Elbara : Melts The Coldest Heart

Dunia Milik Berdua



Dunia Milik Berdua

0"Ya udah sana masuk ke kelas, gue mau balik juga ke kelas."     
0

Itu adalah perkataan El yang dilontarkan kepada Alvira saat beberapa menit yang lalu. Kini, El sudah kembali ke kelas. Menatap cewek yang berada di sampingnya, Nusa. "Maaf ya kalau lama, tadi harus ada yang diomongin dulu sama Alvira. Maaf juga baru balik ke kelas,"     

Mendengar ucapan El yang meminta maaf membuat Nusa menaikkan sebelah alisnya. "Kenapa minta maaf ih? Aku sama sekali gak marah kok, kan kamu emang nyari Alvira, adik kamu." balasnya dengan sopan, lalu memberikan El senyuman yang terlihat sangatlah manis.     

El menganggukkan kepala, setelah itu mengambil buku tulis Nusa yang tertutup. Mustahil kalau dalam pelajaran matematika tidak di berikan tugas, dan pasti sebelum ia kembali ke kelas, guru memberikan pelatihan soal.     

Memeriksa soal serta jawaban dengan teliti, Nusa tentu saja masih berada di tanggung jawab El karena dirinyalah yang mengajar cewek tersebut.     

Nusa menatap El dengan ragu, bahkan cemas karena takut jawabannya salah.     

"Ada yang salah, ya? Kok gitu banget ih mukanya, nyeremin banget." ucap Nusa yang memang sejak kedatangan El, pusat pandangnya setia menatap cowok tersebut:     

El belum selesai memeriksa, setelah itu menggelengkan kepala dengan perlahan. "Enggak kok, gak ada yang salah. Cuma ini angka lima-nya keliatan typo kayak angka enam, lebih baik mau berikan tipe-x." ucapnya yang pada akhirnya berkomentar serta memberikan saran. Takutnya, nanti malah takut di salahkan oleh guru jika angkanya terlalu menyerupai angka lain.     

"Mana coba aku mau liat." Nusa mencodongkan tubuh sedikit mendekat ke arah El dan ikutan melihat dimana jari telunjuk cowok tersebut terarahkan.     

Nusa melihat dimana yang salah, dan koreksi El benar menjadikannya kembali merebut buku tulis tersebut dan meletakkan di atas meja untuk di perbaiki sehingga terlihat benar.     

El terkekeh kecil saat memperhatikan Nusa, ia menganggap kalau ceweknya itu benar-benar menggemaskan. "Jangan buru-buru ngapusnya nanti luber,"     

"Iya, ini pelan-pelan kok." balas Nusa sambil menganggukkan kepala. Ia meniup-niup cairan tipe-x yang sudah menutupi angka yang salah, lalu setelah kering pun meraih pulpen untuk kembali menulisnya sebagai pengulangan.     

"Lagian tuh lain kali kalau ngerjain matematik, pakailah pensil, jangan pakai pulpen. Jadi, kalau semisalnya ada yang salah kan gampang bisa langsuny di hapus dengan penghapus.     

Nusa menatap ke arah El, lalu menyengir. "Hehe iya maafin aku, ya soalnya tadi tuh buru-buru dan gak sempet nyari pensil supaya tugasnya cepet selesai jadi kan gak menumpuk di rumah." jawabnya yang memberikan alasan sangat cerdas.     

"Oh ya udah bagus kalau gitu." El pun mulai membuka buku paket, lalu menandai halaman buku yang di tugaskan sekarang dengan cara sedikit melipat ujung buku sebagai tanda.     

Nusa yang melihat itu pun mengernyitkan dahi, merasa kenapa malahan El hanya menandai dan bukannya langsung di kerjakan? "Kok gak di kerjain tugasnya?" tanyanya. Ia menopang dahu dengan tangan kanan sambil menatap El dari samping yang memiliki wajah dengan pahatan yang sangatlah sempurna melebihi apapun.     

"Gak ah nantian aja, lagian juga bisa kelar cuma gue ngedip, semua soalnya udah ada jawaban." Balasan ucapan El yang terdengar sangatlah santai, sungguh.     

Mendengar hal itu menjadikan Nusa mengerjapkan kedua bola mata sambil menghembuskan napas. "Masa sih? Kalau sekedar kedip doang mah aku juga bisa, tapi kedip lalu ada jawaban di buku tulis mu? Terdengar sangat mustahil!"     

El terkekeh kecil, setelah itu menjulurkan tangan untuk mengelus pipi Nusa dengan sangat lembut. "Iya iya, gue kan cuma ngomong bercanda. Mana ada orang yang bisa mengerkan soal dengan cara kayak gitu?"     

Setiap sentuhan El pada pipinya, menjadikan hati Nusa berdesir hangat seperti memiliki jutaan kupu-kupu yang beterbangan di rongga dadanya. Tatapan mereka bertemu, tangan El juga dengan perlahan terlepas dari pipinya. "Kamu ganteng." ucapnya yang seperti mengucapkan kalimat itu dengan secara tidak sadar karena terlalu terpaku dengan wajah sempurna cowok di sampingnya.     

El menganggukkan kepala, lalu berpose ganteng seperti apanyang dikatakan pacarnya. "Emang ganteng, lo udah berpuluh-puluh kali bilang ke gue." ucapnya sambil menaik turunkan alis.     

Tampaknya, Nusa baru sadar dengan perkataannya yang memuji El. Ia mengerjapkan kedua bola mata sebanyak tiga kali, setelah itu menghembuskan napasnya. "Duh, di puji jadinya makin tinggi nih orang." ucapnya yang malah pura-pura menyesal.     

Reza dan Mario tentu saja mendengarkan percakapan mereka berdua yang tepat berada di belakangnya.     

"Iri gak lo?" tanya Mario kepada Reza yang tampak masih bersusah payah berkutat dengan buku tulis yang ada di hadapannya.     

Reza menganggukkan kepala, lalu meletakkan pulpen pada genggaman tangan ke atas mejanya. "Iya dah bener serius, gue iri. Gue aja yang pacaran iri, apalagi lo, Rio."     

Mario cengengesan saja, tidak terlalu tersindir dengan perkataan Reza yang seperti 'Gue aja yang pacaran iri, apalagi lo, Rio' yang meledek kalau dirinya jomblo abadi.     

"Sorry gak iri, stay halal sampai jodoh datang."     

"Hillih bullshit, banyak omong banget."     

"Masa sih gue cemburu? Kan gue selama jadi jomblo juga bahagia-bahagia aja, masa lo mikirnya gue iri."     

Reza mengangkat kedua bahunya.     

Kembali lagi kepada El dan Nusa yang tampak menjadikan atmosfer sekitar seperti dunia hanya milik mereka berdua saja.     

"Lo juga cantik, dan gue perlu berkali-kali bilang karna lo bener-bener cantik, Sa." ucap El yang balik memuji cewek di sampingnya. Ucapannya terdengar sangat tulus, bahkan tatapan matanya pun juga menunjukkan hal yang sama.     

Pipi Nusa bersemu, tatapannya melemah hanya karena pujian sederhana yang dapat berefek fantastis bagi setiap syafar yang ada di tubuhnya.     

"Iya, makasih banget nih ya udah di bilang cantik sama kamu." ucap Nusa sambil bercicit kecil.     

Ada banyak perasaan di dunia ini. Bahagia, senang, sedih, suka, ataupun duka, dan masih beragam perasaan yang lainnya. Tapi kini, yang dirasakan oleh kedua insan tersebut adalah yang kebahagiaan yang mungkin juga mengundang orang lain yang melihat mereka untuk ikut merasakan kebahagiaan.     

"Seberapa beruntung seorang El ketemu sama seorang Nusa yang cantik kayak bidadari?" tanya El sambil menaik turunkan alis. Ia sambil berbicara sambil menggoda ceweknya.     

Nusa menaikkan kedua bahu sambil menggelengkan kepala dengan perlahan. "Gak tau tuh aku mah, kenapa bisa tuh aku jadi kayak bidadari?" jawabnya, di akhiri dengan kembali memberikan pertanyaan.     

"Ya karna kesempurnaan kamu itu tanpa celah di mata gue, Sa." jawab El sambil memberikan senyuman yang paling tulus.     

Segala ucapan El selalu memberikan keberuntungan, kebahagiaan, serta banyak hal yang tidak pernah di dapatkan Nusa dari cowok selain Rehan dalam hidupnya.     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.