Elbara : Melts The Coldest Heart

Si Over Protective



Si Over Protective

0Rehan sudah sampai di rumahnya, dan kini terlihat Reza dan Mario yang berpamitan padanya. "Pulang naik apaan lo berdua? Gue liat-liat gak bawa kendaraan." ucapnya sambil melihat ke halaman rumahnya yang memang tidak ada kendaraan mereka yang dirinya kenal.     
0

Mendengar itu, Mario pun menjentikkan jemarinya. "Gue sama Reza pulangnya terbang, hebat kan?" balasnya sambil menyengir lebar seolah jawabannya adalah hal yang mengandung kebenaran.     

Pulang dengan metode terbang? Yang benar saja!     

Jawaban Mario sangat konyol, namun tetap saja saat ini Rehan terkekeh kecil. "Serius, oon. Kalau gak ada kendaraan, gue sama Nusa aja yang nganter lo balik." ucapnya.     

Berbicara mengenai Nusa, cewek itu tadi sudah berpamitan dan mengatakan terimakasih kepada Reza dan Mario karena sudah menemaninya di rumah, cewek itu kini masih berada di ruang televisi menonton barbie dengan kedua mata yang sudah sayu.     

Reza menggelengkan kepala, sambil dengan segera menahan kepala Mario yang ingin mengangguk. "Gak, gak usah, Han. Lagian juga kan sepanjang kita kesini, Nusa bukannya istirahat malah nemenin kita. Jadi, gue pikir tuh adik lo pengen tidur." balasnya, lalu memberikan kode mengumpat keras pada Mario yang tampak sebal kepalanya di tahan.     

Begitu tidak ada perlawanan dari Mario, Reza kembali menarik tangannya.     

Ucapan Reza ada benarnya juga, kalau ia keluar untuk mengantar mereka berdua, otomatis kembali meninggalkan Nusa sendirian di rumah, lagi. "Ya udah kalau gitu, lo berdua hati-hati ya. Jangan dugem, besok sekolah." ucapnya sambil menyelipkan sedikit candaan.     

Mario tertawa. "Yah, baru aja gue sama Reza punya rencana kesana. Cuci mata, bro." ucapnya sambil menaik turunkan alis.     

Reza menyentil kening Mario, lalu menggelengkan kepala. "Dih kata siapa gue mau dugem sama lo? Mending nongkrong di cafe daripada mata gue berdosa." Ia membalas perkataan Mario.     

Rehan pun hanya bagian tertawa, setelah itu melihat ada kendaraan yang berhenti di depan gerbang rumahnya serta bunyi klakson satu kali. "Itu kali jemputan lo berdua?" tanyanya yang menebak, sepertinya benar.     

Reza menganggukkan kepala. "Iya Han, gue sama Mario naik kendaraan mobil online. Ya udah ya kita pulang dulu, ini udah cukup malem."     

"Iya lah malem, gue balik lo berdua bukannya langsung pulang malah nunggu sampai jam sepuluh gini nonton barbie." cerocos Rehan yang membongkar keterlambatan pulang mereka.     

Mario menaruh jemari telunjuknya di depan mulut sambil berdesis. "Stttt, jangan kenceng-kenceng ngomongnya. Nanti kalau ada yang denger, bisa bahaya nih."     

"Bahaya pala lo peyang, udah ah ayo. Mario lo banyak omong banget, gue mau tidur juga ngantuk." serobot Reza yang berkomentar mengenai cowok yang berada di sebelahnya karena banyak berbicara.     

Namanya juga Reza dan Mario, kalau tidak banyak pembicaraan yang mereka bawakan mungkin suasananya akan berbeda.     

Mario tertawa melihat wajah kesal Reza, pada akhirnya menganggukkan kepala sambil membenarkan tas punggungnya. "Ya udah Han, makasih banyak nih ya udah nampung gue sama Mario semalem ini. Nusa aman kok, lo periksa aja nanti." ucapnya.     

Reza menganggukkan kepala ke arah Rehan. "Iya makasih banyak, sorry kalau semisalnya rumah lo berantakan gara-gara kita."     

Mendengar ucapan terimakasih dari sosok di hadapannya membuat El ikutan berkata serupa. "Gue yang seharusnya bilang makasih sama kalian udah buang-buang waktu buat jagain adik gue, makasih ya."     

Akhirnya, mereka bertiga ber-high five ria. Dan Reza juga Mario berpamitan lagi sambil melambaikan tangan, tak lupa mengatakan sampai jumpa.     

Melihat sosok kedua cowok tersebut yang sudah menjauh darinya, membuat Rehan segera kembali masuk ke rumah dan mengunci pintu.     

Ia berjalan ke arah ruang Tv dimana ada Nusa yang berbaring di sofa —terlihat ujung kakinya—, ia pun memutuskan untuk segera menghampiri sang adik.     

Begitu sampai di hadapan Nusa, terlihat kalau cewek tersebut tengah bermain ponsel. "Katanya lo udah ngantuk, ayo tidur. Malahan main hp kayak gitu, nanti pusing lagi." ucapnya, bawel. Tau Nusa sakit itu menjadikan sifat over protective-nya muncul ke permukaan, dan inilah dirinya.     

Mendengar suara bariton sang Kakak menjadikan Nusa mengalihkan pandangan dari ponsel, setelah itu sedikit mendongakkan kepala untuk menatap Rehan yang terlihat sok garang.     

"Aku lagi chatan sama El, lagian juga ngantuknya udah pergi kok." jawabnya dengan enteng, tak tau kalau tingkat perhatian Rehan melonjak.     

Rehan yang mendengar itu pun mengambil napas panjang, lalu menghembuskannya dengan perlahan-lahan. "Jangan hp terus, gue yakin juga El ngertiin lo yang sakit dan istirahat lebih penting daripada chatan kayak gitu." ucapnya sambil menatap Nusa seperti meminta untuk cewek itu menuruti perkataannya karena ia tau apa yang terbaik untuk sang adik.     

Nusa berdecak kecil, lalu mematikan ponsel sambil beranjak dari tidurnya menjadi duduk di sofa, ia cemberut. "Ih iya iya ini aku mau tidur, jangan galak-galak kenapasi." ucapnya dengan nada bicara yang menurun, seperti merajuk.     

Rehan mengulas senyuman hangat, lalu memutuskan untuk duduk di sebelah Nusa. Ia menjulurkan tangan untuk mengacak-acak rambut cewek tersebut. "Kan masih ada hari esok buat tuker pemikiran sama El, bilang dulu gih sama dia kalau kamu mau tidur duluan. Kan kamu lagi sakit, butuh istirahat yang sangat cukup." ucapnya.     

Di yakini, setiap orang yang memiliki abang yang pengertian seperti ini, semua adik di dunia ini mungkin merasa senang. Karena, beberapa abang pun ada yang merasa tidak peduli memiliki adik, bahkan tergolong seperti orang asing namun tinggal dalam satu rumah. Ya, kembali lagi, kriteria setiap orang berbeda-beda.     

Nusa tanpa banyak basa-basi langsung memeluk tubuh Rehan. Ada perasaan nyaman yang tidak bisa di isi oleh El saat berpelukan seperti ini, rasanya Rehan melengkapi segala perasaan yang kosong akibat tidak hadirnya sosok orang tua di dalam kehidupannya. Rehan, orang yang paling mengerti apa yang di butuhkan dan apa yang tidak di butuhkan olehnya.     

"Mau Kakak bacain dongeng, apa mau langsung tidur?" Rehan menawarkan sambil membalas pelukan Nusa yang juga berefek serupa apa yang adiknya rasakan saat ini. Layaknya masih berusia anak-anak, Nusa masih suka di bacain dongeng sebelum tidur.     

Mendengar itu, Nusa langsung mengangggukkan kepala tanpa ada perkataan atau gerakan menolak penawaran tersebut. "Mau, cerita Snow White."     

"Lagi?" Di sekian banyak cerita dongeng, Snow White adalah salah satu yang paling di gemari oleh Nusa, sungguh. Selalu saja seperti itu pilihan sang adik, ia sangat hapal.     

Nusa melepaskan pelukannya pada tubuh Rehan, setelah itu menatap sang Kakak dengan kekehan. "Iya dong, habisnya ceritanya seru banget, jadi aku gak pernah bosen buat dengernya."     

Rehan menganggukkan kepala, mengiyakan permintaan Nusa yang request dongeng. "Oke, ayo kamu ke kamar duluan. Kakak mau bersih-bersih dulu nih, gak lama kok."     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.