Elbara : Melts The Coldest Heart

Menunggu Kedatangan El



Menunggu Kedatangan El

0"Ini El kemana? Kok dia ilang kayak gitu aja sih sama kayak hantu."     
0

Pertanyaan Mario seperti mewakili apa yang saat ini berada di pikiran Nusa. Ia mencengkram jemarinya satu sama lain karena merasa cemas. Tadi, sekitar 2 menit sebelum bel istirahat berbunyi, El pamit ingin pergi ke toilet dan ternyata tidak kembali bahkan belum menunjukkan batang hidungnya di kantin.     

"Jangan-jangan karena dia mau bolos kali? Kan dah lama tuh dia gak bolos-bolos, mungkin lagi kepengen aja." sambar Reza yang mengatakan sambil menaikkan kedua bahu, seolah sama sekali tidak mempermasalahkan hal itu.     

Mendengar perkataan Reza yang semakin memperjelas —padahal kan belum tentu El benar-benar melakukan apa yang cowok itu katakan—, namun saat ini kekhawatiran Nusa menjadi bertambah berkali-kali lipat.     

"Dih punya temen kok oneng, tuh liat Nusa jadi murung gara-gara ucapan lo." ucap Mario, kini malah melemparkan tisu bekas mengelap mulutnya ke arah cowok tersebut.     

Reza yang di lempari tisu kotor pun berdecak sambil bergumam kasar. "Sialan lo mah, ini jijik banget sue." ucapnya sambil meraih ujung tisu tersebut dengan jijik, setelah itu menatap Nusa. "Sa, bawa hand sanitizer gak? Tangan gue terkontaminasi kuman-nya Mario." sambungnya.     

Nusa menganggukkan kepala, ia termasuk cewek yang siap sedia membawa benda seperti itu. Merogoh saku baju, lalu memberikan botol kecil hand sanitizer ke hadapan Reza. "Ini, pake aja." balasnya sambil tersenyum simpul.     

Lagi dan lagi, arah pandang Nusa saat ini melihat ke arah pintu masuk sekaligus pintu keluar kantin, menunggu sosok El yang menghampirinya. "Sebenernya El itu kemanasih, Rio, Za?" tanyanya, tanpa mengalihkan pandangan kepada kedua orang lawan bicaranya.     

Sambil menikmati batagor, Mario memasukkan potongan kentang saus kacang ke dalam mulutnya. "Ya gue juga gak tau, Sa. Lo kan yang ada di samping El, masa iya gak tau?" balasnya, lalu melanjutkan kunyahan.     

Reza menganggukkan kepala, setuju dengan apa yang dikatakan oleh Mario. "Iya tuh bener, kita aja gak tau dia izin ke toilet beneran atau belok ke lain arah." ucapnya seolah menyambung apa yang dikatakan oleh Mario.     

Nusa mengambil napas panjang lalu menghembuskannya dengan perlahan. Terpaksa, ia memutuskan arah pandang dari pintu kantin menjadi saat ini menatap semangkuk bakso yang di sajikan bersama bihun dan potongan sawi hijau.     

Dengan malas, Nusa mulai memakan makanan yang berada di hadapannya tanpa selera. Kan kalau ada El di sampingnya, setidaknya ia merasa kalau cowok tersebut akan menambah nafsu makan.     

Reza menyenggol lengan Mario, ia seperti memberikan kode kepada sahabatnya karena melihat tingkah Nusa yang bergerak dengan lesu. "Liat tuh Nusa, kemana sih temen lo?" bisiknya, mendekatkan wajah ke arah daun telinga Mario sehingga memungkinkan Nusa tidak dapat mendengar apa yang dirinya katakan.     

Mario sambil menyunyah menatap Nusa, setelah itu menelan makanan di dalam mulutnya. "Mana gue tau ih sialan sumpah dah, gue aja gak tau tuh pak bos kemana. Izin juga gak, positif aja pikiran lo mungkin dia lagi ada panggilan alam alias BAB."     

"Iya kali ya? Nanti kalau semisalnya El sampai di kantin ya udah jangan di tanya apa-apa, nanti kena semprot." ucap Reza.     

Sejujurnya sih Nusa masih bisa mendengar apa yang dikatakan Reza dan Mario, menjadikan dirinya juga berpikir positif. Memangnya siapa yang akan mengira kalau seseorang akan BAB? Tidak ada. Jadi, Nusa berusaha untuk menanamkan pemikiran mereka berdua.     

"Ya udah Sa, makannya yang bener. Nanti lo sakit lagi, siapa yang khawatir? Rehan, gue, Mario, sama El juga yang paling khawatir sama lo." Pada akhirnya Reza mengatakan hal ini yang kemungkinan bisa membuat Nusa lebih bersemangat untuk malahap makanannya.     

Nusa menganggukkan kepala, lalu tersenyum. "Iya ini lagi makan pelan-pelan aja biar gak keselek, kayak Mario tuh masa lima menit langsung habis." balasnya sambil menunjuk piring berisikan somay yang tepat berada di hadapan Mario, dan benar saja piring tersebut sudah kosong dengan sisa-sisa bumbu kacang.     

Reza tertawa, ia sangat hapal kalau makanannya enak, pasti Mario akan cepat menghabiskannya. "Dia mah kayak mesin vacum, semuanya langsung di sedot, makanya cepet abis." komentarnya sambil mengaduk mie rebus pedas yang masih menguap panas tepat di hadapannya.     

"Yeh emangnya lo dari tadi tuh makanan masih utuh kayak gak mau di makan, mending buat gue." ucap Mario sambil menatap mangkuk yang berada di hadapan Reza, masih penuh berisikan makanan. Setelah itu, ia meneruput es teh manis lalu menatap ke arah Nusa. "Gue laper Sa, tadi pagi cuma makan roti bakar, nasi goreng, sama segelas susu doang." sambungnya menjawab pertanyaan cewek yang berada di hadapannya.     

Nusa menaikkan sebelah alisnya, setelah itu tertawa. "Gak jelas ih kamu, itu mah bukan sekedar 'cuma sarapan' tapi porsi sarapan kamu itu sebenernya udah bikin kenyang banget." Membayangkannya saja, ia terasa saat sampai sekolah akan kesulitan berjalan kalau sarapan dengan porsi banyak seolah perutnya keberatan karena penuh akan makanan.     

Mario ikutan tertawa, lalu menepuk-nepuk perutnya dengan pelan. "Tenang-tenang, semuanya tertampung dan di olah dengan baik di sistem pencernaan gue." ucapnya.     

Reza mendengus saat menatap Mario yang seperti itu, lalu menggelengkan kepala sambil mengembalikan arah pandang menatap Nusa. "Mario tuh pencernaannya sedikit terganggu, dia makan sebanyak apapun ya porsi kenyang dia lebih besar daripada kita. Jadi, sarapan mau sebanyak apapun terus makan mau melebihi kapasitas pun bisa, terus gak ngaruh ke berat badan juga." ucapnya yang memperjelas.     

Mendengar penjelasan Reza menjadikan Nusa mengangguk-anggukkan kepala karena merasa paham. Dengan mulut yang sambil ber-oh-ria, ia tersenyum. "Ih enak banget ya kalau kayak gitu. Rasa-rasanya kalau Nusa napas aja nih ya, satu kilo mungkin langsung nambah berat badan aku." ucapnya sambil memasukkan potongan bakso ke dalam mulut, mengunyah dengan nikmat karena perasaannya sudah tenang berkat kedua cowok yang saat ini berada di hadapannya.     

Reza dan Mario terkekeh, menurut mereka, Nusa sangat lucu dengan topik pembicaraan apapun yang dapat menyamai mereka.     

"Ya kalau lo napas aja nambah sekilo, berapa berat badan lo sekarang, huh?" tanya Reza, lalu memperhatian Nusa.     

"Nah betul, lo aja body goals." tambah Mario sambil menganggukkan kepala, seolah apa yang dikatakannya ini adalah sebuah keseriusan.     

Nusa terkekeh. "Ya itu ibaratnya cuma perumpamaan aja. Tubuh Nusa segini juga kan pola makannya di atur, kalian tau sendiri Kak Rehan yang repot banget kalau urusan empat sehat lima sempurna."     

"Iya tau, ketat banget kayak protokol kesehatan." balas Reza, setuju dengan apa yang dikatakan Nusa. Sedangakan Mario? Ia beralih untuk menikmati cireng yang juga menjadi pesanannya.     

"Ekhem, seru banget nih ngobrol. Lo pasti nungguin gue ya, sayang?" Ini adalah suara El.     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.