Elbara : Melts The Coldest Heart

Duduk Bersebelahan



Duduk Bersebelahan

0"Sebagai seorang yang udah kenal satu sama lain karena deket, gue gak mau cari masalah sama lo. Gue mau duduk dong di kursi lo, lo duduk di kursinya El."     
0

Mendengar itu, Nusa menaikkan sebelah alisnya karena saat ini di sampingnya berdiri Priska dengan senyuman yang terulas di permukaan wajahnya.     

Nusa menautkan kedua alis, menatap bingung ke cewek tersebut. "Ngapain? Gak boleh duduk di samping aku, nanti El marah sama kamu. Mendingan tuh duduk sama Disty dan Nika, duduk bertiga soalnya kamu kasian duduk sendiri." balasnya, tentu saja ia tidak ingin duduk bersebelahan dengan cewek yang dapat membuat dirinya kesal.     

Bukan soal masih mengungkit masalah kemarin, ini masalah mengapa Priska masih dengan genit-nya terus menerus menggoda El yang bahkan cewek itu sudah memiliki Reza untuk di menjalin hubungan yang lebih baik jika di bandingkan mengejar-ngejar cowok orang.     

"Ya udah kalau lo gak izinin gue duduk di kursi lo, mendingan gue duduk di kursinya El aja." ucapnya yang ingin bergerak memutar untuk mencapai kursi El, namun tangannya telah di tahan oleh Nusa yang tentu saja lebih tidak setuju jika cewek itu malah duduk di tempat cowoknya.     

"Mau kamu apaan sih?" tanya Nusa dengan sedikit tenang, ia tidak akan memaki atau hal yang serupa.     

Priska mengangkat kedua bahu. "Ya kayak yang lo liat aja, gue mau duduk sama lo. Kata lo barusan, gue kesepian, iya kan? Nah berhubung lo juga duduk sendirian, gue mau temenin."     

Nusa menggelengkan kepala dengan tegas. "Gak, gak boleh. Kamu balik aja ke tempat duduk, duduk di tempat masing-masing." katanya, lalu melihatnke arah pintu untuk menatap keluar kelas. "Lagian juga kan bentar lagi El bakalan balik, jadinya daripada kamu di usir mendingan—"     

Ting     

Ponsel Nusa berdenting, menjadikan dirinya menghentikan apa yang ingin dikatakan olehnya kepada Priksa. Lalu, memeriksa notifikasi ponsel yang berada di tangannya dan itu ternyata satu pesan yang diluncurkan dari El untuknya.     

El     

Gue mau cari Avira dulu, gue agak lama balik ke kelas, maaf ya.     

Nusa membaca satu pesan tersebut dari bar atas ponsel, Priska diam-diam juga membaca pesan tersebut bahkan sampai mencodongkan tubuh untuk melihatnya karena penasaran.     

"Tuh kan, El aja balik ke kelasnya gak tau kapan. Jadi, geser dong. Kapan lagi gue mau duduk sama lo? Kan jarang-jarang." ucap Priska sambil kembali menegakkan tubuh, senyumannya semakin terlihat mengembang.     

Nusa yang mendongakkan kepala untuk melihat wajah Priska pun seperti rasanya ingin menghela napas kasar, namun ia tunda karena dirinya tau kalau hal itu tidaklah sopan.     

"Hm."     

Pada akhirnya, Nusa menganggukkan kepala dengan perlahan walaupun perasaannya sedikit tidak ikhlas sambil menggeser duduknya menjadi duduk di tempat El.     

Priska? Ia benar-benar langsung saja duduk di kursi milik Nusa tanpa di persilakan, juga sekalian menaruh tasnya yang di bawa-bawa ke atas meja.     

"Ih kok lo wangi El sih?" Pertanyaan Priska seperti sebuah pertanyaan konyol. Karena apa? Ya karena pertanyaan tersebut sudah ada jawabannya!     

Nusa mendengus kecil, mungkin tidak ada yang dapat mendengarnya kecuali dirinya sendiri. "Gitu aja pakai segala di tanya? Kan udah jelas kalau aku itu pacaran sama El, masa gak wangi pacar."     

Sepertinya, Nusa menjawab segala pertanyaan Priska sekalian membuat cewek tersebut panas dengan perkataannya.     

Priska dalam hati sih sangat iri dengan semua yang di dapatkan oleh Nusa yang tidak pernah di dapatkan oleh dirinya. Namun, untuk saat ini ia berusaha untuk selalu mengingat apa yang dikatakan oleh El di halaman belakang sekolah tadi. Sungguh, berkat itu seperti hatinya dengan otomatis meredakan perasaan cemburu yang membludak.     

"Oh iya gue mah ingetnya lo jomblo, El jomblo. Tapi bagus lah lo wangi El, daripada wangi stroberi, gue jadi benci wangi itu." ucap Priska, namun jujur dirinya tidak menyindir siapapun ya karena hanya keheranan saja.     

Mendengar apa yang dikatakan oleh Priska pun menjadikan Nusa meneguk saliva dengan susah payah. Padahal, wangi stroberi tersebut adalah miliknya yang tersangka telah menguping pembicaraan cewek yang berada di sampingnya.     

Pura-pura tidak tau adalah pilihan yang sangat teramat tepat.     

"Siapa yang pakai wangi stroberi?" tanya Nusa yang menanggapi perkataan Priska, ia tidak panik, justru sudah di latih oleh Mario untuk mengatur perasaan dan suasana hati jika berada di posisi yang seperti ini.     

Priska mengangkat kedua bahu, sambil mengeluarkan buku tulis serta buku paket untuk pelajaran selanjutnya walaupun jam masuk belum berbunyi. "Ya mana gue tau? Gak pernah nemu sih wangi begitu, apalagi di kelas ini. Ketauan banget wangi bocah." balasnya, di akhiri kalimat mengejek dengan kekehan yang menyebalkan.     

'Ih gak tau ada wangi parfum stroberi itu seenak apa, nanti juga kalau nyoba ketagihan. Pakai segala ngatain kayak bocah, huh.' balas Nusa lebih dulu hanya diungkapkan di dalam hati saja.     

Nusa hanya diam, lalu memilih untuk membalas pesan El terlebih dulu dan meminta untuk di berikan kabar juga mengenai Avira. Ia menjadi kepikiran, apa lagi-lagi semua ini kesalahannya? Tapi pertanyaannya, apa dia berbuat salah kepada Alvira tanpa di sadari?     

"Lo temenan sama Moli?"     

Sepertinya, Priska sedang berusaha agar di antara mereka tidak awkward. Buktinya, cewek ini kembali menghidupkan suasana dan kembali menarik topik pembicaraan.     

Nusa menganggukkan kepala, tentu saja itu sudah jelas, kan? "Iya, emangnya kenapa, ya?"     

"Gak apa-apa, seru ya emangnya temenan sama nerd?" Ternyata, jiwa yang selalu menilai orang lain tidak pernah luput dari dirinya. Ia tidak takut juga kepada Moli yang sudah memiliki pegangan Bian. Baginya, Bian pasti juga akan membelanya kok daripada si cewek kutu buku itu.     

Nusa menaikkan sebelah alisnya, menatap Priska dengan serius. "Sebenernya tujuan kamu duduk di samping aku itu apaan sih, Ka? Daritadi nanya-nanya gak jelas, sampai bawa topik yang jelekin orang lain itu maksdunya gimana?"     

"Siapa juga yang jelekin? Gue cuma nanya,"     

"Pertanyaan kamu kayak seolah-olah temenan sama nerd itu aneh."     

Entah disini siapa yang salah, namun sepertinya Priska-lah yang terlalu banyak euhm… caper?     

Priska menaikkan kedua bahunya. "Ya gak tau deh." Pada akhirnya, ia memilih untuk mengatakan ini karena tidak ingin melanjutkan pembahasan yang bisa saja membuat Nusa tidak nyaman yang takutnya malah berujung cewek tersebut mengusir dirinya.     

Nusa memutuskan pandangan dari Priska. Ia mengambil buku yang telah di sediakan untuk jam pelajaran selanjutnya yang terletak di laci meja El untuk di taruh ke atas meja.     

Entah mimpi apa dirinya semalam karena saat ini duduk bersampingan — mereka terlihat seperti chairmate— dengan cewek yang berusaha tidak dirinya pedulikan semenjak Mario mengajarkan untuk tidak terlalu menanggapi Priska.     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.