Elbara : Melts The Coldest Heart

Sudah Berani Melawan



Sudah Berani Melawan

0"Eh bentar deh, kok gue nyium wangi stroberi, ya? Lo make parfum buah-buahan, Ka?"     
0

Pertanyaan Disty membuat Priska mengendus sambil menaikkan sebelah alisnya. Ia tidak mengata 'wangi' yang dikatakan oleh sahabatnya. "Gak, gue gak nyium apa-apa tuh. Lo nyium gak, Nika?" jawabnya sambil beralih menanyakan hal ini kepada sabatnya yang lain.     

Nika juga ikutan mengendus. "Ih ini mah wangi melati, jangan-jangan ada mbak kunti di sekitar kita." balasnya dengan nada bicara yang di buat ketakutan, lalu tanpa banyak basa-basi lari dengan kencang keluar toilet sambil berteriak menyerukan huruf A dengan lantang.     

Priska dan Disty sih melihat kepergian Nika dengan biasa saja, merasa tidak takut karena 'mereka' itu tidak untuk di takuti.     

"Tapi serius deh ini wangi stroberi." ucap Disty yang bersikeras. Ia menatap Priska dengan tatapan seolah tengah meyakinkan bahwa indra penciumannya tidak pernah salah.     

Priska menghembuskan napasnya. "Gue gak mungkin pakai parfum wangi yang kayak gitu, lo tau gue lebih ke mint. Dan lo, gue juga tau wangi lo jauh dari buah-buahan." ucapnya yang berkomentar mengenai apa yang dikatakan oleh Disty. "Terus maksud lo, disini gak cuma kita doang? Ada yang nguping, gitu?" sambungnya.     

"Iya, jangan-jangan daritadi ada yang denger semua omongan kita." ucap Disty sambil membalikkan tubuh, menatap satu persatu bilik toilet yang tertutup rapat yang totalnya ada 6.     

Priska terkekeh kecil. "Halu lo, jelas-jelas gak ada orang." ucapnya sambil menggelengkan kepala. "Lo mau periksa satu-satu gitu kayak ngelakuin tindakan yang gak berguna apa gimana nih?" sambungnya sambil menyilangkan kedua tangan di depan dadanya.     

Mendengar itu, Disty mendengus karena merasa tidak di percaya oleh Priska. "Ya udah ini gue beneran mau cek, awas aja lo sampai bener ada orang, lo yang gue amuk."     

"Berani lo amuk gue?!" tanya Priska yang tiba-tiba berubah menjadi garang.     

Disty meringis sambil terkekeh konyol. "Ya gak sih." balasnya sambil menggaruk tengkuk yang tidak gatal. Ia sendiri pun tidak berani mengamuk pada Priska yang tentu saja tidak sebanding dengan dirinya.     

Priska hanya menyaksikan Disty yang melangkahkan kaki ke deretan bilik toilet, ia tidak begitu peduli sih kalau semisalnya juga ada orang lain yang menguping. Toh kan lumayan, ada target sekaligus mangsa baru.     

"Buang-buang waktu, Disty." tegur Priksa.     

Namun, Disty tetap pada pendirian. Ia mendekati bilik toilet cewek yang pertama, lalu membukanya dengan kasar namun tidak sampai menimbulkan kerusakan.     

Brak!     

Di bilik toilet pertama, tidak ada siapapun.     

Brak!     

Di bilik toilet kedua, tidak ada siapapun.     

Brak!     

Di bilik toilet ketiga, tidak ada siapapun.     

Brak!     

Di bilik toilet keempat, tidak ada siapapun.     

Brak!     

Di bilik toilet kelima, tidak ada siapapun.     

Disty melangkahkan kaki di bilik toilet terakhir, ia akan menghajar siapapun kalau memang ada yang menguping pembicaraan yang termasuk privasi.     

"Siapapun lo, keluar cepetan sebelum gue dobrak pintu toilet-nya."     

"Lo udah gila," ucap Priska. Ia mendekati Disty, lalu menarik tangan cewek tersebut untuk segera mengikuti setiap langkah kakinya untuk keluar dari toilet cewek.     

Disty cemberut dengan langkah tersaruk-saruk karena Priska menariknya dengan cukup kasar. "Nyebelin dasar lo, itu tinggal satu bilik lagi belum kebuka. Siapa tau ada orang—"     

"Sugestilo aja, oneng." ucap Priska yang memotong ucapan Disty.     

Pada akhirnya, langkah merasa sudah biasa saja dan juga sejajar.     

Sedangkan di seberang sana …     

Nusa nyaris kehabisan pasokan oksigen yang di hirup karena ia menahan napas supaya tidak ketahuan oleh Disty yang mengecek setiap bilik toilet. Untungnya, ia menempati bilik paling terakhir yang menjadikan ia terselamatkan dengan Priska yang pada akhirnya juga tidak sabaran dengan tingkah Disty.     

Mengambil udara banyak-banyak, Nusa mengatur napasnya terlebih dulu. Ia memutuskan belum keluar dari toilet karena takutnya Priska and the genk malah menunggunya di depan pintu masuk toilet, dalam artian dirinya ini nanti ketahuan dan akan menambah masalah.     

"Ih gila hampir aja mati konyol gara-gara nguping pembicaraan orang."     

Selang lima menit kemudian, Nusa memberanikan diri untuk keluar dari bilik toilet. Ia melihat ada dua orang murid cewek, dan tentunya mereka bukan salah satu dari cewek-cewek yang berusaha ia hindari saat ini.     

Tanpa sadar, ia menghembuskan napas lega. Akhirnya, terbebas dari kecurigaan kematian.     

Dengan wajah yang sudah terlihat normal, Nusa pun menampilkan senyuman dan berlagak seolah ia baru saja masuk ke dalam toilet. Padahal, ia disini sudah bermenit-menit lamanya.     

Nusa pun keluar dari toilet, setelah itu segera melangkahkan kaki menyelusuri koridor. Ia sudah sampai di depan kelas, dan langsung masuk kesana.     

"Woi Nusa, baru dateng kemana aja nih?" tanya Priska yang tiba-tiba menyambut Nusa yang baru masuk kelas dengan nada bicara yang sedikit di pertinggi.     

Mendengar itu, Nusa refleks malah menghentikan langkah di depan kelas bersamaan dengan beberapa orang yang tertarik menaruh pandangan terhadapnya, begitu juga dengan El and the genk.     

Ia tidak tergertak, bahkan raut wajahnya biasa saja. "Aku baru dateng tadi ngobrol dulu di gerbang sama Kak Rehan, ada masalah buat kamu?" balasnya dengan nada bicara yang sedikit berani.     

Priska berdecih, lalu memutar kedua bola matanya. "Ya elah udah berani lo sama gue? Sewot banget lo, gue cuma nanya." ucapnya. Kalau saat ini El tidak menghujam tajam ke arahnya, mungkin ia sudah melempari Nusa dengan gumpalan kertas yang ia buat.     

Nusa mengangkat bahu, tidak peduli. "Siapa yang suruh nenek lampir kepo," ucapnya sambil melanjutkan berjalan ke arah tempat duduk.     

Mendengar apa yang dikatakan oleh Nusa, satu kelas tertawa di buat olehnya. Baru kali ini seorang Nusa yang merupakan korban bully seorang Priska bisa membalikkan kesongongan cewek tersebut.     

Reza dan Mario yang memiliki tawa paling puas, Nusa adalah anak didik mereka berdua yang menanamkan perasaan untuk tidak takut kepada makhluk yang bernama Priska.     

Sedangkan Priska? Ia tengah di tenangkan oleh Disty dan Nika karena takutnya cewek satu ini emosi dan membalas apa yang dikatakan oleh Nusa yang mampu membuatnya tidak habis pikir karena lagi-lagi yang melawannya adalah cewek yang sama seperti sebelumnya.     

El tersenyum kala melihat Nusa yang duduk tepat di sampingnya, ia mengelus puncak kepala cewek tersebut dengan perasaan sayang yang tinggi. "Nah itu baru cewek gue, jangan pernah takut sama manusia, kan sama-sama makan nasi."     

"Dih siapa bilang Priska makan nasi? Dia makan dedek yang biasa di makan bebek," cerocos Mario sambil tertawa diiringi dengan yang lain.     

Priska mendengus saja, ia tau kalau dirinya sudah tidak bisa lagi melawan Nusa.     

Nusa memberikan senyuman termanis di pagi hari untuk El. "Semangat pagi, sayang." sengaja, nada bicaranya di perlantang.     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.