Elbara : Melts The Coldest Heart

Khawatir dengan Keberadaan Vira



Khawatir dengan Keberadaan Vira

0"Ini Alvira kemana? Ada yang liat apa gak?"     
0

Sebelumnya El sudah kembali ke kelas untuk mengantarkan Nusa supaya disana terlebih dulu karena ia ingin bertemu dengan Alvira. Dan ya, kini dirinya berada di kelas sang adik yang ternyata juga Alvira yang dicari-cari tidak berada di tempat duduknya.     

Maka, El saat ini menatap satu persatu murid dengan tatapannya yang dingin. Pasalnya, saat di kantin pun tidak nampak sosok Alvira yang biasanya akan makan di kantin walaupun membawa bekal dari rumah.     

Sang ketua kelas yang daritadi di dorong-dorong oleh temannya pun memutuskan untuk mendekati El walaupun dengan perasaan ragu, juga takutnya kalau ia akan terkena tatapan maut yang sangat mengerikan.     

"Kenapa nih Bang? Jangan marah-marah atuh gak enak di dengernya, ayo bang tanya baik-baik aja."     

"Vira mana."     

Tanpa banyak bertanya pun menjadikan El menatap cowok di hadapannya dengan seksama, bahkan tatapannya menyelidik dan seperti ingin mendapatkan jawaban dari apa yang dirinya tanyakan.     

Namanya Husen, cowok yang aktif di ekstrakulikuler futsal namun tidak menyalonkan diri menjadi bagian penting, hanya pemain biasa. Tidak terlalu tinggi, bahkan tingginya kalau dengan El namun ini bukanlah pembahasan yang penting. Sebagai ketua kelas, tentu saja ia yang bertanggung jawab atas para murid yang sekelas dengannya.     

"Begini Bang, gue jelasin tapi gak usah ngegas, ya?" Husen masih meminta untuk El supaya tidak bersikap terlalu menyeramkan. Sebagai seorang cowok, ia juga takut kalau bermasalah dengan cowok yang saat ini ada di hadapannya.     

El menghembuskan napas. Baginya, Husen terlalu ribet seperti para cewek karena meminta ini dan itu. "Sekali lagi lo ngomong gitu, kita selesaiin aja deh di lapangan gue bikin lo bonyok." balasnya dengan tatapan mata yang datar.     

Rasa takut pun menjalar di tubuh Husen menjadikan cowok satu ini menelan saliva susah payah. "Iya Bang, jadi gini. Tadi, pas jam pelajaran kesatu dan kedua itu Alvira ada di kelas. Nah pas pergantian jam, dia milih buat keluar kelas katanya mau ke toilet. Eh gak balik-balik sampai sekarang, tuh liat tapi tasnya masih ada di kursi." ucapnya yang menjelaskan dengan sangat detail, tidak membiarkan El tidak tau satu cerita pun bahwa memang satu kelas tidak ada yang tau kemana perginya cewek yang maksud.     

El menaikkan sebelah alisnya. Ia tau sekali kalau Alvira bukan tipikal cewek yang suka bolos, apalagi keluar masih saat jam mata pelajaran ketiga sampai istirahat pun menghilang.     

Tidak tau kemana tujuan Alvira karena memang tidak ada tempat di sekolah ini yang adiknya sukai, menjadikan El saat ini menganggukkan kepala. "Oke, thanks." Setelah itu, ia berbalik badan dan berjalan meninggalkan kelas Alvira dengan beribu pikiran yang bersarang di kepalanya pada saat ini.     

Sambil berjalan pelan, El berpikir kemana kira-kira Alvira berada sampai pada akhirnya memilih untuk menepi dan meraih ponsel di saku celananya.     

Membuka aplikasi bertukar pesan, setelah itu menekannruang chat-nya dengah Alvira yang sang adiknya itu menonaktifkan 'kapan terakhir online' pada aplikasi tersebut.     

Mau tidak mau, El membanjiri ruang pesannya dengan Alvira dengan spam pesan. Ia tidak mengerti apalagi yang membuat cewek tersebut melakukan aksi bolos bahkan sampai tidak kembali ke ruang kelas. Kan kalau seperti ini, ia khawatir.     

Marah? Tentu saja tidak. Kalau nanti dirinya marah, bisa-bisa malah menambah buruk suasana dan pada akhirnya memilih untuk diam-diam saja.     

Karena pesannya tak kunjung di baca padahal El yakin kalau ponsel Alvira aktif, ia pun langsung memanggil via telepon supaya langsung terhubung ke seseorang di seberang sana.     

Tidak juga di jawab menjadikan El tidak menyerah dan kini membuka ruang grupnya bersama Reza dan Mario untuk mengetik pesan kalau dua menit lagi mereka bertiga sudah kumpul di dekat lapangan.     

El masih bertanya-tanya, kemana perginya Alvira?     

Dua menit berlalu …     

"El, ada apaan sih? Kok tumbenan banget ngajak kumpul kayak gini? Untung gue jomblo jadi gak kayak di samping gue nih yang berpisah pacarnya," ucap Mario yang sambil menyindir sekaligus meledek sahabatnya. Memang, ia tidak bisa berhenti untuk melakukan hal yang satu ini.     

Mendengus saat mendengar ucapan Mario. Kalau saat ini dirinya tidak melihat raut wajah El yang serius, ia berjanji ingin menginjak kaki Mario dengan kuat sampai cowok tersebut menjerit. "Bawel lo, ini oneng dengerin El mau kita ngapain."     

El tidak masalah dengan Mario yang memang sedikit bercanda, lalu ia berdehem. "Alvira bolos."     

"HAH?!" Ini adalah pekikan Mario yang paling heboh, bahkan sampai berekspresi menutup mulut dengan satu telapak tangan seperti shock.     

Reza tidak se-lebay Mario, namun ia cukup terkejut dengan apa yang dirinya dengar dari El. Ia sungguh tidak percaya karena sejauh ini Alvira tidak pernah melakukan hal tersebut. "Jangan kemakan hoax, El. Dari yang kita kenal, gak mungkin Alvira bolos. Palingan juga ada di area sekolah, ayo kita cari keliling aja sambil sama-sama hubungi di chatan."     

Saran Reza adalah saran terbijak, bahkan sebelumnya El tidak berpikiran seperti ini.     

"Tapi biasanya juga dia bales gue kalau di area sekolah, seenggaknya gak takut buat sekedar bales chatan gue, Za." ucap El.     

"Ya iya sih." Reza menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, kembali memutar otak. "Lo pikirnya Alvira pasti bolos keluar sekolah, iyakan? Makanya lo sampai sepanik ini bahkan langsung hubungi gue sama Mario." sambungnya, agak menebak-nebak.     

El menghembuskan napas, setelah itu menganggukkan kepala dengan perlahan. "Iya gue mikir gitu," sepertinya ia terlihat sudah pasrah.     

Mario menaikkan sebelah alisnya, ia memilih untuk lebih dulu tidak angkat bicara bahkan mengambil pose seolah-olah berpikir dengan tangan yang berada di dagunya.     

"Ya udah kita bantu cari aja, berpencar. Soalnya gak mungkin banget Alvira keluar tanpa pengawasan lo, bisa-bisa dia ketakutan lo marah."     

"Gue mah gak bakalan marah, Za. Justru gue khawatir banget sama keberadaan dia sekarang, gak ngerti dia ada dimana."     

"Ya udah ayo makanya cari kan kita bantuin, lo gak sendirian. Nah—"     

"Nah, tapi gue yakin banget nih sekarang Alvira pasti lagi bolos di luar sekolah." selak Mario yang langsung memotong perkataan Reza, ia lebih memiliki pemikiran yang saling menyambung.     

El dan Reza menaikkan sebelah alis ke arahnya seolah meminta penjelasan yang lebih, tanpa berkata pun mereka menginginkan apa yang akan dikatakan oleh Mario.     

"Tadi gue ketemu Moli buat nanya kemana Bian soalnya tumben banget gak nampilin mukanya yang songong, tapi ternyata kata Moli emang dia gak ada dari tadi. So, sampai sini lo berdua paham kan apa yang gue maksud?"     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.