Elbara : Melts The Coldest Heart

Tidak Ada Rahasia



Tidak Ada Rahasia

0"Lo gak liat noh si Bian lagi ngehajar Bastian?"     
0

Mendengar Mario yang berkata seperti itu sambil membalikkan tubuh untuk menatap ke arah dirinya pun membuat El menghembuskan napas pelan.     

"Gak penting, sumpah. Bukan urusan gue juga, males gue urusin hal begituan karna bukan bagian gue." balas El sambil menggelengkan kepala dengan perlahan.     

Ia menatap ke arah Nusa yang entah mengapa menjadi agak pendiam, cewek ini tengah menggambar di belakang buku tulisnya. Lalu, pandangannya jatuh ke arah tempat duduk Priska dan kedua anteknya yang kosong.     

Pasti ketiga cewek itu tidak ingin kehilangan berita hot yang terjadi karena di sebabkan oleh Bastian yang menyiram Moli, itu terdengar cukup sadis apalagi kejadiannya juga serupa dengan Nusa yang pernah di siram oleh Priska.     

"Nanti kita ketinggalan berita, El." ucap Mario sekali lagi sambil terkekeh kecil.     

Mendengar itu, Reza ikut memutar tubuhnya lalu menyentil kening Mario karena merasa ucapan sahabatnya sangat bodoh. "Gak jelas lo, kayak mak-mak rumpi." ucapnya.     

Nusa yang melihat tingkah Reza dan Mario pun terkekeh kecil, setelah itu tersenyum. "Kalian ada-ada aja. Ya kalau mau liat, gih sana sebelum selesai." ucapnya, lalu mengambil tangan El untuk menggambar simbol love tepat di daerah nadi cowok tersebut.     

El yang tidak protes pun dengan suka rela memberikan tangan dan tanpa mengatakan perizinan pun membiarkan Nusa membuat apapun yang cewek itu inginkan. "Bener tuh kata Nusa, dah lo berdua sana jadi reporter." ucapnya.     

Mendengar itu, Reza sama Mario ternyata memiliki pemikiran yang serupa lalu langsung saja melesat keluar kelas dengan semangat yang membara. Mereka memang tidak pernah ketinggalan satu pun berita, dan semoga kali ini tidak ketinggalan.     

Sekarang, tersisa El dan Nusa serta beberapa anak murid yang tidak peduli apa yang terjadi.     

El menyerongkan tubuhnya agar lebih mudah berinteraksi dengan Nusa.     

"Ih jangan gerak, nanti bentuk love-nya kecoret." protes Nusa yang menghentikan kegiatan menggambar love kecil tersebut.     

El hanya melihat apa yang sedang di kerjakan oleh Nusa, memang cewek satu ini itu ada-ada saja.     

Nusa dengan serius seolah membuat pahatan, bahkan saat ini keningnya sampai berkerut. "Ini waterproof, artinya permanen." ucapnya sambil menatap puas hasil karya yang telah selesai ia buat di tangan El.     

Mendengar apa yang dikatakan Nusa membuat El ingin tertawa, sampai pada akhirnya ia pun terkekeh kecil. "Waterproof itu artinya anti air, sayang. Bukan permanen, salah artian kamu." ucapnya yang mengkoreksi perkataan Nusa dengan nada bicara yang penuh kelembutan.     

Nusa yang mendapatkan pembenaran seperti itupun mendengus. "Iya ih, omongan aku typo."     

"Omongan itu gak bisa typo lah, aneh lo."     

"Bisa, contohnya tadi. Aku gak maksud ngomong permanen, tiba-tiba kata itu mendadak keluar dari mulut aku, suwer."     

"Gak jelas lo mah, emang lo kan unik sampai typo omongan aja cuma bisa di lakuin sama lo."     

Tampak El yang mengacak-acak rambut Nusa dengan gemas, membuat cewek itu cemberut lalu memekik kecil dengan kesal.     

"Ih! Tadi pagi Kak Rehan yang uwel-uwel rambut aku, sekarang kamu. Jelek deh aku rambutnya gak tertata rapih, huhhhhh."     

"Lo cantik banget kali, apapun penampilan lo."     

"Gombal terus kerjaannya kayak gak ada yang lain."     

"Nanti gue bisa kerja beneran, buat nabung masa depan sama lo. Ya urusan uang nikah sih dari sekarang udah ada, kerjaan juga gampang, mau di nikahin sekarang?"     

Mendengar ucapan El membuat kedua pipi Nusa terlihat memerah, ia tersipu mendengar perkataan cowok di sampingnya. "Ish enggak, gak kayak gitu maksud aku."     

Kasihan melihat Nusa yang tersipu seperti ini, menjadikan El teringat kalau beberapa saat lalu cewek tersebut tampak diam saja seperti memikirkan sesuatu.     

El menatap Nusa dengan lekat, setelah itu herdehem. "Gue yakin banget lo mau ngomong sesuatu, ada yang di sembunyiin dari gue? Atau lo takut buat ngomong, hm?" ucapnya yang memberikan peluang kepada Nusa kalau apapun yang saat ini masih berada di pikiran cewek itu, sebaiknya katakan saja.     

Nusa sudah mengubah ekspresi wajahnya menjadi normal, lalu menatap El dengan mengerjapkan kedua bola mata sebanyak tiga kali. "Enggak kok, gak ada. Perasaan kamu aja kali kalau aku kayak gitu, nyatanya aku gak kenapa-napa." balasnya, padahal saat ini wajahnya berubah menjadi agak lebih pucat daripada sebelumnya, pertanda menjelaskan kalau ia berbohong.     

Mendengar itu, El sudah tidak asing lagi dengan nada bicara serta raut wajah Nusa saat mengatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan. "Masa sih? Kamu bohong, ya? Apa gimana nih?" tanyanya sambil menaik turunkan kedua alis, tidak ingin memaksa, ingin ceweknya itu jujur tanpa di pinta.     

Melihat betapa tulusnya El bertanya membuat Nusa pada akhirnya menghembuskan napas dengan perlahan. Ia mengrucutkan bibir sebelum mengatakan apa yang ingin dirinya bicarakan. "Tapi janji gak boleh marah, ya?"     

"Ya kan gue gak tau apaan yang mau lo omongin, jadi gue gak bisa jawab kalau gue bakalan marah atau gak-nya." balas El, namun ia sama sekali tidak curiga dengan perkataan Nusa yang selanjutnya.     

Mengambil napas panjang, lalu menghembuskannya dengan perlahan. "Sebelumnya, kamu bawa parfum gak, El?" tanya Nusa, ia tidak ingin wangi tubuhnya yang mungkin sudah di hapal oleh Priska and the genk tercium.     

El menganggukkan kepala, tanpa bertanya pun langsung merogoh tas punggung miliknya dan mengambil parfum. Lalu, menyodorkannya ke hadapan Nusa. "Ini, sayang."     

Mengambil parfum milik El, setelah itu menyemprotkannya pada tubuh supaya wangi stroberi milik Nusa tertutup dengan wangi parfum milik El yang saat ini ia gunakan.     

"Buat apaan sih?" tanya El sambil mengerutkan kening karena tidak paham dengan maksud tindakan Nusa.     

Nusa merasa puas kala wangi parfum milik El sudah melekat di tubuhnya, ia pun langsung saja menaruh botol parfum tersebut ke atas meja. "Makasih, nanti aku jelasin sayang, satu-satu kan nyeritain alurnya." balasnya sambil tersenyum menampilkan deretan giginya.     

"Oh panjang ya kayak jalur kereta." balas El sambil ikutan terkekeh, lalu kembali mengambil parfum dan memasukkan ke dalam tas untuk di simpan.     

Sebenarnya, terselip keraguan di saat ingin mengatakan ini. Namun siapa sangka? Perasaan ragunya itu benar-benar harus di musnahkan karena takutnya menghadirkan keadaan yang penuh dengan rahasia.     

"Tentang apa nih?" tanya El, ia mulai serius. Ia melihat ke sekeliling, setelah itu tidak menemukan seseorang yang menguping pembicaraan mereka, ia akhirnya mengembalikan pandangan untuk menatap cewek yang berada di sampingnya.     

Dengan keadaan tenang, Nusa mulai menceritakan segalanya. Ia mulai dari awal masuk gerbang sampai dimana ia masuk ke dalam kelas, semua alur yang dirinya ceritakan sangat tertata dengan rapih, sungguh.     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.