusnya belajar lebih giat belajar, bukannya malah semakin keliatan menyepelekan pelajaran begini."     

"Ini tuh namanya refreshing dan bukannya menyepelekan."     

Pada akhirnya, Bian menjulurkan tangan untuk mengelus puncak kepala Moli dengan kelembutan, gerakannta pun sangat pelan seperti penuh dengan kasih sayang, bahkan kini senyuman hangatnya pun terlihat dengan jelas.     

Moli mengerucutkan bibir, setelah itu menganggukkan kepala dengan pelan. "Iya iya refreshing bawel." Pada akhirnya, ia meralat apa yang dikatakan beberapa saat lalu.     

Bian menarik tangannya, lalu menghembuskan napas. Mereka saat ini berada di ruang tamu, dengan dirinya yang sudah memakai jaket kembali di tubuhnya. "Udah lo gak jadi bilang apa-apa nih dama gue, hm? Klo begitu, gue mau pulang sebelum ortu lo dateng nanti gue juga takut kena di omelin dan lo juga." ucapnya.     

Merasa bimbang, namun kalau isi hatinya di keluarkan sepertinya terdengar lega, iya kan?     

Menatap Bian dengan lekat sampai terlihat kembali kerutan di dahi cowok tersebut, pada akhirnya Moli memutuskan ingin bertanya hal ini.     

"Kamu deket banget ya sama Priska, Bian?"     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.