Elbara : Melts The Coldest Heart

Menguping Pembicaraan



Menguping Pembicaraan

0Dengan memaksa dan sedikit paksaan, kini Nusa sudah menginjakkan kakinya di gerbang sekolah dengan motor besar Rehan yang sudah menepi yang sang Kakak-nya itu menatap dengan sorot mata penuh dengan kekhawatiran.     
0

"Jangan lupa makan, abis itu minum obat. Di kantin jangan jajan sembarangan, Kakak udah buatin kamu bekel. Terus, kalau ada mata pelajaran olahraga atau pelajaran berat yang melibatkan banyak tenaga, izin saja terlebih dulu."     

Mendengar itu, Nusa mengerucutkan bibir sambil mendengus kecil. Ia sudah mendegarkan perkataan Rehan tadi sebelum berangkat ke sekolah, dan saat sudah sampai di sekolah pun ia kembali mendengarnya. "Iya Kakak ku yang bawel dan sangat teramat pengertian." ucapnya sambil menampilkan senyuman yang tulus.     

Melihat raut wajah Nusa yang sudah bisa di katakan kembali ceria —tidak pucat seperti kemarin saat cewek tersebut sakit—, menjadikan hati Rehan tenang ya walaupun hanya sedikit.     

"Ya udah kalau begitu, kan Kakak cuma ingetin kamu aja karena biasanya keras kepala."     

"Iya gak keras kepala lagi, Kak Rehan. Maaf ya kemarin udah banyak ngerepotin, pas Kakak pulang pun aku juga ngerepotin Kakak yang seharusnya istirahat malah suruh bacain dongeng."     

"Kalau itu sih juga kan udah kewajiban bagi Kakak, sayang. Namanya juga kamu lagi sakit, pasti banyak mau dan manja."     

Nusa mendengus kala mendengar apa yang dikatakan oleh Rehan, lalu menyerahkan helm berwarna pink miliknya ke hadapan cowok tersebut. "Ini helm-nya, jangan sampai hilany atau aku bakalan marah sama Kakak satu bulan." ucapnya yang menggunakkan nada bicara mengancam.     

Tentu saja ancaman Nusa tidak menakutkan karena cewek ini tidak bersungguh-sungguh mengancam. "Emangnya kamu bisa diemin Kakak sebulan? Gak mungkin banget, iya kan?" tanyanya sambil menaik turunkan alis, menjahili sang adik.     

Nyaris saja Nusa memekik sebal karena memang Rehan sangat menyebalkan, namun ia tau tempat dan kondisi yang tidak mungkin ia pergunakkan untuk hal itu. "Bisa, awas aja—"     

"Awas aja apaan?" tanya Rehan yang memotong perkataan Nusa. "Minggu kemarin kamu juga titip pesan kayak gini terus helm kamu Kakak pura-pura umpetin, eh gak ada sehari malah ngerengek minta beliin helm baru." sambungnya yang membongkar sifat lucu cewek yang ada di hadapannya.     

Nusa mencubit kecil pinggang Rehan, namun sepertinya tidak kena karena ketebalan jaket bomber cowok tersebut cukup menghalangi aksi mencubitnya. "Huh, ya udah iya bawel. Nusa mengaku kalah, dan silahkan Kak Rehan berangkat bekerja." ucapnya.     

Mendengar itu, Rehan menganggukkan kepala. Ia hanya ingin melihat Nusa sebentar lagi sambil mengobrol untuk memastikan kondisi sang adik secara tersirat, ternyata benar jika kesehatan Nusa sudah membaik.     

"Salim." ucap Nusa yang meraih tangan kanan Rehan, lalu mengecup punggung tangan cowok tersebut dengan sopan.     

Setelah itu, Rehan menganggukkan kepala sambil menarik kembali tangannya yang juga sudah di lepas oleh Nusa. Ia menjulurkan tangan untuk mengacak-acak rambut Nusa sampai beberapa anak rambut berdiri, ia terkekeh sambil menaruh kembali tangannya pada gas motor. "Haha, rambut kamu kayak abis kesengat listrik."     

Mendapatkan komentar seperti itu menjadikan Nusa memekik dengan suara kecil, lalu menyisir rambutnya dengan jemari lalu di akhiri meniup poni. "Udah sana ah, Kakak rese banget. Sana berangkat kerja, nanti telah rasain!"     

Rehan terkekeh lalu menganggukkan kepala. "Dadah, sampai jumpa nanti. Kakak kerja dulu, bye." Setelah itu, ia menutup kaca helm-nya.     

Nusa tersenyum hangat sambil melambaikan tangan bersamaan dengan motor besar Rehan yany memutar balik dan pergi dari hadapannya. "Dadah…" oke, mungkin dirinya telat.     

Nusa memutar tubuh, kedua tangannya memegangi ujung tali tas dan ia mulai masuk ke pekarangan sekolah. Sudah terlihat ramai-ramai para murid yang tengah melakukan masing-masing kegiatan sebelum pembelajaran di mulai.     

Menelusuri lorong, setelah itu mulai melangkahkan kaki untuk masuk ke dalam toilet karena berniat ingin membenarkan rambutnya yang berantakan akibat dari ulah Rehan yang menyebalkan, sungguh!     

Ia sudah masuk ke dalam toilet, lalu menurunkan tas punggung untuk membuka resleting tas bagian kecil untuk mengambil sesuatu.     

"Untungnya ada." gumam Nusa sambil menatap sisir kecil yang biasa Rehan bawa kemana-mana, beberapa hari yang lalu ia umpeti karena sang Kakak terlalu sering menyisir rambut yang padahal rambut cowok terdebut sudah tertata rapi.     

"Ada gunanya juga nyembunyiin barang-barang Kak Rehan demi kebaikan."     

Kembali memakai tas punggung, setelah itu menatatap wajahnya di cermin toilet. Ia dengan perlahan kembali menyisir rambutnya yang jatuh lurus, tidak terlalu buruk sih penampilannya dari yang ia bayangkan dari apa yang dikatakan oleh Rehan kalau rambutnya berantakan.     

Setelah selesai, ia kembali memasukkan sisir tersebut, namun kali ini ke saku bajunya saja.     

Merasa ingin buang air kecil, akhirnya Nusa masuk ke dalam salah satu bilik toilet yang memang tadinya pada tertutup dengan baik namun tidak ada penghuninya.     

Tidak sampai lima menit kok, ia sudah selesai dengan BAK-nya dan merapihkan seragam.     

"Lo gak curiga sama Reza, Ka? Maksud gue, gak mungkin selama ini dia itu kayak benci tiba-tiba jadi suka kayak di film-film sinetron, gak banget."     

Tiba-tiba, baru saja Nusa ingin keluar dari bilik toilet ini, niatnya terhentikan karena mendengar suara seperti Disty? Entahlah, ia akan menyimak terlebih dulu. Lagipula, mereka juga tidak menyadari kalau ia mengisi salah satu toilet cewek dan menguping pembicaraan.     

"Gue awalnya ragu, gue liat-liat kadang sifat dia kayak labil gitu. Kadang dia baik sama gue, kadang cuek, kadang dingin kayak gue bukan siapa-siapanya dia, kadang juga so sweet gitu ngasih perhatian ke gue dan hal-hal sewajarnya orang pacaran." Kalau yang ini, suara Priska.     

"Tapi kalau dia emang punya niat, pasti niat Reza tuh mau nikahin lo deh, Ka. Terus dia gak kuat, akhirnya milih pacaran dulu sama lo sebelum nikah dan lo di rebut cowok lain." Jangan di tanya lagi, kalau ini sih suara Nika yang mengeluarkan pendapat sangat sangat wow.     

Nusa diam, ia berusaha keras untuk tidak bersuara. Bahkan saat ini, ia mengecek apakah ponselnya berdering atau tidak. Dan beruntung, ponselnya berada di dalam mode silent.     

Ia bukannya tidak sopan karena sudah mendengarkan pembicaraan orang lain. Namun, ia juga memiliki pemikiran serupa dengan mereka, ya hanya ingin tau pembahasannya saja kok.     

"Kalau emang dia punya rencana buat jatohin gue, ya gue bakalan jatohin balik lah. Dia kan berarti deketin gue itu ada sesuatu yang dia incer, nah nanti gue main cantik aja biar dia sayang sama gue terus gak berani ngelanjutin rencana itu karena kan gak mungkin ngecewain orang yang di sayang." Ini suara Priska lagi.     

Nusa mengerjapkan kedua bola mata, ia tidak tau apa yang mereka bicarakan, namun setidaknya, ia akan memberitahukan hal ini kepada El.     

"Eh bentar deh, kok gue nyium wangi stroberi, ya? Lo make parfum buah-buahan, Ka?" tanya Disty.     

Mendengar itu, Nusa mengumpat kecil dari dalam hati. 'Aduh, itu kan wangi parfum aku'.     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.